Hari
ke-5 di rumah. Masih benar-benar menikmati liburan yang menyenangkan tanpa
beban apa-apa. Meskipun masih ada tugas akhir Teologi Kontekstual yang belum
diketahui kapan akan dikirim. Hari ini baru memulai membaca 1 buku yang
merupakan bagian dari buku-buku wajib yang harus dibaca demi si Mr. S.
Sebenarnya tidak
terlalu antusias untuk berada di sini. Satu-satunya alasan untuk bersukacita
adalah karena bisa bertemu dan berkumpul bersama papa+mama dan adik-adik.
Sedangkan lingkungan sekitarnya membuatku merasa asing, tidak seperti berada di
kampus. Tapi yang mau kuceritakan adalah mengenai dua orang yang sangat
kusayangi. Seorang yang sudah pergi jauh dan seorang lain yang aku gak mau
kehilangan dia. Yang pertama adalah seorang kakak, sahabat, mama, partner
pelayanan, motivator, pembimbing rohani dan teladan. Tidak pernah menyangka
akan kehilangan dia begitu cepat. Bahkan sampai saat ini masih belum percaya
bahwa dia telah pergi. Semua seperti mimpi dan kabar burung yang membuatku
beranggapan bahwa ia sedang berada di suatu tempat dan bahwa aku akan bertemu
dengannya suatu kali kelak.
Kehilangan? Ini lebih
dari kehilangan. Aku pernah mengalami kehilangan seseorang yang kusayang
sebelumnya tapi rasanya tidak seperti ini. perasaan tidak rela, tidak terima,
marah sama Tuhan, marah pada diri sendiri dan marah pada keadaan, semuanya
menjadi satu. Mengapa harus dia? Mengapa harus kak Ady? Orang yang hati
rohaninya sangat baik justru itu yang Tuhan injinkan hati jasmaninya sakit dan
rusak.. Mengapa bukan mereka yang hatinya jahat??? Aku tidak pernah menemukan
jawabannya dan bahkan belum berniat menemukan jawabannya. Walaupun aku tahu aku
bukanlah siapa-siapa di hadapan Tuhan. Bukan seseorang yang punya hak untuk
mengatur Tuhan dan memerintah Tuhan untuk melakukan sesuatu yang kuinginkan.
Terlalu
banyak mimpi yang ingin diraih bersama dia tapi waktunya tidak pernah cukup.
Banyak kisah-kisah PPL yang belum semuanya diceritakan bahkan sebuah kisah aneh
yg terjadi belakangan ini. Hanya Tuhan yang tau betapa aku sangat
merindukannya. Aku sangat ingin duduk bersamanya dan mendengar kalimat-kalimat
bijak dan nasehat keluar dari mulutnya, aku ingin mendengar kalimat-kalimat
penyemangat yang selalu bilang “Ris, ko punya potensi dan ko pasti bisa!”,
pengen sekali menceritakan kegalauan yang kualami sekarang dan mendengarkan
analisa kritisnya atas kisah ini, pengen sekali dapat sms dari dia “adi,
brangkat ke gereja jam brapa?” “adi, makan dimana?” atau dengar kalimat “Ris,
ko pacaran su dengan ini atau dengan itu” ”Ris, bagaimana cogan?” dll. Sekarang
belajar melakukan banyak hal sendiri, memotivasi diri sendiri, menganalisa
sendiri setiap masalah, berangkat pelayanan sendiri, dll. Dan aku mulai
terbiasa dengan keadaan ini. memang butuh waktu yang cukup panjang untuk mulai
terbiasa lagi dan untuk menyadari bahwa kini kak Ady hidup di dalam hatiku
bukan lagi dalam wujud yang bisa kupeluk, kucium, kulihat dan kuajak bekerja
sama di KSM maupun di kampus.
Dan
ini mengenai seseorang yang selama ini tidak pernah kusadari keberadaannya.
Seseorang yang berhasil membuatku galau berhari-hari dan berpikir panjang lebar
mengenai masa depan. Seseorang yang juga berhasil membuatku menemukan partner
yang baik, menjadi penyemangat dan membuatku belajar banyak hal darinya. Dan
ya! Aku menyayanginya. Selalu merasa kuatir ketika keadaannya kurang baik dan
peduli padanya bahkan aku mendapati diri seringkali melakukan hal-hal konyol
yang tidak dapat kujelaskan alasannya... ckckckck. Mungkin dia, mungkin juga
bukan dia yang Tuhan kirim. Hanya Tuhan yang tahu: someday, somewhere n someone
J
hanya Tuhan yang tau. Teringat kata kakak rohani : “untuk seseorang yang telah
tulus dan setia melayani Tuhan, Tuhan telah menyediakan partner yang terbaik
baginya”. Hanya persoalan waktu. Di suatu masa, di suatu tempat aku akan tahu
siapa seseorang yang telah Tuhan sediakan itu.