Sabtu, 30 Maret 2013

Sebuah Refleksi

          Saat ini sedang kehabisan ide untuk mempersiapkan bahan khotbah Paskah bersama Komisi Sekolah Minggu GKI Salatiga bersama panti Asuhan Dharma Bakti. Hampir satu minggu lamanya uring-uringan mempersiapkan diri tapi sampai saat ini materi dan metode penyampaiannya belum ketemu. Mungkin karena saya menganggap remeh hal ini atau karena memang otak saya yang tidak bisa bekerja optimal.

Di tengah kekalutan karena kehabisan ide, saya menulis tulisan ini. Mungkin memang saya tengah diajar bahwa khotbah di Sekolah Minggu sama pentingnya dengan Khotbah Mimbar sehingga harus dipersiapkan dengan maksimal. Atau juga mungkin Tuhan sedang menegor saya bahwa yang penting bukan kemampaun dan kepintaran saya dalam berkhotbah tapi kesediaan mendengar apa maksud Tuhan dan kemudian menyampaikan maksud itu pada anak-anakNya. Atau Tuhan sedang mengajar saya (rasanya ini alasan yg paling tepat) bahwa berdiri sebagai pelayan firman bukan untuk menunjukkan bahwa metode penyampaian saya ‘keren’, kata-kata saya mampu ‘meneduhkan hati’ orang lain terutama GSM, perkataan saya membangun, saya kelihatan ‘bijaksana’ ketika berkhotbah dan supaya mereka memuji saya lagi. Ya,,, saya sedang berada dalam kesombongan rohani karena terlalu banyak dipercayai jemaat, teman-teman dan orang sekeliling. Saya sedang SOMBONG!! Saya MERAMPAS kemuliaan yang seharusnya milik TUHAN. Saya merasa sayalah pusat dari pelayanan saya. Saya bahkan TERLALU SOMBONG untuk mengaku salah.

Maafkan saya Tuhan…. Engkau mempercayaiku terlalu banyak dan aku menjadi congkak. Harusnya aku bersyukur bahwa Engkau memakaiku, bahwa Engkau melayakkanku, bahwa Engkau mempercayakan tugas pelayanan ini padaku. Ini semua hanya semata-mata anugerah. Dan aku lupa menyadari hal ini. Aku berpikir akulah yang hebat padahal tidak. Ampunilah aku Tuhan…

Bantu aku mengembalikan kemuliaan padaMu, layakkan aku kembali menjadi saksiMu, pakailah aku memberitakan kabar sukacitaMU besok hari, bantulah aku meluruskan motivasiku. Kalau Engkau tidak memakai aku, maka sia-sialah seluruh usahaku hari ini. Railah kembali aku, nona, yang terlalu congkak ini kedalam tangan kasihMu.

Senin, 25 Maret 2013

Perpisahannnn :(

Satu per satu teman-teman angkatan mulai meninggalkan Salatiga. Hal yang paling berat dari perpisahan adalah bahwa kita akan terpisah jarak ruang dan waktu. Namun ada harapan bahwa kita akan selalu dapat berkomunikasi lewat dunia maya dan alat elektronik. Thanks Tuhan untuk kemajuan teknologi ini. Semalam Meko meninggalkan Salatiga. Sedih rasanya apalagi melihat teman-teman nangis terutama Lastri. Namun separuh jiwa akan benar-benar pergi jika yang meninggalkan Salatiga adalah teman-teman dari Indonesia bagian Barat dibanding NTT. Kapan akan bertemu mereka lagi? Bagaimana jika mereka berpelayanan di tempat yang gak ada listrik dan sinyal? Tapi satu hal yang pasti bahwa Tuhan menjamin mimpi-mimpi besar kami untuk melayaniNya dan harapan bahwa suatu kali kelak kami akan bertemu di tempat yang baru dengan status dan pengalaman yang baru.

Gak bisa membayangkan jika saatku yang tiba untuk meninggalkan Salatiga. Meninggalkan semua asam manis berkuliah di tempat ini. Terlalu banyak pengalaman hebat di sini: galau, jatuh cinta, persahabatan, persaudaraan, pergumulan, mimpi, dan pelajaran. But life must go on. Kita harus pergi menyebarkan kabar baikNya agar tugas pemanggilan kita menjadi nyata di dalam Dia. Sebab untuk itulah kita semua dipanggil berkumpul di tempat ini dan menjadi keluarga besar WAO (We Are One). Meski perpisahan adalah kenyataan yang pahit dan sulit, kita memang harus berdiri atas pilihan ini. Kurasa Tuhan melatih kita bagaimana rasanya kehilangan dengan memanggil pulang kak Ardiyana Padjadja. Dengan semangat bahwa ia ada dan bersama sama dengan kita dalam setiap perjuangan dan pengalaman kita, teman-teman yang meninggalkan Salatiga pun akan demikian. Mereka pergi tetapi semangat kebersamaan dan kasih persaudaraan akan terus ada di antara kita :)

Mari mengejar mimpi masing-masing, mengukir pengalaman-pengalaman baru bersama Tuhan supaya ketika kita bertemu kembali ada kisah baru yang kita ceritakan. Semoga akan ada undangan pernikahan yang sampai di tanganku yang di bagian bawahnya tertulis: “turut mengundang ‘keluarga besar Teologi 2008’” :) Penasaran kira-kira siapa di antara kita yang akan menuju pelaminan terlebih dahulu, siapa yang dapat tambahan gelar Pdt terlebih dahulu, siapa yang sampai di kursi PGI terlebih dahulu (ini mimpi konyol tapi masa depan kita siapa yang tahu?) Mungkin memang guyonan kita tentang ‘sampai bertemu di sidang PGI’ akan jadi kenyataan. Ya someday, somewhere  mungkin kita akan duduk di sebuah meja bundar yang sama :). Ahhh su kehabisan kata-kata untuk menulis. Terima kasih banyak teman-teman boleh mengenal kalian semua :) terimakasih kalian menjadi bagian dari satu kisah hebatku di Salatiga. Sadar gak sadar pertanyaan-pertanyaan kalian seputar kuliah yang menuntut penjelasan membuat saya belajar lebih giat dan menaruh minat yang tinggi terhadap teologi. Saya sebenarnya tidak se-bisa yang kalian pikir tapi karena kalian mempercayai saya, saya bisa menjadi Ris seperti hari ini (kalian gak tahu kalo tiap kali kalian bertanya saya juga buka buku dan membaca untuk memberi penjelasan yang logis buat kalian, hehhehhe) terimakasih temans :) Sa sayang kalian smua kuat-kuat.