Saat ini sedang kehabisan ide untuk
mempersiapkan bahan khotbah Paskah bersama Komisi Sekolah Minggu GKI Salatiga
bersama panti Asuhan Dharma Bakti. Hampir satu minggu lamanya uring-uringan
mempersiapkan diri tapi sampai saat ini materi dan metode penyampaiannya belum
ketemu. Mungkin karena saya menganggap remeh hal ini atau karena memang otak
saya yang tidak bisa bekerja optimal.
Di
tengah kekalutan karena kehabisan ide, saya menulis tulisan ini. Mungkin memang
saya tengah diajar bahwa khotbah di Sekolah Minggu sama pentingnya dengan
Khotbah Mimbar sehingga harus dipersiapkan dengan maksimal. Atau juga mungkin
Tuhan sedang menegor saya bahwa yang penting bukan kemampaun dan kepintaran
saya dalam berkhotbah tapi kesediaan mendengar apa maksud Tuhan dan kemudian
menyampaikan maksud itu pada anak-anakNya. Atau Tuhan sedang mengajar saya
(rasanya ini alasan yg paling tepat) bahwa berdiri sebagai pelayan firman bukan
untuk menunjukkan bahwa metode penyampaian saya ‘keren’, kata-kata saya mampu
‘meneduhkan hati’ orang lain terutama GSM, perkataan saya membangun, saya
kelihatan ‘bijaksana’ ketika berkhotbah dan supaya mereka memuji saya lagi. Ya,,,
saya sedang berada dalam kesombongan rohani karena terlalu banyak dipercayai
jemaat, teman-teman dan orang sekeliling. Saya sedang SOMBONG!! Saya MERAMPAS
kemuliaan yang seharusnya milik TUHAN. Saya merasa sayalah pusat dari pelayanan
saya. Saya bahkan TERLALU SOMBONG untuk mengaku salah.
Maafkan
saya Tuhan…. Engkau mempercayaiku terlalu banyak dan aku menjadi congkak.
Harusnya aku bersyukur bahwa Engkau memakaiku, bahwa Engkau melayakkanku, bahwa
Engkau mempercayakan tugas pelayanan ini padaku. Ini semua hanya semata-mata
anugerah. Dan aku lupa menyadari hal ini. Aku berpikir akulah yang hebat
padahal tidak. Ampunilah aku Tuhan…
Bantu
aku mengembalikan kemuliaan padaMu, layakkan aku kembali menjadi saksiMu,
pakailah aku memberitakan kabar sukacitaMU besok hari, bantulah aku meluruskan
motivasiku. Kalau Engkau tidak memakai aku, maka sia-sialah seluruh usahaku
hari ini. Railah kembali aku, nona, yang terlalu congkak ini kedalam tangan
kasihMu.