Kamis, 26 Desember 2013

Selamat Natal :)

Finally, it's December 26, :)
Selamat NataaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaLLLLLLLLLLLLLL (^_^)

Menyenangkan mendapati diri di tanggal ini. Melewati minggu-minggu 'sengsara' (adven tepatnya) yang sangat padat. Tapi puji Tuhan hari ini sudah dapat menikmati liburan walau cuma beberapa hari sebelum berkhotbah tiga hari berturut-turut. Aku memilih menghabiskan beberapa hari libur ini di kota kecil yang menyenangkan, sejuk, penuh kenangan, Salatiga. Kota ini sangat cocok untuk menikmati waktu santai, bertemu teman-teman melepas rindu dan kepenatan, bertemu orang-orang terkasih dan menemukan inspirasi. Kota ini memang penuh kenangan, kota yang selalu dirindukan, kota yang membangkitkan semangat dan kekuatan. Kembalilah ke tempat dimana kamu merasa nyaman untuk menemukan inspirasi, kekuatan, dan kelegaan. Jalan-jalan sebuah kota, aroma tanah dan suasananya yang khas mampu menyuntikkan semangat lebih, apalagi jika kamu pernah memiliki kenangan manis tentang kota tersebut.

Banyak banget yang ingin kugoreskan selama beberapa hari ini, sayang, aku selalu tidak mempunyai cukup waktu untuk menulis. Kegiatan-kegiatan natal gereja yang begitu banyak menyita waktu, kegiatan sekolah yang juga padat. Namun, hari ini kesempatan itu datang juga.

Banyak peristiwa inspiratif terjadi belakangan ini. Tentang seorang bapak yang juga adalah pelayan di gerejaku. Bagiku beliau menginspirasi karena mengesampingkan rasa capek yang tidak sebanding dengan apa yang ia terima namun tetap setia pada komitmennya. Luar biasa. kalau aku adalah bapak itu, mungkin aku sudah terbaring di rumah sakit karena kelelahan namun aku tahu Tuhan menganugerahkan padanya kekuatan extra. Beliau bisa berada di beberapa kota dalam 1 hari untuk pelayanan. Beliau menunjukkan kerendahan diri luar biasa saat ia seharusnya juga punya hak yang sama untuk tampil di depan melayani Tuhan namun ia dengan rendah hati melayani seperti Andreas saudara Simon Petrus. 

Peristiwa inspiratif yang kedua adalah dari seorang muridku. Sebagai ujian praktek, aku meminta mereka menuliskan sebuah surat kepada orang tua mereka yang berisi ungkapan terima kasih atas kasih sayang orang tua dan janji untuk memberikan yang terbaik bagi orang tua. Seorang murid menuliskan surat yang bunyinya kira-kira seperti ini: "bapak, terima kasih karena sudah merawat dan membesarkan ****s sampai hari ini. Kalau nanti ****s tidak naik kelas lagi, ****s rela dititipkan di panti asuhan, ****s rela asal ada Tuhan yang menemani, ****s tidak akan sedih."  Aku membaca suratnya itu dan bertanya pada seorang teman guru: "apakah tahun kemarin anak ini tidak naik kelas?" dan jawabannya adalah "ya". Aku membaca ulang surat itu dengan air mata menetes di pipi. Bagaimana mungkin seorang anak dapat dengan jujur berkata demikian? Guru siapa yang tega membaca surat seperti ini? Belakangan aku tahu, ayah anak ini telah berumur 70an tahun sedangkan ibunya telah meninggal. Ayahnya hanya seorang pedagang kaki lima di pasar yang rindu melihat anaknya tumbuh besar. Bayangkanlah, betapa hancur hati ayah ini ketika anak semata wayangnya tidak naik kelas. Seandainya kamu menjadi ayahnya, perasaan tersayat semacam apakah yang muncul dalam hatimu ketika membaca surat itu? Sedangkan waktu pembagian raport dan ****s mendapat bantuan dari sekolah, sang ayah mengucapkan terima kasih sambil beruarai air mata. Hah.... sungguh tak tegah rasanya... Aku lalu termenung: hal baik apa yang telah kulakukan pada ****s di dalam kelas yang membuatnya merasa disayang, diperhatikan oleh gurunya? Aku merasa bersalah, menyesal, tak karuan. Aku ada bersama dia setiap minggu tapi 'lupa' memperhatikan dia secara khusus. Sungguh sebuah surat yang menggugah hati seorang guru sepertiku. Dalam hati aku berjanji, semester depan aku akan lebih memperhatikan dia. 

Mari lebih peka terhadap sekeliling kita, perlakukan mereka dengan spesial sehingga ketika berpisah dengan mereka, kita tersenyum karena telah melakukan bagian kita dengan baik...
seperti sebuah kata bijak: "orang akan lupa kata-kata anda, tapi mereka tidak akan lupa bagaimana anda memperlakukan mereka dengan istimewa".


Salam damai natal :)

Salatiga, December 26, 2013

Minggu, 08 Desember 2013

Se-simple ini

Pernah bosan atau lelah berjalan kaki terlalu jauh? 
Pernah mengeluh jika hendak ke gereja dan tidak ada yang menjemput atau mengantar?
Pernah bersungut-sungut dan marah karena keadaanmu yang tidak menyenangkan?
Kalau kamu pernah mengalaminya, semoga pengalamanku hari ini memberimu inspirasi
Jika belum, baiklah tulisan ini meneladankan sesuatu padamu

Aku gak tahu mengapa Tuhan membawaku ke tempat ini
Aku sungguh gak mengerti, mengapa Tuhan justru mengajakku berjalan berputar, 'merombak' semua rencana masa depan yang kususun sendiri dan justru membuangku ke tempat ini?
Mengapa Tuhan membawaku sangat jauh dari tempat yang 'potensial' menurutku?
Lalu menempatkanku di tempat yang dalam pandanganku sangat jauh dari 'potensial' untuk rencana-rencana yang kurancang sendiri...
Aku tidak pernah mengerti...
Aku bertanya setiap malam, aku berontak, aku marah (pada awalnya), namun aku sungguh tidak menerima jawabanNya...
Sampai ketika suatu hari, seorang dosenku mengatakan kalimat ini ketika beliau berkunjung ke tempatku: "saya menemukan Tuhan di tengah-tengah persekutuan di tempatmu, tidakkah kau merasakan hal yang sama?"
Aku terhenyak... Aku sama sekali tidak menyadarinya apalagi merasakannya...
Lalu dosen itu berkata lagi: "saya tahu Tuhan hadir ketika saya melihat senyum keakraban terpancar di wajah-wajah orang di tempatmu, saat pertemuan yang terjadi bukan sebatas transaksi, dan orang-orang bisa saling memperhatikan."

Aku mulai merenungi kalimat-kalimat ini.
Benarkah Tuhan hadir di setiap pertemuan kami?

Mengapa aku begitu bodoh hingga gak menyadarinya?
Dan penyadaran demi penyadaran sungguh menggelitik hatiku. Hanya dengan sedikit lebih peka aku dapat merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap pertemuan yang ada. 
Tuhan hadir dan aku bertemu denganNya melalui senyum manis di wajah mereka yang kulayani
Tuhan hadir dan aku bertemu denganNya melalui air mata beban berat di wajah mereka yang kulayani
Tuhan hadir dan aku bertemu denganNya melalui tatapan tanpa pengharapan di mata mereka yang kulayani
Tuhan hadir dan aku bertemu denganNya melalui keteguhan hati mereka yang kulayani
Ya. Aku bertemu Tuhan saat mereka datang dan bercerita tentang semua perasaan di hati mereka

Hari ini aku bertemu Tuhan dalam rupa yang lain
Aku bertemu Tuhan dalam diri jemaat-jemaat sederhana di lereng gunung sumbing
Mereka sangat sederhana, sekolah saja  gak tinggi bahkan ada beberapa yang gak bisa berbahasa Indonesia. Namun mereka luar biasa. Ada sesuatu dalam diri mereka yang tidak kujumpai dalam diri orang-orang di kota. Sesuatu tentang kesederhanaan, kejujuran, apa adanya, ketulusan, kerendahan diri dan rasa saling menghargai. Sesuatu yang sudah lama hilang dan sangat jarang kutemui di kota. Ada damai saat duduk bersama, bercerita dan tertawa bersama mereka. Momen yang gak dapat dibeli dengan seberapa pun banyaknya uang kau miliki. 

Aku bertemu Tuhan dalam diri dua ibu-ibu yang rela berjalan kaki sejauh 9-10 km hanya untuk memuaskan kerinduan akan kesejukan firman Tuhan di hati mereka pada hari minggu. Mereka harus mulai berjalan pukul 05.00 dan tiba di gereja sekitar pukul 07.00 untuk mengikuti kebaktian pukul 08.30. Mereka harus menempuh perjalanan selama 2 jam. Mereka membayar mahal untuk sebuah kerinduan dan mereka melakukan perjalanan ini setiap hari Minggu.
Mereka tidak pernah mengeluh melainkan meminta kesehatan dari Tuhan untuk kuat berjalan kaki
Mereka tidak marah karena keadaan mereka namun justru bersyukur
Jarak yang jauh tidak pernah menyurutkan semangat dan kerinduan di hati mereka.

Apakah kamu pernah marah karena seseorang terlambat menjemputmu?
Pikirkanlah tentang mereka yang  berjalan kaki sejauh 9-10 km

Apakah kamu pernah berpikir untuk menyerah terhadap sesuatu hanya karena kamu merasa kamu gak mampu? 
Pikirkanlah tentang mereka yang  hanya meminta kesehatan agar kuat berjalan terus

Apakah kamu pernah bosan menumpang kendaraan yang sama setiap hari?
Pikirkanlah tentang mereka yang tak punya pilihan lain selain berjalan kaki

Apakah kamu pernah berpikir Tuhan gak adil terhadapmu?
Lalu bagaimana dengan mereka?
Pikirkanlah tentang mereka!

Berjalanlah selagi kamu mampu berjalan
Jangan muda menyerah
Jangan terlalu cepat kecewa
Jangan terlalu cepat mengeluh, keadaanmu mungkin saja jauh lebih baik dari orang lain

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku menyadari satu hal hari ini: AKU BERTEMU DENGAN TUHAN SORE TADI

Aku bertemu Tuhan melalui dua ibu pengikut setia Tuhan Yesus

Aku rasa aku tahu salah satu alasan, Tuhan menempatkanku di tempat ini => supaya aku bertemu Tuhan, berbincang-bincang denganNya di sepanjang perjalanan dan meninggalkan jejak kaki yang baik di tempat ini....


Se-simple ini mengikut Dia
:)



Tmg, December 08, 2013
@nonaRis