Sabtu, 03 September 2011

Aku Bisa


            Ternyata seharian di gereja menyadarkanku bahwa inilah pelayanan yang sesungguhnya. Gereja menjadi rumahku yang kedua, rumah rasanya hanya seperti tempat persinggahan sementara untuk makan, mandi, tidur. Setelah seharian di kantor, masih harus membantu panitian bulan keluarga membuat piñata. Badan rasanya udah lengket-lengket semua. Akhirnya pulang juga tetapi harus bergegas mandi dan siap untuk mengikuti ibadah penghiburan. Tiba dari ibadah penghiburan waktu sudah menunjukkan 21.00. kalau di Salatiga waktu segini belum mengantuk, di sini mata sudah tidak kuat menahan kantuk padahal harus mencarikan bahan renungan dan tema untuk ibadah lansia minggu depan. Alhasil, dengan beranggapan bahwa masih ada besok pagi aku pun tertidur..
            Pagi harinya tumben bisa bangun pukul 06.00. Secepat kilat Alkitab disambar, bolak-balik mencari ayat, ilustrasi, gak ketemu-ketemu padahal sudah pukul 07.00 dan harus segera bersiap-siap untuk perlawatan ke rumah sakit. Ternyata perlawatan belum diperkenankan, customer service belum masuk semua jadi tidak diijinkan melakukan perlawatan tanpa didampingi customer service rumah sakit. Pulang dari rumah sakit rasanya pengen tidur lagi tetapi harus ke kantor.. berusaha untuk menguatkan diri sendiri. Hari ini harus dilewati.. membayangkan kegiatan-kegiatan yang akan dilalui. Tanggapan-tanggapan dari jemaat. Rasanya pengen lari dari semua ini. waktu ke gereja seorang bapak berkata : “bagus non, kamu sudah mulai sedikit berubah”, bapak lain menyambar ; “apa yang berubah?” “ini loh, dia sudah mulai inisiatif”. Ingin rasanya tidak mengerti apa maksud kalimat itu, tetapi aku tahu benar apa artinya karena aku pernah ditegur beberapa hari yang lalu : “ non, menjadi seorang calon pendeta itu harus punya inisuatif, jangan tunggu bola datang padamu, kamu yang harus kejar dan tangkap bolanya”. Rasanya gak enak banget keluar dari zona nyamanku di kampus. Tuntutan harus bersikap ramah terhadap semua jemaat, menyapa mereka dengan 3S : sapa, salam, senyum… Aku tahu ini untuk kebaikanku tetapi aku juga merasakan bahwa kejujuran dan pengakuan akan apa yang benar memang tidak selalu manis didengar telinga. Aku hanya berharap semoga dengan berusaha menjadi ramah, sopan dan baik pada orang-orang yang baru kukenal tidak membuatku menjadi pribadi yang lain dari diriku. Semoga hal-hal ini adalah sisi-sisi baik dari diriku yang selama ini belum kuekspresikan ke luar. Kalau di pikir-pikir kritikan tadi belumlah seberapa dibandingkan dengan apa yang akan kuhadapi ke depan, semoga nantinya tidak membuatku menjadi patah semangat dan berputus asa.
            Sapaan “IBU” di tempat ini membuatku merasa ada tanggung jawab besar yang ada padaku sementara aku selalu memandang diriku bukanlah siapa-siapa.. Semoga pengalaman demi pengalaman di tempat membuatku dapat berdiri tegak dan berkata : aku bisa!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar