HARI KEDUA YANG MEMBINGUNGKAN
Entah harus dengan kata apa yang tepat untuk menggambarkan apa yang kualami saat ini. senang, ia, karena segala fasilitas terpenuhi. Kamar tidur yang nyaman, adik-adik yang manis-manis, pembantu yang ramah, dan bapak-ibu yang sangat baik.. mereka selalu memperhatikan apa yang kubutuhkan bahkan hal-hal kecil seperti makan pagi, siang dan malam, snack, dan ngeteh. Bingung, ia, sepertinya aku disini bukan untuk MELAYANI melainkan DILAYANI. Ruang kamar ini memang sudah seperti kos-kosan di Salatiga plus keterjaminan makanan. Aku berharap semoga di gereja pun jangan demikian. jauh-jauh datang ke sini dengan semangat melayani malah yang terjadi dilayani. Aku rasanya tidak pantas mendapatkan ini. It means I have to give my best. And I’m scared for that. Aku takut tidak mampu memberikan seperti yang mereka harapkan. Aku kadang berpikir aku bukanlah siapa-siapa sehingga mampu melayani mereka yang menurutku memiliki kemampuan jauh di atasku, pengacara, dokter, pengusaha, pendeta, vicaris, dan orang-orang hebat lainnya. Kemampuanku di bidang akademik, (FTeol UKSW) seolah-olah tidak ada artinya sama sekali. Di kampus aku boleh ‘angkat ekor’ tetapi di jemaat “I’m nothing”. Kemudian aku berpikir, seharusnyalah demikian supaya aku dapat mengandalkan Tuhan di dalam ketidakmampuanku.. Karena kalau aku merasa dapat melakukan semua hal dengan baik tidak akan ada tempat bagi Allah untuk berkarya di dalamku.. Pada akhirnya disinilah tempat aku diproses, dibentuk dan dipakai Allah… Dunia kampus dan pelayanan memang berbeda, di kampus sangat nyaman dan aku bisa ‘angkat ekor’ di jemaat aku akan diproses dengan cara Tuhan melalui suka-duka, senang-sedih, kecewa, sakit hati, bahagia, dll. Namun disinilah keseimbangannya. Pelayananku tidak akan berarti apa-apa jika tidak berada di jemaat..
“Ini aku, Tuhan, aku siap dibentuk seperti yang Kau mau”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar