Senin, 31 Oktober 2011

Asam Manizt PPL6

            Hari pertama di 2 bulan terakhir tahun ini. hari pertama ke kantor lagi setelah 2 minggu di Pos jemaat (Tanjung Uban, Pulau Bintan). Pulau besar tapi nomor urut 2 setelah Batam kalau soal kemajuan kotanya. Sangat senang berada di Pulau itu, bertemu orang tua baru yang sangat-sangat memberiku ruang dan waktu, seperti papa+mama sendiri. Boleh tidur dan bangun sesuka hati. Mengutamakan agar aku menyelesaikan tugasku terlebih dahulu sebelum membantu ibu di dapur. Setiap pagi aku selalu punya waktu untuk mempersiapkan khotbah dan Puji Tuhan bisa bangun jam 04.00 WIB, 04.30 WIB. Setiap pagi bantu ibu masak sambil nonton Rangking 1 (jadi suka acaranya padahal sebelumnya biasa aja). Setelah itu kunjungan-kunjungan ke rumah jemaat. Di sini aku benar-benar merasa dibutuhkan dan dapat memberikan kontribusi yang banyak pada jemaat. Benar-benar merasakan kehidupan jemaat berikut pergumulan-pergumulan mereka yang pada akhirnya menguatkan aku juga. Merasakan memimpin ibadah 6x dalam seminggu. Benar-benar pengalaman yang tak terlupakan. Termasuk bertemu seseorang yang rasa-rasanya tak ada alasan untuk terus mengingatnya tapi pikiran ini tak mau kompromi. Pertama kali bertemu cowok yang nampaknya sederhana padahal sangat berada. Tak kelihatan jika tak diceritain. Sangat ramah, sopan, bahkan rajin ke gereja padahal tempatnya bekerja dan tinggal sangat jauh dari gereja dan hanya bisa bertransportasi menggunakan ojek karena gak ada angkutan umum masuk PT. Hmmm……. 2 minggu paling mengesankan. Sepertinya ini orang salah suku, sangat berbeda jauh dengan orang-orang sesukunya yang telah terkenal dengan karakter tertentu. Ckckkckck tapi tak mau hal ini terus berlanjut. Ya. Menentukan batas PROFESIONALITAS! Sadar tugas dan tanggung jawab serta tujuan keberadaan di jemaat. Meskipun harus diakui, sangat senang bisa mengenalnya. This is it… ‘asam manis’ PPL 6.
            Dan semalam dapat gaji pertama *tanda kasih dari Gereja* (menerima disaat tak menginginkan diberi). Pernah berdoa supaya aku jangan dikasih uang saku dulu saat menginginkan dikasih dan benar, doaku dijawab. Aku diberi saat malah merasa tak pantas untuk diberi. Ya supaya aku tahu bersyukur (mengalami prinsip memberi :  memberi sebenarnya sedang membuka tangan untuk menerima.

2 Minggu Paling Berkesan

            Aku bersyukur untuk semua kejadian yang kualami selama PPL 6 ini. GKI Bundasudi-Batam benar-benar memberikanku pengalaman-pengalaman iman yang berharga. Aku tahu pengalaman-pengalaman semacam ini tidak akan pernah bisa kuperoleh di tempat lain. 1,5 bulan berada di jemaat pusat benar-benar menguras otak dan air mata. Berusaha sekuat tenaga dan hati untuk tetap bertahan dan percaya bahwa yang kualami saat ini merupakan bagian dari proses Tuhan. Bahkan aku tiba di masa dimana aku pengen cepat-cepat menyudahi semuanya. Di titik terendah dari semua kemampuanku, Allah menarik aku ke sebuah Pulau yang membuatku merasakan bagian terindah dari keputusanku untuk hidup melayani-Nya. Di pulau ini, Bintan, untuk pertama kalinya aku merasa ‘kerasan’ melakukan PPL 6. Suasana tempat yang tenang, keluarga yang sangat baik dan memberikanku ruang gerak yang leluasa, aku bebas menjadi diriku sendiri, pokoknya benar-benar ‘feels like home’. Aku merasa diasingkan sementara selama 2 minggu oleh Tuhan agar aku dapat menarik nafas, mengumpulkan tenaga, menjadi segar lagi untuk menghadapi 2 bulan tersisa di pusat. Aku beryukur untuk 2 minggu berharga ini. 2 kali khotbah mimbar, persekutuan keluarga, kebaktian pemuda, persekutuan wanita, merasakan full PF dalam seminggu. Akhirnya aku memperoleh kesempatan ini. Bertemu seseorang yang membuatku terinspirasi bagaimana memperlakukan sesama, baik, tulus, rendah hati dan setia (terima kasih pernah mengenalmu *someone*, berharap bisa bertemu di lain waktu). Bertemu ibu-ibu yang sangat ketus dan pada akhirnya bisa tersenyum padaku, orang-orang dengan masalah yang kompleks. Akankah hal-hal ini pada akhirnya membuat aku menetapkan hati dan memantapkan langkah untuk menjadi seorang pendeta? Akhir dari proses inilah yang menentukan. 2 minggu ini seperti RETREAT, Tuhan memberikanku kesempatan untuk menarik diri dari rutinitas yang membuatku lelah untuk melihat dari jauh apa sebenarnya yang sedang ku alami, mengumpulkan kekuatan baru, terlebih memiliki waktu khusus bersama Tuhan. Thanks to be here.
            Ternyata panggilan untuk menjadi seorang hamba tidaklah mudah. Sangat hebatlah orang-orang yang bertahan dan dengan hati yang tulus tetap mau melayani Tuhan. Betapa sulitnya panggilan hidup seperti ini. menjadi pertanyaan besar untukku: Siapkah aku dengan jalan hidup seperti ini ke depannya?

Selasa, 11 Oktober 2011

Pengen menyudahi ini semua.............

Tuhan…
Aku tak ingin menyerah… Tapi aku merasa ini terlalu berat. Teman-teman lain telah betah di jemaat mereka masing-masing dan hampir tak mau pulang ke Salatiga. Aku malah ingin lekas-lekas menyudahi ini dan kembali ke Salatiga, menikmati kenyamanan di kost Candy Ladies, sejuknya kampus UKSW dan kebersamaan yang indah bersama GKI Salatiga..
Aku berusaha menikmati ini, tetapi aku masih belum menemukan alasan dan hal yang membuatku benar-benar betah di tempat ini. Aku tak ingin menyerah Tuhan,, tapi ini terlampau berat bagiku.
Seseorang berkata kepadaku “Ris, kalau kualitasmu 10 jangan minta tantangan yang nilainya 8 tetapi mintalah tantangan dengan nilai 12”. Tapi aku sering bertanya : “Apa benar Tuhan?” “Are U sure?” Bukan aku tak percaya pada setiap rancangan-Mu, bukan aku mau mengeluh tapi sungguh merasa ini terlalu berat. “Apa tak salah Tuhan menempatkanku disini?” Aku mengalami banyak hal baru yang membuat air mataku jatuh. Aku tak mau cengeng tapi……………..
Maafkan aku, kalau aku menganggap pelayanan ini sebagai beban yang berat. Aku berusaha menikmatinya. Tolong lengkapi aku dengan kekuatan yang cukup untuk bertahan…
Mengapa teman-teman lain dapat dengan cepat beradaptasi dan menikmati keadaan mereka? Apa yang salah dengan diriku? Atau apa ini menandakan bahwa aku tak ‘cocok’ berada di bidang ini?
Aku hanya ingin cepat mengakhiri ini semua, Tuhan….

Jumat, 07 Oktober 2011

Gak Mandi?!

Hayoh…………… bangun pagi terasa gak ada beban karena mikir hari ini bisa santai-santai buat jurnal dan tidur setelah ibadah Lansia… Oalllaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh………….. Ternyata aku melupakan sesuatu. Pagi ini pukul 07.30 ada doa pagi di gereja. Ibu di rumah pamit sama bapak “Pi, pergi ya” Aku berpikir tumben banget ibu berangkat kerja cepat. Beberapa detik kemudian terdengar  “Ester ayo…” What? Kog aku dipanggil? “Ya, bu”, “Ayo doa pagi”. Astagaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Pantas aja ibu berangkatnya cepat karena masih mau doa pagi… Matilah.. Aku belum mandi. Alhasil, doa pagi TIDAK mandi. Bermodal CM (cuci muka) ganti baju dan meluncur.. Ckckkckckckc kejadian konyol…. Untung yang tahu hanya ibu di rumah.

Rabu, 05 Oktober 2011

OMG... Pengalaman-pengalaman itu.........


            Lama tidak posting ke blog ini. Banyak hal yang telah terjadi. 1 bulan bahkan telah lewat. Sejujurnya aku senang ketika berada di zona nyaman, saat semua hal di tempat ini berjalan baik-baik saja. Tetapi apa aku juga tidak tertantang untuk mengalami hal-hal baru yang menegangkan bahkan membutuhkan pergumulan? Sebab sebenarnya dari keadaan-keadaan itulah aku memiliki pengalaman iman yang luar biasa bersama Tuhan. Kadang rasanya indah banget hidup ini tidak ada masalah tapi rasanya datar-datar saja, ini pun juga tidak seru!
            Pengalaman demi pengalaman di tempat ini membawaku lebih mengerti suasana kota ini dengan baik berikut karakter-karakter orangnya. Belajar menghargai mereka walaupun aku tahu ada label buruk yang melekat pada diri mereka. Tapi inilah yang selalu kurenungkan, mereka tidak sedang bermasalah denganku sebelumnya jadi aku tidak berhak men-just mereka juga dengan label yang diberikan orang-orang. Lalu, rasa kasihanku melihat Pdt.ku. Sepertinya ada yang tak harmonis antara relasinya dengan jemaat (MJ). Padahal menurutku ia memiliki kemampuan yang lebih, wawasan dan karakter yang juga cukup untuk seorang Pdt. Tetapi mungkin jemaat menuntut terlalu banyak dan Pdt.ku bersikap acuh sehingga relasinya seperti itu.
            Dan pengalaman berbincang bersama seorang majelis yang menyatakan ketidaksimpatiannya terhadap Pdt. yang menjadi seorang pendeta adalah profesi dan bukan panggilan. Sampai pada ketidaksukaannya terhadap STT Jakarta yang menurutnya ‘terlalu liberal’ dengan pemahaman bahwa “Yesus merupakan salah satu jalan ke Surga” yang berarti ada banyak jalan lain, padahal Yesus sendiri mengatakan I’m THE way not I’m A way. Berarti jelas DIA adalah SATU-SATUNYA jalan ke Bapa. Aku membayangkan apa jadinya kalau ia tahu apa yang sebenarnya juga kupelajari di UKSW. Wah, padahal lebih gila lagi. PL + PB, Teologi Agama-agama berikut mata kuliah-mata kuliah yang lain yang  membawaku untuk menganut paham Acceptance dari Hans Kung dan Knitter. Aku mempercayai Yesus Juruselamatku tetapi dengan tetap menerima bahwa dalam agama lainpun ada Tuhan. Berdasar pada pemahaman bahwa Allah mengasihi semua manusia berarti IA tidak melihat agamanya. Masakan Tuhan hanya menyelamatkan orang kristen? Apakah ia tak sayang pada orang beragama lain? Tetapi kembali pada perbincanganku tadi dengan majelis tersebut. Ia menghadapkanku pada pertanyaan : “Siapa Yesus menurutmu?”, “Sahabat, teman, Tuhan, Juruselamat”, “Apakah kamu yakin bahwa hanya DIA SATU-SATUNYA atau SALAH SATU?”, “SATU-SATUNYA, pak”, “Yakin?”, “Ya pak”. OMG… Maafkan aku, Tuhan. Aku telah berbohong. Aku memang punya pandangan sendiri tetapi di depan seorang jemaat apalagi majelis jawaban yang diharapkan dan harus adalah satu-satunya. Ya, semoga aku tidak sedang munafik. Majelis tersebut menambahkan lagi bahwa sekolah di Teologi itu tidak membuat orang-orang lebih dekat dengan Tuhan tapi mengkritisi segala  hal bahkan Tuhan itu sendiri. Kemudian aku menjelaskan padanya dengan sangat hati-hati mengenai perbedaan teologi jemaat dan teologi akademik. (untung sempat membaca buku Pdt. Andar Ismail). Menceritakan prosesku berada dan belajar di Teologi dan bahwa aku memerlukan pengalaman-pengalaman yang demikian untuk membangun teologiku sendiri. Dengan penjelasan tersebut barulah majelis itu menerima.. hupptfff… thx Lord.
            Pengalaman di PA. Ternyata benar ketakutan itu harus dihadapi. Dan aku mengulang lagi keberhasilanku yang dulu. Pola yang sama ketika pertama kali masuk kuliah dan harus presentasi makalah. Dulu, setiap kali akan presentasi aku pengen hari itu jangan pernah ada. Perutku tiba-tiba mules tanpa sebab, stress, gugup berlebihan, bagaimana kalau teman-teman bertanya? Aku harus jawab apa? Tetapi setelah berulangkali presentasi ternyata aku bisa. Bahkan presentasi menjadi seseuatu hal yang sangat kunikmati dan kurindukan saat ini. Bahkan bisa mengajar di kelas lain. Ketakutan itu hilang. Hal yang sama kualami di tempat ini. PA mingguan tiap minggu yang mirip kelas debat terbuka ini rasanya sangat menakutkan. Aku bahkan pengen hari rabu terlewatkan begitu saja sehingga tidak perlu ada PA mingguan. Apalagi jika harus aku yang memandunya. Di situ duduk pengacara terhebat di kota Batam, pendeta, vicaris, MJ dan anggota jemaat yang ternyata juga mendalami teologi serta orang penting lainnya di masyarakat. Pengalaman-pengalaman mereka di bawa dalam PA ini sebagai bahan aplikasinya. Manalah aku ngerti dunia mereka? Rasa-rasanya kalau lihat pengacara itu lututku langsung gemetar (kenapa pula ada bapak ini?) sebab ialah yang paling banyak bertanya dan menjawab dan tak tanggung-tanggung pertanyaan kritisnya ditujukan pada kita? Setiap jawaban kita dikritisi lagi.. tapi akhirnya aku mulai terbiasa dengan keadaan ini dan menikmatinya. Sekarang aku sudah tidak takut lagi melihat dia. Bahkan beradu pendapat dengannya, siapa takut? Mereka datang dengan aplikasi, aku datang dengan tafsiran dan konteks bacaannya (Yesaya)
            Pengalaman di rumah lebih seru! Seorang adik bernama Titin pernah menumpahkan sabun cuciku di tangga sehingga tangga licin dan sabunnya berkurang, melemparkan kacamataku ke dalam selokan, dan yang parah 2 hari yang lalau menceburkan HP-ku ke kolam ikan yang pada akhirnya harus membuatku menggunakan HP jadul yg bisa buat lempar anjing.. hmmm semoga bisa dapat HP baru..
            Pembantu yang pergi dari rumah setelah aku 1 minggu di rumah tersebut. Dan 2 minggu kami harus bergotong-royong. Hikmahnya, aku bisa sangat dekat dengan semua anggota keluarga.. Adik-adik yang selalu mau ikut ke gereja ketika aku ngantor.. Pengalaman-pengalaman berharga yang membuatku belajar banyak hal..