Rabu, 05 Oktober 2011

OMG... Pengalaman-pengalaman itu.........


            Lama tidak posting ke blog ini. Banyak hal yang telah terjadi. 1 bulan bahkan telah lewat. Sejujurnya aku senang ketika berada di zona nyaman, saat semua hal di tempat ini berjalan baik-baik saja. Tetapi apa aku juga tidak tertantang untuk mengalami hal-hal baru yang menegangkan bahkan membutuhkan pergumulan? Sebab sebenarnya dari keadaan-keadaan itulah aku memiliki pengalaman iman yang luar biasa bersama Tuhan. Kadang rasanya indah banget hidup ini tidak ada masalah tapi rasanya datar-datar saja, ini pun juga tidak seru!
            Pengalaman demi pengalaman di tempat ini membawaku lebih mengerti suasana kota ini dengan baik berikut karakter-karakter orangnya. Belajar menghargai mereka walaupun aku tahu ada label buruk yang melekat pada diri mereka. Tapi inilah yang selalu kurenungkan, mereka tidak sedang bermasalah denganku sebelumnya jadi aku tidak berhak men-just mereka juga dengan label yang diberikan orang-orang. Lalu, rasa kasihanku melihat Pdt.ku. Sepertinya ada yang tak harmonis antara relasinya dengan jemaat (MJ). Padahal menurutku ia memiliki kemampuan yang lebih, wawasan dan karakter yang juga cukup untuk seorang Pdt. Tetapi mungkin jemaat menuntut terlalu banyak dan Pdt.ku bersikap acuh sehingga relasinya seperti itu.
            Dan pengalaman berbincang bersama seorang majelis yang menyatakan ketidaksimpatiannya terhadap Pdt. yang menjadi seorang pendeta adalah profesi dan bukan panggilan. Sampai pada ketidaksukaannya terhadap STT Jakarta yang menurutnya ‘terlalu liberal’ dengan pemahaman bahwa “Yesus merupakan salah satu jalan ke Surga” yang berarti ada banyak jalan lain, padahal Yesus sendiri mengatakan I’m THE way not I’m A way. Berarti jelas DIA adalah SATU-SATUNYA jalan ke Bapa. Aku membayangkan apa jadinya kalau ia tahu apa yang sebenarnya juga kupelajari di UKSW. Wah, padahal lebih gila lagi. PL + PB, Teologi Agama-agama berikut mata kuliah-mata kuliah yang lain yang  membawaku untuk menganut paham Acceptance dari Hans Kung dan Knitter. Aku mempercayai Yesus Juruselamatku tetapi dengan tetap menerima bahwa dalam agama lainpun ada Tuhan. Berdasar pada pemahaman bahwa Allah mengasihi semua manusia berarti IA tidak melihat agamanya. Masakan Tuhan hanya menyelamatkan orang kristen? Apakah ia tak sayang pada orang beragama lain? Tetapi kembali pada perbincanganku tadi dengan majelis tersebut. Ia menghadapkanku pada pertanyaan : “Siapa Yesus menurutmu?”, “Sahabat, teman, Tuhan, Juruselamat”, “Apakah kamu yakin bahwa hanya DIA SATU-SATUNYA atau SALAH SATU?”, “SATU-SATUNYA, pak”, “Yakin?”, “Ya pak”. OMG… Maafkan aku, Tuhan. Aku telah berbohong. Aku memang punya pandangan sendiri tetapi di depan seorang jemaat apalagi majelis jawaban yang diharapkan dan harus adalah satu-satunya. Ya, semoga aku tidak sedang munafik. Majelis tersebut menambahkan lagi bahwa sekolah di Teologi itu tidak membuat orang-orang lebih dekat dengan Tuhan tapi mengkritisi segala  hal bahkan Tuhan itu sendiri. Kemudian aku menjelaskan padanya dengan sangat hati-hati mengenai perbedaan teologi jemaat dan teologi akademik. (untung sempat membaca buku Pdt. Andar Ismail). Menceritakan prosesku berada dan belajar di Teologi dan bahwa aku memerlukan pengalaman-pengalaman yang demikian untuk membangun teologiku sendiri. Dengan penjelasan tersebut barulah majelis itu menerima.. hupptfff… thx Lord.
            Pengalaman di PA. Ternyata benar ketakutan itu harus dihadapi. Dan aku mengulang lagi keberhasilanku yang dulu. Pola yang sama ketika pertama kali masuk kuliah dan harus presentasi makalah. Dulu, setiap kali akan presentasi aku pengen hari itu jangan pernah ada. Perutku tiba-tiba mules tanpa sebab, stress, gugup berlebihan, bagaimana kalau teman-teman bertanya? Aku harus jawab apa? Tetapi setelah berulangkali presentasi ternyata aku bisa. Bahkan presentasi menjadi seseuatu hal yang sangat kunikmati dan kurindukan saat ini. Bahkan bisa mengajar di kelas lain. Ketakutan itu hilang. Hal yang sama kualami di tempat ini. PA mingguan tiap minggu yang mirip kelas debat terbuka ini rasanya sangat menakutkan. Aku bahkan pengen hari rabu terlewatkan begitu saja sehingga tidak perlu ada PA mingguan. Apalagi jika harus aku yang memandunya. Di situ duduk pengacara terhebat di kota Batam, pendeta, vicaris, MJ dan anggota jemaat yang ternyata juga mendalami teologi serta orang penting lainnya di masyarakat. Pengalaman-pengalaman mereka di bawa dalam PA ini sebagai bahan aplikasinya. Manalah aku ngerti dunia mereka? Rasa-rasanya kalau lihat pengacara itu lututku langsung gemetar (kenapa pula ada bapak ini?) sebab ialah yang paling banyak bertanya dan menjawab dan tak tanggung-tanggung pertanyaan kritisnya ditujukan pada kita? Setiap jawaban kita dikritisi lagi.. tapi akhirnya aku mulai terbiasa dengan keadaan ini dan menikmatinya. Sekarang aku sudah tidak takut lagi melihat dia. Bahkan beradu pendapat dengannya, siapa takut? Mereka datang dengan aplikasi, aku datang dengan tafsiran dan konteks bacaannya (Yesaya)
            Pengalaman di rumah lebih seru! Seorang adik bernama Titin pernah menumpahkan sabun cuciku di tangga sehingga tangga licin dan sabunnya berkurang, melemparkan kacamataku ke dalam selokan, dan yang parah 2 hari yang lalau menceburkan HP-ku ke kolam ikan yang pada akhirnya harus membuatku menggunakan HP jadul yg bisa buat lempar anjing.. hmmm semoga bisa dapat HP baru..
            Pembantu yang pergi dari rumah setelah aku 1 minggu di rumah tersebut. Dan 2 minggu kami harus bergotong-royong. Hikmahnya, aku bisa sangat dekat dengan semua anggota keluarga.. Adik-adik yang selalu mau ikut ke gereja ketika aku ngantor.. Pengalaman-pengalaman berharga yang membuatku belajar banyak hal.. 

1 komentar:

  1. semalam seorang pdm di sini juga berkata, "kalau ada ajaran yang mengatakan Yesus adalah SALAH SATU jalan keselamatan, itu ajaran sesat ! karena Yesus adalah SATU-SATUnya jalan keselamatan". Aku baru sadar setelah membaca posting mu ris. Yah, inilah tantangan kita. Diperhadapkan kepada realitas teologi jemaat yang tidak bisa dipatahkan atau diberi alternatif jawaban sehingga tidak bersifat eksklusif lagi. Tapi ya apa mau dikata, tugas kita sekarang bukan memimpin gereja kok, hanya belajar tentang bergereja !

    BalasHapus