Dan aku tahu saat tidak satu pun dapat kuandalkan aku masih selalu dapat mengandalkanMu, Tuhan. Hari ini aku benar-benar menghabiskan air mata untuk menangis. Terima kasih karena masih dapat menangis. Itu membuatku jauh merasa legah. Aku membuka hari dengan menangis tersedu-sedu dan menutup hari ini dengan menangis tersedu-sedu juga. Rasanya sudah capek nangis. Sudah menangis sejadi-jadinya. Tak akan pernah kulupakan tanggal ini 05-12-2011. Merasa seakan-akan semua gelap. Tak ada teman, sendirian, dan kosong. Tidak dapat cerita kepada mereka yang sebenarnya kuharapkan dapat berbagi dengan mereka. Dan aku tahu, mereka tidak dapat ku andalkan, aku masih tetap bisa mengandalkanMu, Tuhan.
Sakit hati, kecewa, marah, perasaan tidak terima, jengkel, benci semuanya jadi satu. Dan ini diakibatkan oleh seorang pembantu RT (kedengarannya sangat aneh, seorang mahasiswi teologi sakit hati karena ulah seorang pembantu, terserah orang mau bilang apa, tapi ini yang kualami). “Hei, kamu diam ya, kamu gak ada urusan sama aku”, “kamu itu pengacoh, mandiin semua anak-anak itu ya, kalau gak ada kamu mereka nurut sama aku”, “aku disini buat ngurusin 4 orang anak ya, bukan ngurusin kamu, jadi kamu urus aja urusanmu sendiri”, “kalau mau makan ya masak aja sendiri”, “kamu pembantu ya?”, “kamu jadi babysitter aja”, “kerjaanmu kayak pembantu”, “kamu asistennya ibu ya?” dan kalimat-kalimat lain yang kedengarannya sangat panas di telinga. Aku berusaha untuk bertahan, sabar, menerima semua perlakuan dan kalimat-kalimat itu. Dibentak, diomeli, tidak dibukain pintu. Tapi aku merasa dia sangat tidak menghargaiku. Aku juga butuh ruang untuk dihargai. Dia selalu berpikir aku ini virus di rumah ini yang patut dijauhi. Oh, what the…. Padahal aku sudah berusaha baik padanya, dekat dengannya, dan melepaskan pengampunan. Lalu apa masalah-masalah seperti ini harus dihadapi oleh semua orang yang akan melayaniMu? Rasanya kog gak adil ya?
Aku pengen keluar dari rumah ini Tuhan.. Tepatnya menjauh dari pembantu itu. Janganlah terlalu mempercayaiku sejauh ini Tuhan, kadang-kadang aku juga pengen menyerah, pengen berhenti dan pengen semuanya berakhir. Apakah aku kalah kalau pada akhirnya aku memutuskan untuk pindah dari rumah ini? Aku tahu Engkau memprosesku dengan begitu keras, hanya tolong kali ini berilah sedikit kelonggaran Tuhan. Mataku sakit karena menangis. Tetapi setiap teringat kalimat-kalimat itu air mataku jatuh lagi. Aku sungguh tidak ingin menjadi serapuh ini tapi aku sungguh tak kuat. Mohon hikmatMu supaya dapat mengkomunikasikannya pada bapak+ibu. Aku tidak ingin mereka tersinggung dan semoga jangan ada masalah lagi ke MJ. Aku belum menyelesaikan laporan akhir, liturgy-liturgi, renungan dan tugas-tugas lainnya. Mohon sedikit ruang untuk dapat mempersiapkan segala sesuatu dengan sebaik mungkin. Berilah aku waktu yang tepat untuk menjelaskan perasaanku pada bapak+ibu. Semoga Engkau mengabulkan doaku ini. Aku ingin menyelesaikan ini sampai akhir. Sungguh aneh rasanya jika aku harus berhenti di penghujung jalan. Aku ingin menyelesaikannya, tolonglah aku, Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar