Air mata duka dan air mata sukacita
Sebuah pernikahan yang seperti salib
Sebuah persekutuan kasih yang bercitarasa sorga,
Sepuluh tahun setelah menikah, tangis air mata seperti apakah yang akan kamu alami? Apakah air mata luka yang memedihkan atau air mata hangat yang dibangkitkan oleh sukacita? Faktanya, setiap pernikahan mengalami keduanya. Saya menulis buku ini karena saya ingin anda mengalami tangis air mata sukacita pada ulang tahun pernikahan kesepuluh anda. Saya ingin anda mampu berkata, dengan tulus hati, “setelah keputusan untuk menjadi seorang kristen, menikahi ___________________ adalah keputusan terbaik yang pernah saya buat.”
Kalimat-kalimat di atas adalah sepenggal kalimat dari bab pertama buku ini. Penulis sangat ingin agar setiap pembaca pada akhirnya menemukan air mata sukacita pada HUT pernikahannya yang ke-10 karena keputusan terbaik yang pernah dibuatnya 10 tahun lalu dan bukan air mata penyesalan karena menikahi orang yang salah. Karena itu, yang paling penting adalah alasan mengapa kamu menikah jauh lebih utama dari pada dengan siapa kamu menikah. Bukan berarti dengan siapa kamu menikah adalah persoalan yang tidak penting. Ini juga sangat penting namun jika kamu tidak tahu mengapa kamu harus menikah, kamu tidak dapat menentukan orang yang seperti apakah yang mau kamu ajak ke pernikahan.
Jadi, mengapa kamu mau menikah?
Pertanyaan ini membuat saya merenung berhari-hari, mengapa saya mau menikah? Dan saya terkejut, saya baru menyadari pentingnya pertanyaan ini. Selama ini saya tidak pernah berpikir tentang mengapa saya menikah. Lahir, sekolah, kuliah, kerja kemudian menikah dan mendidik anak, dan siklus berulang. Semua orang melewati siklus yang sama. Semua orang menikah berarti saya juga menikah. Orang-orang pengen punya keluarga dan keturunan, saya juga. Orang tua mengharpkan cucu, orang tua saya juga. Hanya sebatas ini alasan saya selama ini. Mengapa saya menikah? Ya, karena semua orang melakukan itu. Tetapi ternyata jawabannya tidaklah sesimple itu. Mengapa saya menikah? Mengapa kamu menikah?
Gary Thomas bilang, kalau kamu membuat keputusan investasi keuangan yang buruk, kamu selalu bisa memulai dari awal lagi. Tetapi pernikahan alkitabiah adalah perkara sekali seumur hidup. Sekali kamu menikah, maka setiap sore, setiap akhir minggu, setiap liburan, dan setiap pagi akan ditentukan, entah baik atau buruk, oleh hubungan pernikahan itu. Orang yang kamu nikahi adalah orang terakhir yang akan kamu lihat setiap malam sebelum tidur dan wajahnya adalah wajah pertama yang kamu lihat saat bangun tidur di pagi hari. Banyak pasangan yang menyesali apa yang mereka putuskan di masa muda karena tergesa-gesa lalu mumutuskan bahwa bercerai adalah satu-satunya cara yang akan membebaskan dari kesalahan tersebut. Namun, ini kenyataannya, banyak orang terburu-buru dalam prosesnya atau membuat keputusan karena alasan yang payah dan sekarang bertengkar karena akibat-akibat keputusan payah itu setiap hari dalam hidup mereka.
Kasih yang Memberi hidup
Sisi “mengapa” dari sebuah pernikahan adalah hal yang paling penting untuk memantapkan seseorang membuat pilihan bijak mengenai sisi “siapa” yang akan dinikahi. Sebuah rumah harus dibangun di atas dasar Mat 6:33: “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu” adalah sebuah rumah yang kokoh. Ayat ini mengandung perintah tetapi juga mengandung janji luar biasa bagi hidup penuh kelimpahan dan makna. Ketika suami istri berkomitmen pada Kristus, bertumbuh bersama Tuhan, saling mendukung satu sama lain dalam perjalanan rohani, membesarkan anak-anak dalam takut akan Tuhan, saling mengasihi satu sama lain karena mengasihi Tuhan maka sukacita akan berlimpah dan mujizat terjadi. Orang-orang egois berubah menjadi sekumpulan pelayan, anak-anak yang egois bertumbuh menjadi pekerja-pekerja kerajaan Allah, orang asing menjadi kawan karib. Memang ada banyak kesalahan, banyak pertobatan, berkali-kali frustrasi, rasa sakit, bahkan keraguan, tapi pada akhirnya hadirat Allah menang, orang-orang diubahkan, pekerjaan kerajaan Allah diselesaikan dan ujian berhasil dilewati. Jika dua orang berdiri bersama di sekeliling misi -- ‘jika mereka membuat pilihan pernikahan berdasarkan pada pribadi terbaik dengan siapa mereka bisa mewujudkan misi ini’ – kemungkinan terbesar, mereka akan mengalami pernikahan yang memenuhkan dan membangun jiwa.
Sebuah pernikahan yang manis adalah jarak yang paling dekat dari dua orang dengan sorga, sebuah pernikahan yang buruk adalah jarak paling dekat dari dua orang dengan neraka. Tidak ada seorang manusia pun yang sanggup membuat tetap terpikat hingga lima atau enam decade berikutnya. Kalau mereka benar-benar lucu dan benar-benar menarik, lalu kita bisa saja terpikat selama beberapa tahun, namun orang-orang egois, orang tampan dan cantik egois, orang terkenal yang egois pada akhirnya bosan satu sama lain, hubungan yang dulu pernah memberi rasa aman dan hidup akan terasa seperti penjara dan kematian jika dua orang yang menikah tidak berbagi misi yang sama. Harus ada satu yang mampu mempertahankan hubungan ini tetap terikat satu sama lain.
Sebuah pernikahan rohani yang kaya adalah jawaban dari persoalan ini. Ada sebuah hadiah yang menankjubkan dari pernikahan yang rohani: pernikahan yang hidup, semangat, keintiman, memori sepanjang usia bersama pasangan sebagai sobat terdekat, dan sukacita melimpah dalam membangun sebuah keluarga bersama-sama. Persahabatan yang dihasilkan dari mengahadapi semua musim kehidupan bersama-sama, berdoa bersama, merawat anak-anak bersama, melayani Tuhan bersama, bersenang-senang, bercinta, pusing dan patah hati, mengatasi kemunduran dan belajar menangani kekecewaan, serta bertumbuh bersama melalui semuanya itu mampu menciptakan ikatan yang tak bisa ditandingi oleh daya tarik seksual atau kertegila-gilaan romantis awal manapun juga.
Sekarang, tanyakanlah pada dirimu sendiri: “sepuluh tahun dari sekarang, air mata macam apa yang ingin saya alami? Air mata sukacita atau air mata kepedihan? Apakah saya ingin berada dalam sebuah pernikahan yang mengangkat saya atau yang menarik saya turun? Sebuah persekutuan yang ditandai kemitraan bersama atau pernikahan dimana kita bersembunyi dan terbiasa saling menyakiti satu sama lain?”
Selamat bersemediiii para lajang ^___________^
January 06, 2014