Jumat, 03 Januari 2014

Bukuuuuuuu

Haiiiiiiiiiiiiii….. Lama banget gak nulis karena memang sangat sibuk akhir-akhir ini. Namun di sela-sela kesibukan bulan lalu aku sempat mengunjungi dua toko buku besar di Jogja. Satu kebiasaan kalo sudah ada di took buku adalah berjam-jam berdiri di depan rak buku berlabel rohani atau teologi, ingin rasanya membeli semua buku yang ada disana. Aku selalu hobi membeli buku. Sewaktu kuliah, aku lebih memilih menyisihkan uang saku untuk membeli buku daripada membeli baju, tas, sepatu, dll. Padahal setiap semester mama dan papa sudah pasti memberikan uang khusus untuk membeli buku. Aku sulit menahan diri ketika berada di took buku, uangku pasti habis disana, dan selelu ada rasa puas di hati setelah membawa pulang begitu banyak buku. Meskipun belum semua buku yang kubeli habis kubaca, tapi senang aja rasanya di rak buku tersedia buku-buku yang banyak. Jika sekali waktu aku butuh referensi aku bisa dengan mudah mencari dan memperoleh info yang kubutuhkan dari buku-buku yang ada di ruang buku. 

Sama halnya ketika kemaren berkunjung ke took buku di Jogja. Begitu saja ratusan ribu melayang untuk beberapa buah buku. Aku selalu berpikir pendek ketika melihat buku yang menurutku menarik. Jika membeli baju, sepatu atau tas yang mahal aku selalu merasa sayang pada uangku tapi beda halnya dengan membeli buku, aku tidak pernah merasa sayang paling hanya rasa menyesal karena gak bisa manage uang, perasaan ini pun hanya bertahan sebentar. Setelah pulang dari Jogja aku baru sadar ternyata cuma aku yang gak belanja baju, sepatu atau tas, sementara teman-teman lain memborong baju dan tas. Aku membeli 5 buku dengan alasannya masing-masing. Berikut ini urutan waktu aku mengambil buku-buku ini dari rak beserta alasan yang membuatku memutuskan untuk membeli.

1.      The Kidney Story

Buku ini pertama-tama menarik karena judulnya, lalu sinopsisnya dan penulisnya yang menurutku masih sangat muda, bahkan dua tahun lebih muda dariku. Maklum aku sedang dalam fase-fase mengagumi orang-orang yang suka nulis. Buku ini bercerita tentang pengalaman pribadi penulis dan perjuangannya melawan penyakit gagal ginjal yang dialaminya. Ada satu pernyataan dalam synopsis yang membuatku memutuskan membeli buku ini. “Jangan menyerah pada impian anda karena Tuhan belum dan tidak akan menyerah atas anda. Bangkitlah dan nyatakanlah impian Tuhan dalam diri anda.” Merasa ada sesuatu dengan pernyataan ini aku lalu membeli buku ini. Hanya butuh waktu 1 jam di parkiran (ketika menunggu teman-teman lain selesai berbelanja) untuk membaca semua isi buku ini. Walapun sangat jauh dari tulisan berkualitas buku ini memberi pelajaran penting bagaimana bermimpi dan meraih mimpi bersama Allah. 

2.      The Sacred Search

Membaca kalimat di sampul depannya membuat tanganku tanpa ragu mengambil buku ini. Kalimat itu adalah “pencarian pasangan hidup yang kudus” sesuai judulnya. Satu kalimat di bawahnya yang juga menggelitik dan membuat penasaran membaca bukunya “bagaimana jika pertanyaannya, bukan tentang siapa yang akan anda nikahi, tetapi mengapa anda menikah?” Ternyata setelah dibuka sampulnya, buku ini sangat bagus, berkualitas dan realistis. Jauh lebih bagus dari beberapa buku serupa yang pernah kubaca. Sedang berencana membuat reviewnya di blog untuk membantu teman-teman pemuda/i yang belum menikah dalam memilih pasangan hidup dan mempertimbangkan matang-matang seseorang yang ingin dinikahi. Buku ini sangat direkomendasikan. Jadi, jika teman-teman sekali waktu ke toko buku dan bertemu buku ini jangan ragu untuk membelinya apalagi bagi kamu yang belum menikah. Bacalah buku ini sebelum menikah :)

3.      Menikmati panggilan di ladangnya

Buku ini kubeli karena judul dan sinopsisnya yang menarik. Ada sebuah kalimat yang menarik di sampul buku ini. “Pendeta, sebuah kata yang indah. Setiap kali orang memanggilku pendeta, aku merasa tersanjung… Tidak ada panggilan hidup yang lebih tinggi dibandingkan menjadi seorang pendeta”. Aku sengaja membeli buku ini karena aku sedang berjuang dan bergumul menemukan kembali semangat mula-mulaku ketika masuk sekolah teologi. Dalam perjalanan  menjadi mahasiswi teologi aku sadar semangat ini sedikit demi sedikit hilang hingga aku tiba di titik dimana aku tidak siap turun ke jemaat dan menjadi pendeta, aku butuh sesuatu yang membantuku kembali ke jalanku yang seharusnya dan aku rasa buku ini dapat menolongku, lalu kuputuskan untuk membeli buku ini. Benar saja, buku ini banyak membantu, sedikit demi sedikit menumbuhkan kembali kasih mula-mulaku dan membangkitkan kerinduan untuk menekuni panggilan di ladangnya. Pengalaman hidup kedua penulisnya yang diuraikan dengan penuh kejujuran membuatku menarik sebuah kesimpulan ‘betapa indahnya hidup melayani Tuhan’. 

4.      100 kisah yang menyetuh kalbu

Buku ini aku beli karena penulisnya, Xavier Quentin Pranata. Sebelumnya aku pernah beli bukunya “Life is Beautiful” yang bagus menurutku tapi ternyata buku yang baru kubeli ini hanyalah kumpulan cerita-cerita singkat yang sangat jauh dari ekspektasiku sebelumnya. Sudah terlanjur dibeli, mudah-mudahan suatu saat buku berguna untuk ilustrasi khotbah atau lain-lain. 




5.      7 langkah menuju gereja yang berkemenangan


Aku membeli buku ini karena ada kalimat “meneladani gaya hidup jemaat mula-mula”. Aku berpikir buku ini bisa jadi referensi untuk buku pelajaran yang sedang kutulis ternyata malah sangat jauh dari harapanku setelah membaca isinya. Isinya tak lain dari kritik apparatus yang sering kulakukan waktu mengambil mata kuliah Perjanjian Baru 2 waktu berkuliah dulu. Ya, kadang-kadang beberapa sampul buku tak sebagus isinya. Sudah terlanjur membeli, tidak masalah, baik untuk pajangan koleksi rak buku saja. Itulah sebabnya dalam memilih buku kita perlu melihat penulis, penerbit, judul dan isi bukunya (jika kebetulan sudah ada buku yang dibuka sampulnya). Apalagi jika bukunya belum pernah direkomendasikan oleh seseorang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar