Hari ini saya mengantar mama ujian proposal. Mama bersama banyak guru-guru lainnya yang sudah PNS tapi belum sarjana diharuskan untuk mengikuti program kuliah percepatan dari UNDANA kupang agar semua tunjangan mereka sebagai guru tidak dicabut karena tidak memenuhi syarat sebagai guru dengan gelar sarjana pendidikan. Untuk tujuan dan kekuatiran inilah mama bersama teman-temannya yang senasip mengikuti program pemerintah ini. Program ini melelahkan dan memakan biaya yang tidak sedikit. Beberapa hari ini saya memperhatikan cara mereka memperlakukan dan menghargai dosen-dosen mereka dengan menghambur-hamburkan uang hanya agar tuntutan pemerintah ini tercapai.
Melihat antusias, kesibukan dan hiruk pikuk para ‘mahasiswa’ ini mempersiapkan segala sesuatu untuk ujian proposal hari ini membuat saya terharu. Di sisi lain saya bersyukur saya sudah pulang ke rumah ketika mama ujian sehingga saya bisa ikut ambil bagian dalam jerih lelah mama mempersiapkan ujian proposal ini. Oh ia mama berkuliah sejak pertengahan 2012 lalu dan akan selesai bulan Desember 2014 ini. Perjuangan mereka bukan main-main, mama harus menyisihkan sebagiannya uangnya untuk regis kuliah dan untuk membiayaai saya dan adik-adik kuliah, belum lagi sejuta tugas yang kadang-kadang tidak masuk akal menurut saya. Tapi yang luar biasa menurut saya ketika melihat perjuangan para mahasiswa ini adalah tekad mereka yang pantang menyerah, bukan untuk gelar S.Pd di belakang nama mereka. Bukan itu. Melainkan agar tunjangan mereka tidak ditarik. Bukan karena mereka rakus uang atau gila uang. Bukan. Tapi agar anak-anak mereka dapat meneruskan sekolah bahkan ke perguruan tinggi. Saya tahu persis perjuangan mereka, terutama perjuangan mama. Bukan agar gaji mama tidak dipotong tapi agar adik-adik saya dapat kuliah dengan baik. Saya sungguh terharu melihat perjuangan tak kenal lelah dari mereka.
Tapi me;lihat perlakuan para dosen yang terhormat ini membuat saya benar-benar mensyukuri keputusan saya untuk berkuliah di jawa 6 tahun lalu daripada mengikuti keinginan papa untuk kuliah di Kupang. Memang tidak semua dosen di Kupang akan seperti dosen-dosen yang saya lihat 2 hari ini namun gambaran pendidik seperti mereka hampir tidak pernah saya temui di kampus saya kemaren. Maaf. Mereka mengajar bukan sedang mengajar mahasiswa tapi lebih parah seperti mengajar anak di bawah usia SD yang tidak tahu apa-apa. Saya juga pernah menajdi pendidik. Bahkan di murid-murid saya yang hanya SD tidak pernah saya perlakukan demikian. Saya menghargai mereka sebagai pribadi yang dalam banyak hal justru mendidik saya juga. Sayang sekali, budaya yang sama tidak saya temui di tempat ini. Para dosen berbuat sesuka hati, menuntut sesuatu dalam waktu mepet, sangat kurang persiapan, merokok ketika mengajar, dan menuntut fasilitas ini itu layaknya seorang bos. Luar biasa! Saya menduga-duga apakah di kampus sana ia juga dilengkapi fasilitas seperti di sini atau ia hanya memanfaatkan kebaikan hati para mahasiswa ini, hanya karena para mahasiswa ini berjuang dan manut terhadap semua keinginan mereka. Saya memang bukan bagian dari program ini tapi saya benar-benar muak dengan cara mereka. Mungkin memang pemahaman mereka berbeda dari saya. Cara mendidik mereka berbeda dan sejuta alasan yang mempenagruhi tindakan mereka. Tapi saya benar-benar tidak menyetujui semua perlakuan mereka.
Semangat ujian mama dan teman-teman mama. Semoga cepat berakhir perjuangan mama dan om+tante yang lain. 4 bulan lagi penderitaan mama dan om+tante akan berakhir ((ini edisi marah-marah karena adaptasi yang luar biasa sukar,
Saya mungkin hanya perlu terbiasa dengan budaya dan keadaan di tempat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar