Minggu, 20 November 2011

13 Minggu Berlalu

            Horeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee………… 5 weeks again. Tak terasa sudah di penghujung perjuangan. Terima kasih berlimpah untuk Sahabat Terkarib sepanjang masa, Yesus Kristus yang menopang, memberi kekuatan, kemampuan, hikmat untuk melewati 13 minggu berlalu. Banyak pengalaman, banyak kisah, banyak cerita yang terukir indah dalam 13 minggu ini. Cerita-cerita hebat yang mungkin tidak akan kudaptkan di tempat lain. Pencapaian & kegagalan. Belajar memberikan yang terbaik tetapi juga harus sampai pada pengakuan, banyak hal yang tidak berhasil ku capai. Tapi sejauh 13 minggu ini aku tahu betapa dukungan dan support dari teman-teman, saudara-saudara dan mama&papa sangat-sangat membantu. Ada masa pengen nyerah tapi kemudian bangun lagii. Asam manis PPL6.
            banyak yang terjadi 1 minggu ini. peristiwa yang membuatku menangis sejadi-jadinya dan sepertinya belum pernah aku menangis seperti ini ditelfon ketika curhat sama mama. Dan merupakan tangisan terbesar selama di tempat ini. betapa tidak, aku melakukan semua pekerjaana di rumah ini dengan tulus, aku menganggap bapak dan ibu di tempat ini sebagai keluargaku sendiri, adik-adik sudah kuanggap sebagai adik-adikku sendiri. Sehingga wajar saja kalau aku turun tangan membantu jika ada pekerjaan sekalipun sudah ada pembantu. Tapi apa yang dikatakan oleh pembantu itu benar-benar membuatku merasa sangat tersinggung.  Aku dibilang pembantuu. What the.. lancang betul mulutnya. Aku gak tahu apa salahku, tapi sepertinya pembantu itu sangat sensi dengan diriku. Dan aku sangat marah dengan perkataannya itu. Belum pernah aku semarah itu sebelumnya. Marah karena menjelaskan pun padanya bahwa aku sedang PPL dia gak akan ngerti karena gak pernah sekolah apalagi kuliah. Udah bego ngotot lagi. Sampai pada gak dibukain pintu rumah waktu pulang ngajar katekisasi padahal dia ada di dalam rumah. Benar-benar pengen kugampar mukanya. Tapi harus mengendalikan diri. Pengalaman ini penting buatku untuk belajar bahwa menjadi pelaku Firman ternyata jauh lebih sulit dari pada menuang ide untuk membuat khotbah.
            Alhasil, karena aku masih marah sama pembantunya, khotbah yang kubuat tidak maksimal, pelayanan pun tidak semaksimal biasanya. Rasa garing banget ketika aku berkhotbah. (anehnya seorang ibu malah mengirim pesan “Ester khotbahmu udah bagus, dapat dimengerti”. Hah???? Gak salah bu?) itu di luar jangkauanku untuk membuat mereka memahami. Aku sendiri gak yakin dengan apa yang kukhotbahkan semalam. Rasanya setelah berkhotbah pengen menghilang dari atas mimbar. Tetapi masih harus tetap ada di situ. Menyelesaikan ibadah dan menyalami jemaat satu per satu. OMG.. apa yang baru saja kulakukan di mimbar? Gak percaya.!! baru sadar dan ingat FirTu “jika kamu ingin mempersembahkan persembahan dan kamu mengingat ada perselisihan dengan saudaramu tingalkan dulu korbanmu dan pergilah berdamai dengan saudaramu dan datanglah kembali untuk mempersembahkan persembahan”. Bagaimana aku bisa berdiri di mimbar sementara aku masih menyimpan sakitt hati? Jangankan untuk bersikap ramah terhadap pembantu itu, menyesal pun aku gak merasa. Masih ingin menikmati rasa benci terhadapnya. Lihat dia aja kayak nini buta hejo, raksasa jahat dalam cerita-cerita waktu kecil. Sampai di curigai akan mencuri lagi sama pembantunya. Ckckckcck dia pikir aku gak punya uang ya? Dasar pembantu, biasanya apa yang dikatakan gak jauh-jauh dari apa yang diperbuat.
            Ternyata benar, kita tidak dapat berdiri di mimbar dan mewakili Allah jika hidup kita sendiri belum beres. Rasanya khotbah pertamaku di tempat ini: tiada kekudusan hidup di hadapan Allah tanpa kasih kepada sesama” sekarang terngiang-ngiang dan menuntut aku melakukan apa yang kukhotbahkan. Allah menuntut kita untuk mengasihi betapapun sakitnya. OMG… susahnyaaaa!!!
            Tidak mudah menjadi pendeta!!! Perlu kupikirkan ulang niat untuk jadi pendetaa ini. kayaknya makin ke sini makin condong niat untuk melayani di bidang akademik saja atau mendirikan yayasan sosial atau lembaga pendidikan. Pekerjaan dan tuntutan bagi seorang pendeta rasanya menakutkan skali. Pada akhirnya kan memang PPL6 untuk juga membantu semua teman2 yang sedang menjalaninya untuk menentukan langkah ke depan. Bercermin dari pengalaman dan kemampuan selama 4 bulan PPL6.
            So, tetap semangatt buat teman2 seperjuangan… inilah waktu kita mengetahi kapasitas diri kita dan menentukan arah.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar