Haii... apa kabar? Berharap sih tulisan-tulisan
dari buku #TheSacredSearch ini banyak yang membacanya. Kali ini kita memasuki
bagian ke-4. Pembicaraan mengenai perempuan saleh dan laki-laki saleh. Tapi
sebelum kita berpikir tentang pasangan hidup saleh seperti apa yang kita
inginkan, ada kalimat yang bagus dari Gary dan memiliki harga mati untuk
diterapkan, “bagian dari menemukan orang
yang tepat untuk dinikahi adalah pertama-tama menjadi orang yang tepat itu
sendiri.”
- Kesalahan yang Memikat *carilah laki-laki saleh* รจ |catatan bagi perempuan|
Kebanyakan
perempuan lajang tidak mencari pasangan karena karakternya melainkan mencari
lelaki yang dengannya ia merasa ‘jatuh cinta’. Ketika perempuan jatuh cinta,
mereka akan memaafkan setiap kesalahan yang ada pada pacarnya untuk
mempertahankan hubungan. Mereka dengan begitu cepat membenarkan perilaku buruk
sang kekasih dan berjuang menjelaskan mengapa kekasihnya berlaku begitu. Hal
yang justru akan sangat berbeda ketika sang kekasih yang berperilaku buruk itu
berhasil dinikahi. Seorang istri akan memberitahu seluruh dunia betapa buruknya
suaminya dan mencari simpati dari banyak orang karena ia harus hidup bersama
dengan si brengsek seumur hidupnya.
Bagaimana
jika yang terjadi adalah kebalikannya? Seorang perempuan lajang dengan bijak
berdiskusi sungguh-sungguh dengan sahabat-sahabatnya, keluarganya, mengenai
kelemahan kekasihnya sehingga mampu membuat keputusan bijak. Lalu para istri
mempertahankan sungguh-sungguh kehormatan suaminya sehingga menciptakan
pernikahan yang abadi.
Setiap
perempuan menikah jika diberi kesempatan untuk menasehati perempuan lajang
mereka pasti akan mengutarakan hal ini: “temukan
seorang lelaki yang memiliki karakter kuat dan bertumbuh di dalam Tuhan serta
mengejar kekudusan. Ini adalah karakter yang dinilai paling tinggi oleh para
perempuan yang sudah menikah.” Namun justru disinilah letak kelemahan utama
perempuan lajang, “ya... memang sih, tapi
dia juga bla... bla... bla... nanti kan bisa berubah...”. terlalu banyak
perempuan lajang meremehkan kelemahan karakter serius bahkan ketiadaan iman
pacar mereka. Mereka menghabiskan begitu banyak waktu untuk menutup-nutupi
kesalahan pacar dan berusaha agar kelemahan-kelemahan itu dapat diterima oleh
sahabat-sahabat dan keluarganya. Pertanyaan pentingnya adalah: “apa hal yang paling kamu inginkan dari
pasanganmu sepuluh tahun dari sekarang? Ketika sudah memiliki anak-anak, rumah,
menjalani hidup bersama dan saat perasaan mabuk kepayang telah sirna?” pertanyaan
ini hanya dapat dijawab oleh kita secara pribadi. Tanyakanlah ke dalam hati
kita yang paling dalam.
Empat
kualitas seorang suami yang diidamkan seorang perempuan menikah adalah 1) seorang
suami saleh, 2) memiliki selera humor, 3) menjadi seorang ayah yang terlibat
penuh dengan keluarga, 4) memiliki etika kerja kuat. Tetapi justru kualitas ini
menempati urutan terakhir dari kriteria yang dibuat oleh perempuan lajang.
Urutan pertamanya adalah seorang laki-laki yang membuat perempuan klepak-klepak,
terpesona pada lelaki pemimpi yang banyak impian ketimbang seorang pekerja yang
berjuang mewujudkannya, atau chemistry
seksual jangka pendeka daripada seseorang yang memegang kata-katanya dan
menjalani cara hidup terhormat. Kalau kita sedang jatuh cinta, apa yang paling
kita inginkan? Pasti seseorang yang membuat jantung kita berdebar-debar, tangan
berkeringat, gairah seksual mendidih. Sementara perempuan menikah
menginginkan agar suaminya adalah orang yang bisa diandalkan, yang selalu ada
setiap hari baginya dan anak-anaknya, dan yang selalu mengisi rekening di bank
tiap bulan.
Kadang-kadang
perempuan lajang juga sangat mudah terpikat oleh posisi sosial seorang lelaki
*pelajaran bagi saya secara pribadiJ*. Mungkin ia
kaya, pemimpin pelayan di gereja. Tapi kenyataannya adalah nantinya kita akan
menikahi ORANG bukan POSISI SOSIAL. Beberapa orang justru kikir, yang
menghabiskan waktu di gereja belum tentu adalah orang saleh. Karena itu, jangan
ijinkan posisi sosial seseorang membuat kita tertipu dan tidak mengenal
karakter pacar dengan serius.
“...
pilihlah ... orang ... yang penuh dengan Roh dan hikmat ...” (Kis 6:3).
Ini adalah pemimpin yang ideal bagi sebuah rumah tangga. Orang yang dipenuhi
Roh Kudus, yang hidup bagi Allah dan Allah hidup di dalam mereka, orang yang
penuh hikmat. Kita tidak akan pernah menyesal jika membuat pilihan berdasarkan
fondasi ini. Apakah ayat ini berlaku bagi
pacarmu saat ini? Jika tidak, apakah kamu yakin ingin membangun sebuah keluarga
bersamanya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar