Rabu, 23 April 2014

#Chapter4a Carilah Laki-laki Saleh



Haii... apa kabar? Berharap sih tulisan-tulisan dari buku #TheSacredSearch ini banyak yang membacanya. Kali ini kita memasuki bagian ke-4. Pembicaraan mengenai perempuan saleh dan laki-laki saleh. Tapi sebelum kita berpikir tentang pasangan hidup saleh seperti apa yang kita inginkan, ada kalimat yang bagus dari Gary dan memiliki harga mati untuk diterapkan, “bagian dari menemukan orang yang tepat untuk dinikahi adalah pertama-tama menjadi orang yang tepat itu sendiri.

  1. Kesalahan yang Memikat *carilah laki-laki saleh* รจ |catatan bagi perempuan|
         Kebanyakan perempuan lajang tidak mencari pasangan karena karakternya melainkan mencari lelaki yang dengannya ia merasa ‘jatuh cinta’. Ketika perempuan jatuh cinta, mereka akan memaafkan setiap kesalahan yang ada pada pacarnya untuk mempertahankan hubungan. Mereka dengan begitu cepat membenarkan perilaku buruk sang kekasih dan berjuang menjelaskan mengapa kekasihnya berlaku begitu. Hal yang justru akan sangat berbeda ketika sang kekasih yang berperilaku buruk itu berhasil dinikahi. Seorang istri akan memberitahu seluruh dunia betapa buruknya suaminya dan mencari simpati dari banyak orang karena ia harus hidup bersama dengan si brengsek seumur hidupnya.
         Bagaimana jika yang terjadi adalah kebalikannya? Seorang perempuan lajang dengan bijak berdiskusi sungguh-sungguh dengan sahabat-sahabatnya, keluarganya, mengenai kelemahan kekasihnya sehingga mampu membuat keputusan bijak. Lalu para istri mempertahankan sungguh-sungguh kehormatan suaminya sehingga menciptakan pernikahan yang abadi.
         Setiap perempuan menikah jika diberi kesempatan untuk menasehati perempuan lajang mereka pasti akan mengutarakan hal ini: “temukan seorang lelaki yang memiliki karakter kuat dan bertumbuh di dalam Tuhan serta mengejar kekudusan. Ini adalah karakter yang dinilai paling tinggi oleh para perempuan yang sudah menikah.” Namun justru disinilah letak kelemahan utama perempuan lajang, “ya... memang sih, tapi dia juga bla... bla... bla... nanti kan bisa berubah...”. terlalu banyak perempuan lajang meremehkan kelemahan karakter serius bahkan ketiadaan iman pacar mereka. Mereka menghabiskan begitu banyak waktu untuk menutup-nutupi kesalahan pacar dan berusaha agar kelemahan-kelemahan itu dapat diterima oleh sahabat-sahabat dan keluarganya. Pertanyaan pentingnya adalah: “apa hal yang paling kamu inginkan dari pasanganmu sepuluh tahun dari sekarang? Ketika sudah memiliki anak-anak, rumah, menjalani hidup bersama dan saat perasaan mabuk kepayang telah sirna?” pertanyaan ini hanya dapat dijawab oleh kita secara pribadi. Tanyakanlah ke dalam hati kita yang paling dalam.
         Empat kualitas seorang suami yang diidamkan seorang perempuan menikah adalah 1) seorang suami saleh, 2) memiliki selera humor, 3) menjadi seorang ayah yang terlibat penuh dengan keluarga, 4) memiliki etika kerja kuat. Tetapi justru kualitas ini menempati urutan terakhir dari kriteria yang dibuat oleh perempuan lajang. Urutan pertamanya adalah seorang laki-laki yang membuat perempuan klepak-klepak, terpesona pada lelaki pemimpi yang banyak impian ketimbang seorang pekerja yang berjuang mewujudkannya, atau chemistry seksual jangka pendeka daripada seseorang yang memegang kata-katanya dan menjalani cara hidup terhormat. Kalau kita sedang jatuh cinta, apa yang paling kita inginkan? Pasti seseorang yang membuat jantung kita berdebar-debar, tangan berkeringat, gairah seksual mendidih. Sementara perempuan menikah menginginkan agar suaminya adalah orang yang bisa diandalkan, yang selalu ada setiap hari baginya dan anak-anaknya, dan yang selalu mengisi rekening di bank tiap bulan.
         Kadang-kadang perempuan lajang juga sangat mudah terpikat oleh posisi sosial seorang lelaki *pelajaran bagi saya secara pribadiJ*. Mungkin ia kaya, pemimpin pelayan di gereja. Tapi kenyataannya adalah nantinya kita akan menikahi ORANG bukan POSISI SOSIAL. Beberapa orang justru kikir, yang menghabiskan waktu di gereja belum tentu adalah orang saleh. Karena itu, jangan ijinkan posisi sosial seseorang membuat kita tertipu dan tidak mengenal karakter pacar dengan serius.
         “... pilihlah ... orang ... yang penuh dengan Roh dan hikmat ...” (Kis 6:3). Ini adalah pemimpin yang ideal bagi sebuah rumah tangga. Orang yang dipenuhi Roh Kudus, yang hidup bagi Allah dan Allah hidup di dalam mereka, orang yang penuh hikmat. Kita tidak akan pernah menyesal jika membuat pilihan berdasarkan fondasi ini. Apakah ayat ini berlaku bagi pacarmu saat ini? Jika tidak, apakah kamu yakin ingin membangun sebuah keluarga bersamanya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar