Senin, 21 April 2014

#Chapter3 Rentan dan Bodoh



Allah menciptakan otak kita dengan sangat unik dengan fenomena mabuk kepayang dan jatuh cinta. Kita bisa tergila-gila pada seseorang untuk jangka waktu yang cukup lama sekitar 12-18 bulan atau bahkan lebih. Namun biasanya fenomena ini hanya bertahan paling lama 2 tahun dengan intensitas yang tidak sama seperti sebelumnya. Allah memang tidak merancang otak kita untuk menyimpan hormon tergila-gila dalam jangka waktu lama.
Na, bagaimana kita tahu bahwa kita sedang tergila-gila terhadap seseorang? Dr. Helen Fisher mengungkapkan beberapa fakta yang dapat membuktikan bahwa kita sedang tergila-gila:
*      Sang pencinta fokus pada sifat-sifat baik dari pihak yang dicintai dan meremehka atau menganggap enteng kelemahan-kelemahannya
*      Orang yang tergila-gila mengalami kelebihan energi, hiper-aktivitas, sulit tidur, fenomena impulsif, euforia, dan perubahan mood cepat
*      Salah satu atau kedua belah pihak mengembangkan perasaan mendalam untuk mendahulukan kepentingan dari pihak yang dicintai
*      Gairah di dalam hubungan ditingkatkan, bukan dilemahkan oleh tantangan; semakin hubungan dikecam, semakin gairah bertumbuh
*      Kedua bela pihak yang saling mencinta menjadi semakin bergantung secara emosional pada hubungan
*      Kedua pihak yang terlibat mengatur ulang prioritas demi mempertahankan kontak fisik sebanyak-banyaknya, empati begitu kuat sehingga mereka bahkan ‘rela mati demi kekasih’
*      Orang yang tergila-gila memikirkan kekasihnya pada tingkat obsesif
*      Hasrat seksual begitu kuat dan hubungan ditandai dengan adanya sikap posesif ekstrem
Banyak peneliti menyimpulkan bahwa ketika kita jatuh cinta, otak bekerja sedemikian rupa sebagai sebuah idealisasi dari seseorang yang kita cintai. Kita berfokus pada sifat-sifat baik (padahal banyak diantaranya mungkin imajiner) dan membutakan diri pada sifat-sifat buruk (padahal banyak di antaranya terlihat jelas bagi orang lain). Kita mengidealkan orang yang dicintai untuk membuatnya menjadi jenis orang yang diinginkan. Dalam keadaan seperti ini, kita tidak berada dalam posisi yang sanggup membuat pilihan objektif jika semata-mata hanya mengandalkan perasaan. 

Ø  Tergila-gila pada perasaan tergila-gila

Seringkali jika mencintai seseorang, kita merasa bahwa setiap hal yang dibuatnya selalu benar di mata kita sehingga kita berkata: “dia sempurna, saya menyukai setia detail tentang dia, ia tidak memiliki kekurangan, justru apa yg menjadi kekurangannya menjadi benar di mata saya.” Hati-hati, disinilah titik rentannya. Jatuh cinta memang membuat seseorang memiliki tambahan energi luar biasa tidak peduli berapa usianya. Bahkan ada beberapa orang yang rela meninggalkan pekerjaan yang mapan, keluarga, rela menempuh perjalanan jauh untuk bertemu dengannya, bahkan ketika orang lain yang patut dipercaya tidak merasa yakin dengan orang yang kita cintainya. Ini yang disebut sebagai perasaan ‘tergila-gila’.  
Dr. Helen Fisher mengatakan lagi bahwa “cinta romantis itu memaksa dan sulit dikendalikan.” Lihatlah anak-anak muda yang dengan sangat mudahnya berkata: ‘rela mati demi cinta’ (ceileeehhhh....:p). Saat kita jatuh cinta hanya dua hal yang mampu memfokuskan pikiran kita: mendapatkan orang itu dan mempertahankannya. Otak tidak lagi dapat bekerja dengan baik untuk menilai secara objektif apakah orang itu pantas didapatkan atau layak dipertahankan. Disinilah peran orang-orang terdekat, keluarga dan sahabat. Kita sedang ‘tergila-gila’ sehingga tidak dapat berpikir objektif, yang kita lihat dari dia selalu ‘indah dan menawan’, jadi, adalah bodoh menolak mendengarkan pendapat orang terdekat kita yang tidak ‘sedang gila’ seperti kita. Kalau sudah begini, bukalah lebar-lebar telinga kita terhadap masukan orang terdekat dan bukalah mata lebar-lebar untuk melihat kekurangannya. Idelanya ketika kita siap berkomitmen dengan seseorang berarti kita siap hidup dengan kelebihan dan kekurangan yang ia miliki yang sudah diketahui sebelumnya.
Memutuskan untuk memulai kehidupan pernikahan dengan seseorang bukan juga perkara yang mudah. Ingat bahwa kita tidak dapat menikahi seseorang hanya karena alasan kita jatuh cinta padanya. Cinta pesona atau perasaan tergila-gila membutuhkan waktu paling tidak 2 tahun untuk menguji apakah orang yang sedang digilai adalah seseorang yang selama ini diidamkan. Kebanyakan perasaan tergila-gila bermuara pada sebuah keputusan yang gegabah. Disinilah diperlukan hikmat. Hikmat yang bersedia menunggu. Gary menulis begini:

“Setiap pembimbing pernikahan, bahkan, setiap orang menikah yang saya kenal – akan memberitahu anda bahwa jauh lebih baik kesepian dan masih lajang daripada kesepian dan sudah menikah. Obat bagi yang kesepian dan masih melajang hampir selalu lebih ringan dan lebih membawa harapan daripada bagi yang kesepian dan sudah menikah. Jika anda terburu-buru memasuki kehidupan pernikahan dan bangun di samping seorang pasangan yang membuat hidup menjadi sulit, anda masih harus tetap  hidup dengan kekecewaan yang sama hari demi hari. Alkitab tidak memberi klausa “upss.. aku terlalu buru-buru” bagi kita dalam hal pernikahan dan perceraian. Apakah anda memutuskan untuk tetap bersama seseorang yang tidak tepat hanya karena getaran romantis membuat anda begitu sulit melupakannya? Lalu menolak mengenal lebih jauh seseorang pribadi pasangan berkualitas luar biasa lainnya hanya karena anda tak bisa menunggu?” (p.35-36)

Jatuh cinta bagi seorang lajang adalah sesuatu yang harus dievaluasi, bukan seseuatu yang harus dituruti membabi buta. Jatuh cinta pada hakikatnya adalah obsesi otak yang sangat menyenangkan dan sangat nyata sekaligus bisa menjadi ilah palsu yang berbahaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar