Senin, 05 Desember 2011

05-12-2011

            Dan aku tahu saat tidak satu pun dapat kuandalkan aku masih selalu dapat mengandalkanMu, Tuhan. Hari ini aku benar-benar menghabiskan air mata untuk menangis. Terima kasih karena masih dapat menangis. Itu membuatku jauh merasa legah. Aku membuka hari dengan menangis tersedu-sedu dan menutup hari ini dengan menangis tersedu-sedu juga. Rasanya sudah capek nangis. Sudah menangis sejadi-jadinya. Tak akan pernah kulupakan tanggal ini 05-12-2011. Merasa seakan-akan semua gelap. Tak ada teman, sendirian, dan kosong. Tidak dapat cerita kepada mereka yang sebenarnya kuharapkan dapat berbagi dengan mereka. Dan aku tahu, mereka tidak dapat ku andalkan, aku masih tetap bisa mengandalkanMu, Tuhan.
            Sakit hati, kecewa, marah, perasaan tidak terima, jengkel, benci semuanya jadi satu. Dan ini diakibatkan oleh seorang pembantu RT (kedengarannya sangat aneh, seorang mahasiswi teologi sakit hati karena ulah seorang pembantu, terserah orang mau bilang apa, tapi ini yang kualami). “Hei, kamu diam ya, kamu gak ada urusan sama aku”, “kamu itu pengacoh, mandiin semua anak-anak itu ya, kalau gak ada kamu mereka nurut sama aku”, “aku disini buat ngurusin 4 orang anak ya, bukan ngurusin kamu, jadi kamu urus aja urusanmu sendiri”, “kalau mau makan ya masak aja sendiri”, “kamu pembantu ya?”, “kamu jadi babysitter aja”, “kerjaanmu kayak pembantu”, “kamu asistennya ibu ya?” dan kalimat-kalimat lain yang kedengarannya sangat panas di telinga. Aku berusaha untuk bertahan, sabar, menerima semua perlakuan dan kalimat-kalimat itu. Dibentak, diomeli, tidak dibukain pintu. Tapi aku merasa dia sangat tidak menghargaiku. Aku juga butuh ruang untuk dihargai. Dia selalu berpikir aku ini virus di rumah ini yang patut dijauhi. Oh, what the…. Padahal aku sudah berusaha baik padanya, dekat dengannya, dan melepaskan pengampunan. Lalu apa masalah-masalah seperti ini harus dihadapi oleh semua orang yang akan melayaniMu? Rasanya kog gak adil ya?
            Aku pengen keluar dari rumah ini Tuhan.. Tepatnya menjauh dari pembantu itu. Janganlah terlalu mempercayaiku sejauh ini Tuhan, kadang-kadang aku juga pengen menyerah, pengen berhenti dan pengen semuanya berakhir. Apakah aku kalah kalau pada akhirnya aku memutuskan untuk pindah dari rumah ini? Aku tahu Engkau memprosesku dengan begitu keras, hanya tolong kali ini berilah sedikit kelonggaran Tuhan. Mataku sakit karena menangis. Tetapi setiap teringat kalimat-kalimat itu air mataku jatuh lagi. Aku sungguh tidak ingin menjadi serapuh ini tapi aku sungguh tak kuat. Mohon hikmatMu supaya dapat mengkomunikasikannya pada bapak+ibu. Aku tidak ingin mereka tersinggung dan semoga jangan ada masalah lagi ke MJ. Aku belum menyelesaikan laporan akhir, liturgy-liturgi, renungan dan tugas-tugas lainnya. Mohon sedikit ruang untuk dapat mempersiapkan segala sesuatu dengan sebaik mungkin. Berilah aku waktu yang tepat untuk menjelaskan perasaanku pada bapak+ibu. Semoga Engkau mengabulkan doaku ini. Aku ingin menyelesaikan ini sampai akhir. Sungguh aneh rasanya jika aku harus berhenti di penghujung jalan. Aku ingin menyelesaikannya, tolonglah aku, Tuhan.

Minggu, 27 November 2011

Bahagiaaaaaaaaaaa

            Hari ini dan kemaren benar-benar merasa seperti di Salatiga. Nyaman, senang, bahagia, bebas dan seperti sedang berada di dalam kelas PB 2nya pak Yusak. Kedatangan pak Yusak benar-benar seperti kedatangan seorang pembela. Pembinaan yang dilakukan sangat mendapat respon positif dari anggota jemaat. Jemaat seakan terpesona dengan style pak Yusak yang menurut anggapan mereka sebelumnya pasti seseorang yang sudah tua, jenggotan, menyeramkan, serius karena sudah menyelesaikan S3. Dan betapa terpesonanya mereka ketika melihat seorang Yusak yang masih ‘muda’, ramah, humoris dan narsis. Dengan cepat ia mampu menarik perhatian jemaat dan bahkan banyak jemaat yang mengharapkan beliau melayankan ibadah minggu. Pada akhirnya harus diakui bahwa saya bangga memiliki dosen seperti Pak Yusak. Kualitasnya tidak perlu dipertanyakan lagi. Jadi pengen seperti beliau.
            Setelah pembinaan bersama pak Yusak mencari angkringan. Yang begini belum pernah terjadi di Salatiga. bercerita dan bersenda gurau membuat saya merasa sangat senang. Seperti sedang bersama dengan orang tua sendiri. Sampai akhirnya tiba di rumah pukul 12.00
            Hari ini dilakukan percakapan dengan para supervisor lapangan dan MJ. Mereka menghabiskan waktu 1 jam 45 menit dan cukup membuat jantung saya bekerja lebih cepat. Was-was dengan apa yang mereka sampaikan. Pada akhirnya saya bersyukur mereka selesai juga. Dan tiba waktunya bagi saya berbicara dengan Pak Yusak. Keluarlah semua uneg-uneg selama ini, mulai dari adaptasi bulan pertama, rumah, pembantu, dll. Dan akhirnya nangis sejadi-jadinya. Saya merasa ‘gagal’ dan tidak merasa bahwa saya dapat memberi banyak kepada jemaat disini. Tetapi yang sungguh menyenangkan bahwa ternyata yang dilaporkan semuanya baik adanya. Dan bahkan terbuka peluang agar tahun-tahun depan dikirim lagi mahasiswa PPL di tempat ini. sampai hari ini baru menyadari bahwa ternyata telah banyak hal juga yang sudah saya berikan bagi gereja disini. Selama ini hanya merasa tidak dapat memberi apa-apa padahal saya memaksa diri untuk juga berjuang dengan keras. Terima kasih untuk sambutan hangatnya pak Yusak, untuk apresiasinya, untuk tips-tips, untuk sharing pengalaman, untuk kesediannya mendengar.
Sangat bahagia hari ini. semangatt lagi untuk 1 bulan tersisah. Keluarkan semua pemberian-pemberian terbaik.. Beribu-ribu terima kasih untuk Tuhan Yesus.

Minggu, 20 November 2011

13 Minggu Berlalu

            Horeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeee………… 5 weeks again. Tak terasa sudah di penghujung perjuangan. Terima kasih berlimpah untuk Sahabat Terkarib sepanjang masa, Yesus Kristus yang menopang, memberi kekuatan, kemampuan, hikmat untuk melewati 13 minggu berlalu. Banyak pengalaman, banyak kisah, banyak cerita yang terukir indah dalam 13 minggu ini. Cerita-cerita hebat yang mungkin tidak akan kudaptkan di tempat lain. Pencapaian & kegagalan. Belajar memberikan yang terbaik tetapi juga harus sampai pada pengakuan, banyak hal yang tidak berhasil ku capai. Tapi sejauh 13 minggu ini aku tahu betapa dukungan dan support dari teman-teman, saudara-saudara dan mama&papa sangat-sangat membantu. Ada masa pengen nyerah tapi kemudian bangun lagii. Asam manis PPL6.
            banyak yang terjadi 1 minggu ini. peristiwa yang membuatku menangis sejadi-jadinya dan sepertinya belum pernah aku menangis seperti ini ditelfon ketika curhat sama mama. Dan merupakan tangisan terbesar selama di tempat ini. betapa tidak, aku melakukan semua pekerjaana di rumah ini dengan tulus, aku menganggap bapak dan ibu di tempat ini sebagai keluargaku sendiri, adik-adik sudah kuanggap sebagai adik-adikku sendiri. Sehingga wajar saja kalau aku turun tangan membantu jika ada pekerjaan sekalipun sudah ada pembantu. Tapi apa yang dikatakan oleh pembantu itu benar-benar membuatku merasa sangat tersinggung.  Aku dibilang pembantuu. What the.. lancang betul mulutnya. Aku gak tahu apa salahku, tapi sepertinya pembantu itu sangat sensi dengan diriku. Dan aku sangat marah dengan perkataannya itu. Belum pernah aku semarah itu sebelumnya. Marah karena menjelaskan pun padanya bahwa aku sedang PPL dia gak akan ngerti karena gak pernah sekolah apalagi kuliah. Udah bego ngotot lagi. Sampai pada gak dibukain pintu rumah waktu pulang ngajar katekisasi padahal dia ada di dalam rumah. Benar-benar pengen kugampar mukanya. Tapi harus mengendalikan diri. Pengalaman ini penting buatku untuk belajar bahwa menjadi pelaku Firman ternyata jauh lebih sulit dari pada menuang ide untuk membuat khotbah.
            Alhasil, karena aku masih marah sama pembantunya, khotbah yang kubuat tidak maksimal, pelayanan pun tidak semaksimal biasanya. Rasa garing banget ketika aku berkhotbah. (anehnya seorang ibu malah mengirim pesan “Ester khotbahmu udah bagus, dapat dimengerti”. Hah???? Gak salah bu?) itu di luar jangkauanku untuk membuat mereka memahami. Aku sendiri gak yakin dengan apa yang kukhotbahkan semalam. Rasanya setelah berkhotbah pengen menghilang dari atas mimbar. Tetapi masih harus tetap ada di situ. Menyelesaikan ibadah dan menyalami jemaat satu per satu. OMG.. apa yang baru saja kulakukan di mimbar? Gak percaya.!! baru sadar dan ingat FirTu “jika kamu ingin mempersembahkan persembahan dan kamu mengingat ada perselisihan dengan saudaramu tingalkan dulu korbanmu dan pergilah berdamai dengan saudaramu dan datanglah kembali untuk mempersembahkan persembahan”. Bagaimana aku bisa berdiri di mimbar sementara aku masih menyimpan sakitt hati? Jangankan untuk bersikap ramah terhadap pembantu itu, menyesal pun aku gak merasa. Masih ingin menikmati rasa benci terhadapnya. Lihat dia aja kayak nini buta hejo, raksasa jahat dalam cerita-cerita waktu kecil. Sampai di curigai akan mencuri lagi sama pembantunya. Ckckckcck dia pikir aku gak punya uang ya? Dasar pembantu, biasanya apa yang dikatakan gak jauh-jauh dari apa yang diperbuat.
            Ternyata benar, kita tidak dapat berdiri di mimbar dan mewakili Allah jika hidup kita sendiri belum beres. Rasanya khotbah pertamaku di tempat ini: tiada kekudusan hidup di hadapan Allah tanpa kasih kepada sesama” sekarang terngiang-ngiang dan menuntut aku melakukan apa yang kukhotbahkan. Allah menuntut kita untuk mengasihi betapapun sakitnya. OMG… susahnyaaaa!!!
            Tidak mudah menjadi pendeta!!! Perlu kupikirkan ulang niat untuk jadi pendetaa ini. kayaknya makin ke sini makin condong niat untuk melayani di bidang akademik saja atau mendirikan yayasan sosial atau lembaga pendidikan. Pekerjaan dan tuntutan bagi seorang pendeta rasanya menakutkan skali. Pada akhirnya kan memang PPL6 untuk juga membantu semua teman2 yang sedang menjalaninya untuk menentukan langkah ke depan. Bercermin dari pengalaman dan kemampuan selama 4 bulan PPL6.
            So, tetap semangatt buat teman2 seperjuangan… inilah waktu kita mengetahi kapasitas diri kita dan menentukan arah.. 

Rabu, 16 November 2011

Seseorang mengaturnyaaaa

            Aku sangat tidak mengerti Tuhan. Waktu 1,5 bulan di jemaat pusat tidak cukup memberi kesan yang mendalam. Tetapi keberadaan dan pelayananku di Pos Tanjung Uban selama 2 minggu (hanya 2 minggu) sudah memberi kesan mendalam bagi diriku sendiri maupun bagi jemaat. Setelah pelayanan 2 minggu itu, kini aku mendapatkan tawaran pelayanan di Angkatan Laut dan yang paling istimewa kepercayaan untuk melayani di kebaktian Natal 25 Desember 2011. Melihat semua yang telah kulalui selama 2,5 bulan ini aku merasa seperti para gembala di padang rumput, saksi pertama kelahiran Yesus Kristus. Orang-orang yang hina, tidak dipandang di masyarakat, dan yang sebenarnya tidak pantas atas berita itu apalagi menjadi orang pertama yang mengetahui berita sukacita tersebut. Lalu siapakah saya, kemudian layak berdiri di mimbar dan mewartakan berita kesukaan yang sama?
            Aku sadar dengan benar, bahwa bukan karena apa yang telah kulakukan selama 2 minggu di sana yang membuatku menarik di mata mereka (jemaat) sehingga mereka MEMINTAku untuk melayani di hari Natal itu. Bukan karena hal itu yang membuatku layak memperoleh kesempatan pelayanan ini. Aku tahu ada TANGAN yang tidak kelihatan yang telah, sedang dan akan bekerja. Ada SESEORANG yang mengatur semuanya dengan sempurna dan melayakkan semua pelayananku sehingga menjadi berkat bagi jemaat. Terima kasih telah membuat aku berkesan di hati mereka.
            Aku berharap semoga perasaan seperti ini akan muncul terus dalam setiap kali kesempatan pelayanan yang aku peroleh supaya aku dapat melakukannya dalam takut akan Tuhan. Dan pada akhirnya tidak menjadi sombong. 

Rabu, 09 November 2011

Konsen, Is konsennn

Hedeh hedehhhhh...................
susahnya menemukan ide untuk khotbah minggu besokkk
4 bacaannn dan harus menemukan benang merah antara ke-4nya..
Waktu yang ada tak dapat kugunakan secara maksimal padahal ntar jam 2 harus ke gereja ikuttt pemberkatan nikah jemaat, malamnya ikutt resepsi, besok jumat ngajar play Group sampe siang, besok sabtu pagi perlawatan, ibadah lansia, ibadah sekolah minggu denominasi, ngajar katekisasi, sermon dan minggu pimpin kebaktian minggu..
Biasanya hari kamis khotbahnya udah 80% na kali ini boro2... :(((
Harus bagaimana lagikah???

Ayooo Ester Damariissssssssssssssss semangatttttt!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

khotbahnya harus dikonsultasikan lagiiiii.. OMG

Jumat, 04 November 2011

Benciiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

Susahnya jadi diriku..
Sudah sulit tertarik, sekali tertarik susah lepasnya..
Masih berharap semua yang terjadi kemaren itu bukan mimpi
Mungkin terlalu berharap banyak
Meskipun bukan aku yang salah
Benci rasanya jika mengingat kejadiannya
bisa-bisanya pertahananku jebol
Masih terus berharap itu bukan mimpi
Ternyata memang hanya mimpi
Terlalu bego aku menggantungkan harapan sebesar itu
Pada akhirnya harus siap jadi KONSELOR!
Walaupun pada akhirnya aku menerima tugas itu sebagai bagian dari Panggilan
tapi aku masih tetap membenci perasaan yang seringkali merindu ini
Kenapa harus dia?
wah wah kayaknya ada yang salah dengan susunan saraf di otakku, nih.

Pada akhirnya harus membuka kembali file-ku yang sudah lama tersimpan..
kisah beberapa bulan yang lalu
Salah satu kalimatnya berkata : tetapi di atas semua sakit hati yang kurasakan aku sadar bahwa aku memerlukan pengalaman ini untuk menjadi berkat bagi orang lain yang mungkin juga akan mengalami hal yang sama seperti yang kualami”. 

Huffffffttttttttttttttttt Hamba Tuhan, apakah memang harus mengalami semua hal pahit supaya bisa jadi berkatt??

Tapi aku benci merindukannya!!!!


Senin, 31 Oktober 2011

Asam Manizt PPL6

            Hari pertama di 2 bulan terakhir tahun ini. hari pertama ke kantor lagi setelah 2 minggu di Pos jemaat (Tanjung Uban, Pulau Bintan). Pulau besar tapi nomor urut 2 setelah Batam kalau soal kemajuan kotanya. Sangat senang berada di Pulau itu, bertemu orang tua baru yang sangat-sangat memberiku ruang dan waktu, seperti papa+mama sendiri. Boleh tidur dan bangun sesuka hati. Mengutamakan agar aku menyelesaikan tugasku terlebih dahulu sebelum membantu ibu di dapur. Setiap pagi aku selalu punya waktu untuk mempersiapkan khotbah dan Puji Tuhan bisa bangun jam 04.00 WIB, 04.30 WIB. Setiap pagi bantu ibu masak sambil nonton Rangking 1 (jadi suka acaranya padahal sebelumnya biasa aja). Setelah itu kunjungan-kunjungan ke rumah jemaat. Di sini aku benar-benar merasa dibutuhkan dan dapat memberikan kontribusi yang banyak pada jemaat. Benar-benar merasakan kehidupan jemaat berikut pergumulan-pergumulan mereka yang pada akhirnya menguatkan aku juga. Merasakan memimpin ibadah 6x dalam seminggu. Benar-benar pengalaman yang tak terlupakan. Termasuk bertemu seseorang yang rasa-rasanya tak ada alasan untuk terus mengingatnya tapi pikiran ini tak mau kompromi. Pertama kali bertemu cowok yang nampaknya sederhana padahal sangat berada. Tak kelihatan jika tak diceritain. Sangat ramah, sopan, bahkan rajin ke gereja padahal tempatnya bekerja dan tinggal sangat jauh dari gereja dan hanya bisa bertransportasi menggunakan ojek karena gak ada angkutan umum masuk PT. Hmmm……. 2 minggu paling mengesankan. Sepertinya ini orang salah suku, sangat berbeda jauh dengan orang-orang sesukunya yang telah terkenal dengan karakter tertentu. Ckckkckck tapi tak mau hal ini terus berlanjut. Ya. Menentukan batas PROFESIONALITAS! Sadar tugas dan tanggung jawab serta tujuan keberadaan di jemaat. Meskipun harus diakui, sangat senang bisa mengenalnya. This is it… ‘asam manis’ PPL 6.
            Dan semalam dapat gaji pertama *tanda kasih dari Gereja* (menerima disaat tak menginginkan diberi). Pernah berdoa supaya aku jangan dikasih uang saku dulu saat menginginkan dikasih dan benar, doaku dijawab. Aku diberi saat malah merasa tak pantas untuk diberi. Ya supaya aku tahu bersyukur (mengalami prinsip memberi :  memberi sebenarnya sedang membuka tangan untuk menerima.

2 Minggu Paling Berkesan

            Aku bersyukur untuk semua kejadian yang kualami selama PPL 6 ini. GKI Bundasudi-Batam benar-benar memberikanku pengalaman-pengalaman iman yang berharga. Aku tahu pengalaman-pengalaman semacam ini tidak akan pernah bisa kuperoleh di tempat lain. 1,5 bulan berada di jemaat pusat benar-benar menguras otak dan air mata. Berusaha sekuat tenaga dan hati untuk tetap bertahan dan percaya bahwa yang kualami saat ini merupakan bagian dari proses Tuhan. Bahkan aku tiba di masa dimana aku pengen cepat-cepat menyudahi semuanya. Di titik terendah dari semua kemampuanku, Allah menarik aku ke sebuah Pulau yang membuatku merasakan bagian terindah dari keputusanku untuk hidup melayani-Nya. Di pulau ini, Bintan, untuk pertama kalinya aku merasa ‘kerasan’ melakukan PPL 6. Suasana tempat yang tenang, keluarga yang sangat baik dan memberikanku ruang gerak yang leluasa, aku bebas menjadi diriku sendiri, pokoknya benar-benar ‘feels like home’. Aku merasa diasingkan sementara selama 2 minggu oleh Tuhan agar aku dapat menarik nafas, mengumpulkan tenaga, menjadi segar lagi untuk menghadapi 2 bulan tersisa di pusat. Aku beryukur untuk 2 minggu berharga ini. 2 kali khotbah mimbar, persekutuan keluarga, kebaktian pemuda, persekutuan wanita, merasakan full PF dalam seminggu. Akhirnya aku memperoleh kesempatan ini. Bertemu seseorang yang membuatku terinspirasi bagaimana memperlakukan sesama, baik, tulus, rendah hati dan setia (terima kasih pernah mengenalmu *someone*, berharap bisa bertemu di lain waktu). Bertemu ibu-ibu yang sangat ketus dan pada akhirnya bisa tersenyum padaku, orang-orang dengan masalah yang kompleks. Akankah hal-hal ini pada akhirnya membuat aku menetapkan hati dan memantapkan langkah untuk menjadi seorang pendeta? Akhir dari proses inilah yang menentukan. 2 minggu ini seperti RETREAT, Tuhan memberikanku kesempatan untuk menarik diri dari rutinitas yang membuatku lelah untuk melihat dari jauh apa sebenarnya yang sedang ku alami, mengumpulkan kekuatan baru, terlebih memiliki waktu khusus bersama Tuhan. Thanks to be here.
            Ternyata panggilan untuk menjadi seorang hamba tidaklah mudah. Sangat hebatlah orang-orang yang bertahan dan dengan hati yang tulus tetap mau melayani Tuhan. Betapa sulitnya panggilan hidup seperti ini. menjadi pertanyaan besar untukku: Siapkah aku dengan jalan hidup seperti ini ke depannya?

Selasa, 11 Oktober 2011

Pengen menyudahi ini semua.............

Tuhan…
Aku tak ingin menyerah… Tapi aku merasa ini terlalu berat. Teman-teman lain telah betah di jemaat mereka masing-masing dan hampir tak mau pulang ke Salatiga. Aku malah ingin lekas-lekas menyudahi ini dan kembali ke Salatiga, menikmati kenyamanan di kost Candy Ladies, sejuknya kampus UKSW dan kebersamaan yang indah bersama GKI Salatiga..
Aku berusaha menikmati ini, tetapi aku masih belum menemukan alasan dan hal yang membuatku benar-benar betah di tempat ini. Aku tak ingin menyerah Tuhan,, tapi ini terlampau berat bagiku.
Seseorang berkata kepadaku “Ris, kalau kualitasmu 10 jangan minta tantangan yang nilainya 8 tetapi mintalah tantangan dengan nilai 12”. Tapi aku sering bertanya : “Apa benar Tuhan?” “Are U sure?” Bukan aku tak percaya pada setiap rancangan-Mu, bukan aku mau mengeluh tapi sungguh merasa ini terlalu berat. “Apa tak salah Tuhan menempatkanku disini?” Aku mengalami banyak hal baru yang membuat air mataku jatuh. Aku tak mau cengeng tapi……………..
Maafkan aku, kalau aku menganggap pelayanan ini sebagai beban yang berat. Aku berusaha menikmatinya. Tolong lengkapi aku dengan kekuatan yang cukup untuk bertahan…
Mengapa teman-teman lain dapat dengan cepat beradaptasi dan menikmati keadaan mereka? Apa yang salah dengan diriku? Atau apa ini menandakan bahwa aku tak ‘cocok’ berada di bidang ini?
Aku hanya ingin cepat mengakhiri ini semua, Tuhan….

Jumat, 07 Oktober 2011

Gak Mandi?!

Hayoh…………… bangun pagi terasa gak ada beban karena mikir hari ini bisa santai-santai buat jurnal dan tidur setelah ibadah Lansia… Oalllaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh………….. Ternyata aku melupakan sesuatu. Pagi ini pukul 07.30 ada doa pagi di gereja. Ibu di rumah pamit sama bapak “Pi, pergi ya” Aku berpikir tumben banget ibu berangkat kerja cepat. Beberapa detik kemudian terdengar  “Ester ayo…” What? Kog aku dipanggil? “Ya, bu”, “Ayo doa pagi”. Astagaaaaaaaa!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Pantas aja ibu berangkatnya cepat karena masih mau doa pagi… Matilah.. Aku belum mandi. Alhasil, doa pagi TIDAK mandi. Bermodal CM (cuci muka) ganti baju dan meluncur.. Ckckkckckckc kejadian konyol…. Untung yang tahu hanya ibu di rumah.

Rabu, 05 Oktober 2011

OMG... Pengalaman-pengalaman itu.........


            Lama tidak posting ke blog ini. Banyak hal yang telah terjadi. 1 bulan bahkan telah lewat. Sejujurnya aku senang ketika berada di zona nyaman, saat semua hal di tempat ini berjalan baik-baik saja. Tetapi apa aku juga tidak tertantang untuk mengalami hal-hal baru yang menegangkan bahkan membutuhkan pergumulan? Sebab sebenarnya dari keadaan-keadaan itulah aku memiliki pengalaman iman yang luar biasa bersama Tuhan. Kadang rasanya indah banget hidup ini tidak ada masalah tapi rasanya datar-datar saja, ini pun juga tidak seru!
            Pengalaman demi pengalaman di tempat ini membawaku lebih mengerti suasana kota ini dengan baik berikut karakter-karakter orangnya. Belajar menghargai mereka walaupun aku tahu ada label buruk yang melekat pada diri mereka. Tapi inilah yang selalu kurenungkan, mereka tidak sedang bermasalah denganku sebelumnya jadi aku tidak berhak men-just mereka juga dengan label yang diberikan orang-orang. Lalu, rasa kasihanku melihat Pdt.ku. Sepertinya ada yang tak harmonis antara relasinya dengan jemaat (MJ). Padahal menurutku ia memiliki kemampuan yang lebih, wawasan dan karakter yang juga cukup untuk seorang Pdt. Tetapi mungkin jemaat menuntut terlalu banyak dan Pdt.ku bersikap acuh sehingga relasinya seperti itu.
            Dan pengalaman berbincang bersama seorang majelis yang menyatakan ketidaksimpatiannya terhadap Pdt. yang menjadi seorang pendeta adalah profesi dan bukan panggilan. Sampai pada ketidaksukaannya terhadap STT Jakarta yang menurutnya ‘terlalu liberal’ dengan pemahaman bahwa “Yesus merupakan salah satu jalan ke Surga” yang berarti ada banyak jalan lain, padahal Yesus sendiri mengatakan I’m THE way not I’m A way. Berarti jelas DIA adalah SATU-SATUNYA jalan ke Bapa. Aku membayangkan apa jadinya kalau ia tahu apa yang sebenarnya juga kupelajari di UKSW. Wah, padahal lebih gila lagi. PL + PB, Teologi Agama-agama berikut mata kuliah-mata kuliah yang lain yang  membawaku untuk menganut paham Acceptance dari Hans Kung dan Knitter. Aku mempercayai Yesus Juruselamatku tetapi dengan tetap menerima bahwa dalam agama lainpun ada Tuhan. Berdasar pada pemahaman bahwa Allah mengasihi semua manusia berarti IA tidak melihat agamanya. Masakan Tuhan hanya menyelamatkan orang kristen? Apakah ia tak sayang pada orang beragama lain? Tetapi kembali pada perbincanganku tadi dengan majelis tersebut. Ia menghadapkanku pada pertanyaan : “Siapa Yesus menurutmu?”, “Sahabat, teman, Tuhan, Juruselamat”, “Apakah kamu yakin bahwa hanya DIA SATU-SATUNYA atau SALAH SATU?”, “SATU-SATUNYA, pak”, “Yakin?”, “Ya pak”. OMG… Maafkan aku, Tuhan. Aku telah berbohong. Aku memang punya pandangan sendiri tetapi di depan seorang jemaat apalagi majelis jawaban yang diharapkan dan harus adalah satu-satunya. Ya, semoga aku tidak sedang munafik. Majelis tersebut menambahkan lagi bahwa sekolah di Teologi itu tidak membuat orang-orang lebih dekat dengan Tuhan tapi mengkritisi segala  hal bahkan Tuhan itu sendiri. Kemudian aku menjelaskan padanya dengan sangat hati-hati mengenai perbedaan teologi jemaat dan teologi akademik. (untung sempat membaca buku Pdt. Andar Ismail). Menceritakan prosesku berada dan belajar di Teologi dan bahwa aku memerlukan pengalaman-pengalaman yang demikian untuk membangun teologiku sendiri. Dengan penjelasan tersebut barulah majelis itu menerima.. hupptfff… thx Lord.
            Pengalaman di PA. Ternyata benar ketakutan itu harus dihadapi. Dan aku mengulang lagi keberhasilanku yang dulu. Pola yang sama ketika pertama kali masuk kuliah dan harus presentasi makalah. Dulu, setiap kali akan presentasi aku pengen hari itu jangan pernah ada. Perutku tiba-tiba mules tanpa sebab, stress, gugup berlebihan, bagaimana kalau teman-teman bertanya? Aku harus jawab apa? Tetapi setelah berulangkali presentasi ternyata aku bisa. Bahkan presentasi menjadi seseuatu hal yang sangat kunikmati dan kurindukan saat ini. Bahkan bisa mengajar di kelas lain. Ketakutan itu hilang. Hal yang sama kualami di tempat ini. PA mingguan tiap minggu yang mirip kelas debat terbuka ini rasanya sangat menakutkan. Aku bahkan pengen hari rabu terlewatkan begitu saja sehingga tidak perlu ada PA mingguan. Apalagi jika harus aku yang memandunya. Di situ duduk pengacara terhebat di kota Batam, pendeta, vicaris, MJ dan anggota jemaat yang ternyata juga mendalami teologi serta orang penting lainnya di masyarakat. Pengalaman-pengalaman mereka di bawa dalam PA ini sebagai bahan aplikasinya. Manalah aku ngerti dunia mereka? Rasa-rasanya kalau lihat pengacara itu lututku langsung gemetar (kenapa pula ada bapak ini?) sebab ialah yang paling banyak bertanya dan menjawab dan tak tanggung-tanggung pertanyaan kritisnya ditujukan pada kita? Setiap jawaban kita dikritisi lagi.. tapi akhirnya aku mulai terbiasa dengan keadaan ini dan menikmatinya. Sekarang aku sudah tidak takut lagi melihat dia. Bahkan beradu pendapat dengannya, siapa takut? Mereka datang dengan aplikasi, aku datang dengan tafsiran dan konteks bacaannya (Yesaya)
            Pengalaman di rumah lebih seru! Seorang adik bernama Titin pernah menumpahkan sabun cuciku di tangga sehingga tangga licin dan sabunnya berkurang, melemparkan kacamataku ke dalam selokan, dan yang parah 2 hari yang lalau menceburkan HP-ku ke kolam ikan yang pada akhirnya harus membuatku menggunakan HP jadul yg bisa buat lempar anjing.. hmmm semoga bisa dapat HP baru..
            Pembantu yang pergi dari rumah setelah aku 1 minggu di rumah tersebut. Dan 2 minggu kami harus bergotong-royong. Hikmahnya, aku bisa sangat dekat dengan semua anggota keluarga.. Adik-adik yang selalu mau ikut ke gereja ketika aku ngantor.. Pengalaman-pengalaman berharga yang membuatku belajar banyak hal.. 

Kamis, 22 September 2011

Senang Berbisnis Dengan-MU, TUHAN


            2 hari tak posting, 2 hari ini pula aku ngalami karya Tuhan yang luar biasa. Kepalaku ditegakkan, lututku yang goyah dikuatkan.. Benar-benar aku merasa setiap saat pengen teriak senang dan senyum supaya semua orang tahu kalau aku sedang bahagia, kalau aku sedang jatuh cinta.. Ya, jatuh cinta pada ALLAH-ku. Benar-benar kulihat karya nyata-Nya dalam pelayananku. Aku tiba pada titik dimana aku merasa sudah tak tahu harus berbuat apa. Menyerah, putus asa, bingung, dan teriak “TUHAN, tolong aku”. Baru seolah-olah TUHAN menjawab “kog lama bener menyerahnya, Ris? Ini tanganKu, sambutlah”. Dan aku merasakan ada jamahan tangan yang lembut mengangkatku, mengangkat wajahku dan menegakkan lututku yang goyah serta memberikan jiwa yang besar untuk tugas pelayananku. Untuk pertama kalinya aku melangkahkan kakiku ke gereja dan memasuki ruang PA dengan BERJIWA BESAR. Dengan keyakinan bahwa yang ku layani adalah TUHAN yang ada pada orang-orang yang datang PA, dan DIA akan memakai aku. sebab sebelumnya aku telah berkata “TUHAN, ini tanganku, ini kakiku, ini mulutku, hatiku, seluruh tubuh dan hidupku, semuanya aku serahkan. Ambil semua dan pakailah sesuai maunya TUHAN. Aku tidak lagi berkuasa atas semuanya itu. Ini aku, pakailah aku. Pada saat aku mengakui bahwa aku membutuhkan ALLAH, DIA berkarya luar biasa di dalamku. Mau bapak-bapak di PA itu hafal hampir semua ayat Alkitab, itu gak membuatku nyaliku ciut.. Tugas memandu PA selesai dengan baik dan tugas memimpin KTB Remaja berakhir dengan baik pula. Tanggapan yang memotivasi dari seorang remaja “aku mengerti dengan apa yang disampaikan pembicaranya tadi”. Makasih, kalimat itu memotivasiku untuk berkarya lebih lagi bagi TUHAN. Aku tahu dengan pasti semua itu tidak terlepas dari TANGAN KUAT yang menopangku itu. Tak ada kata/kalimat indah yang mampu mewakili apa yang telah KAU kerjakan dalam diriku. Aku hanya bisa menggambarkannya dalam pengalaman-pengalaman bersama-MU. TERIMA KASIH untuk kepercayaan TUHAN menjadikanku partner dalam BISNIS ini. Hehehhehe senang BERBISNIS denganMu, TUHAN..

Rabu, 21 September 2011

Tak Ada Yg Salah


            Belajar mensyukuri semua yang Tuhan tempatkan di sekelilingku. Tadinya aku berpikir bahwa pilihanku untuk ada di tempat ini adalah sebuah kesalahan, karena aku merasa kalah sebelum bertanding. Setelah melalui berbagai proses untuk membangun rasa percaya diri, berbesar hati kembali, melihat keberhasilan-keberhasilan masa lalu, sharing bersama teman-teman sepelayanan aku sampai pada titik balik bahwa ternyata selama ini Tuhan sedang menegakkan lututku yang goyah. Dia sedang mengajarkanku agar belajar bersandar pada kekuatanNya, mengandalkan Dia. Kalau aku dapat melakukan banyak hal sendiri ketika kuliah tidak demikian disini. Ini programNya karena itu aku harus terus bersandar padaNya. Inilah yang sedang dilatih ALLAH selama 3 minggu ini. Tak ada yang salah… Pilihanku tak salah. ALLAH bahkan yang menempatkan aku disini. Kesadaran ini timbul setelah perjalan panjang melalui Meditasi (atas saran seorang kakak) dan kata-kata seorang teman sepelayanan yang menelfon semalan “Tuhan tahu aku mampu sehingga aku ditempatkan di tempat ini”. Satu kalimat yang cukup membuatku tersentak. Oh ya!!!! Aku ditempatkan karena IA TAHU kemampuanku.. berarti AKU MAMPU!!!
            Malam ini aku memimpin PA Mingguan di gereja. Sudah persiapan dengan semampuku biar Tuhan menyempurnakannya. Aku TIDAK TAKUT lagi. Aku tahu siapa yang aku layani. Dan DIA pasti memberikan aku CUKUP KEKUATAN, PENGETAHUAN, HIKMAT untuk bersaksi tentang DIA.