Selasa, 20 Agustus 2013

Being a Teacher: I Love This One

          Beberapa hari gak nulis berasa ada yang kurang. Pengen banget sih, tapi gak ada waktu. Maklum udah gak libur lagi, kerja mennn. Ini aja curi-curi waktu (pas lagi gak ngajar dan menunggu jam pulang) Oh iya, aku kan sekarang udah kerja sama pelayanan jadi lumayan padatlah. Di skolahan dari Senin-Jumat 07.00-15.00 (datangnya selalu tepat waktu tapi pulangnya jam 15.00 baru beres-beres, alhasil sampe kos paling cepat 15.30). Ya, begitulah kalo jadi guru. Di sekolah aku dipanggil ‘miss’ loh :p jadi bukan ‘bu guru’.
Masih sering banget kalo di skolahan aku lihat diriku dikelilingi anak-anak SD yang masih imut-imut, manis dan baik hehehhe, aku bilang ke diriku sendiri: “aku sepertinya nyasar di tempat ini, dulu gak pernah banget kepikiran apalagi membayangkan bakal jadi guru, trus sekarang mendapati diri ada di skolahan ini, ckckckck. Aku dulu ngebet banget jadi pendeta, anehnya setelah lulus S1 malah gak pengen balik. Yang ini sih banyak alasan selain pengen lanjut S2, aku secara pribadi belum siap sih pulang Sumba trus jadi pendeta di sana. Dan sekarang malah jadi guru dan pendamping remaja.”
Di tulisan ini aku mo cerita tentang kerjaan di skolahan. Aku ngajar agama kelas 1-5. Kalo mo diurut-urutkan kelas yang paling enak diajar itu anak kelas 4-5. Mereka sudah bisa diatur, alur berpikirnya sudah bagus, cepat menangkap materi dan mereka telah banyak menguasai konsep jadi tinggal dipoles-poles aja. Pernah sekali aku ngajar di salah satu kelas 5 dan mereka bertanya macam-macam tentang trinitas, dosa, Tuhan dan manusia. Wow, waktu aku menjelaskan berasa sedang di kelas teologi dan menjelajahi pemikiran-pemikiran teologi. Rasa kangen pada kelas-kelas kuliah sedikit terpuaskan dengan menjelaskan materi-materi di luar pokok pembelajaran pada mereka. Anak kelas 5 loh, ckckcckkck. Rasanya puas banget lihat mereka gak lagi duduk di kursi tapi rame-rame duduk di lantai depan papan saking tertariknya sama materi itu dan tangan yang teracung terus dengan pertanyaan bejibun serta muka-muka gak rela kelas berakhir saat jam istirahat tiba. Memang mengajar itu menyenangkan apalagi jika yang diajar merespon dengan antusias.
Di urutan ke dua ada kelas 2. Mereka peralihan dari kelas 1 yang manis-manis jadi masih gampang diatur meskipun cuma 1 kelas dengan jumlah murid yang banyak (sekitar 35-40 orang). Mereka paling antusias kalo diajar menggunakan cerita dan power point. Mereka suka banget diberi hadiah dan berlomba-lomba mendapatkan hadiah.sedangkan di urutan terakhir ada kelas 3 & 1. Wow…. 2 kelas ini patut benar-benar diacungi jempol 5. Bukan karena apa-apa, sebelum dan setelah ngajar kelas ini kudu, mesti, harus makan dulu. Bener deh. Kalo kelas 1 sih gpp tapi kalo kelas 3 wajiiiiiiib!!!! Kenapa wajib? Kelas 3 itu jumlahnya hampir 40 orang dalam 1 kelas. Kebanyakan cowok-cowoknya suka cerita sendiri. Apalagi suara kayak aku ini kan kecil banget, gak bisa teriak seperti suara-suara guru cowok. Asli berasa benar-benar dicuekin. Berminggu-minggu berjuang menemukan cara gimana mengatasi kelas ini. Benar-benar super duper aktif. Setelah beberapa minggu ‘stress’ dan berkat masukan dari guru agama sebelumnya, aku menemukan ternyata mereka ini anak-anaknya pintar-pintar, cepat menangkap sesuatu dan cepat pula memberi respon, mereka paling senang jika didongengin kisah Alkitab yang belum atau sudah mereka ketahui (kalo yang sudah mereka ketahui, aku harus kreatif bercerita dengan teka-teki yang membuat mereka penasaran dan sukar menebak ceritanya). Dengan teknik ini, kelas berhasil kusulap untuk ‘hanya’ memperhatikan miss yang cantik ini, hahhahaha. Tentu, teknik bercerita ini kuiming-imingi juga dengan sticker (mengenai sticker aku cerita di paragraph berikut ya :p). Alhasil, mereka bukan Cuma ‘terpesona’ padaku (ceilehhhh…. Bahasanya… :p) tapi juga berebutan mengacungkan tangan dan mengerumuniku gara-gara berebutan menjawab pertanyaan. Bahagiaaaaaaa banget kalo lihat tangan-tangan imut mereka teracung dengan semangat dan antusias besar untuk menjawab pertanyaan (dalam hati: thank you so…………….much, Lord Jesus. It means nothing without you).
Kalo di kelas 1, baru hari ini benar-benar merasa ‘puas’ mengajar di kelas ini. Sebelumnya, berdiri di kelas ini berasa orang ngali (bodoh, red) yang sedang bicara sendiri, gak jelas, dan anak-anak main sendiri. Mereka memang lancar membaca, bisa menulis, tapi masih belum bisa disuruh kerja mandiri. Soal-soal tugas misalnya, mereka belum bisa mengerjakan sendiri harus dibimbing dengan cara mengerjakan bareng-bareng. Na, hari ini juga aku berhasil ‘memenangkan’ kelas ini, bahagiaaaaaaaaa…………. \\^__^//. Berhasil karena dongeng dan sticker juga ^^. Senang banget dikerubutin sama mereka sampe-sampe semuanya maju ke depan kelas, wkwkwkkw. Anak-anak memang senang diberi hadiah sodara-sodari, gak percaya?? Coba aja di kelasmu, pasti sukses kerassss! Tapi jangan di SMP / SMA. Kayaknya mereka gak minat deh :p.
Nah, ini dia, aku mo cerita tentang sticker. Dulu sebelum mulai ngajar aku berpikir keras gimana caranya memenangkan perhatian para siswa dalam kelas. Terus tiba-tiba terlintas ide memberikan reward and punishment pada siswa berupa sticker. Aku memberikan 3 sticker. Pertama, sticker bintang. Sticker ini yang paling tinggi poinnya. Sifatnya jarang diberikan. Hanya diberikan pada siswa yang berhasil memperoleh nilai 100, kerja tugas paling tepat waktu dan benar, serta momen-momen istimewa. 

Kedua, sticker donat. Sticker ini hanya diberikan bagi siswa yang juga pintar, disiplin, nilai 90-an dan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kuajukan dalam brainstorming. Ahahhaha kebajawab kan, kenapa anak-anak sangat antusias dan berlomba-lomba pengen jawab pertanyaan? Yaaa karena sticker satu ini, apalagi kalo tiba-tiba aku ngeluarin sticker bintang, woaaaaa ramenyooooo….:D


Ketiga, sticker ngepel buat cowok dan cewek. Sticker ini jangan sampai diberikan pada mereka karena ini sticker hukuman. Gambarnya aja gambar nenek-nenek dan kakek-kakek sedang mengepel lantai. Sticker ini diberikan pada siswa yang nakal, nilai anjlok, dan tidak disiplin. Ini cukup untuk mendorong anak-anak tertib, belajar dan bisa diatur. 


Nah, sticker-sticker ini harus ditempelkan di buku mereka masing-masing dan dikumpulkan di akhir semester. Siswa yang berhasil mengumpulkan sticker terbanyak akan kuberi hadiah, keren kan? Ahahahah padahal hadiahnya aja aku belum tau :p. Tapi ini sungguh berhasil, mereka antusias di kelas, menolong mereka mencintai pelajaran agama dan menyatu di dalamnya, sampe mereka cerita-cerita ke ortunya :p. Bahkan pernah satu siwa gak mau istirahat karena gak mau ketinggalan sticker :p. bersyukurnya, metode ini akhirnya diikuti oleh guru-guru yang lain juga.
Ohh ia, disini tuh ngajar harus kreatif. Gak boleh masuk kelas dengan tangan kosong, minimal harus bawa laptop, LCD dan alat peraga. Jadinya, tiap malam harus duduk manis depan laptop menggarap power point untuk presentasi besok harinya. Ini benar-benar berasa kuliah yang harus presentasi kelompok, bedanya ini presentasi tiap hari mennn.
Yaaa dan disinilah aku sekarang. I love to be here. It seems I found my self, my potential, and my passion. Mengajar mereka memang menyenangkan. Apalagi kalo mereka pada triak: “miss……” terus langsung meluk, heheheh. Dan pujian-pujian: “miss cantik hari ini :p” (anak-anak selalu jujur loh :p) Bersyukur untuk kesempatan ini. Semoga setahun keberadaan di skolah ini benar-benar bisa jadi berkat buat anak-anak disini. Btw, capek juga eee ngetik 3 halaman kayak gini. Udah ahhh, udah jam pulang skolah. Nantikan ceritaku selanjutnya yoooo :p

2 komentar:

  1. aku juga mau stikernya dong miss :) klo stiker donatnya dijadiin beneran boleh ga miss?? hahahha
    nice idea ris...sukaaaa...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahahha ntar ya kak, kalo ketemu (semoga ingat :p)

      btw tengkyu kak, :)

      Hapus