Beberapa
hari gak nulis berasa ada yang kurang. Pengen banget sih, tapi gak ada waktu. Maklum
udah gak libur lagi, kerja mennn. Ini aja curi-curi waktu (pas lagi gak ngajar
dan menunggu jam pulang) Oh iya, aku kan sekarang udah kerja sama pelayanan
jadi lumayan padatlah. Di skolahan dari Senin-Jumat 07.00-15.00 (datangnya
selalu tepat waktu tapi pulangnya jam 15.00 baru beres-beres, alhasil sampe kos
paling cepat 15.30). Ya, begitulah kalo jadi guru. Di sekolah aku dipanggil ‘miss’
loh :p jadi bukan ‘bu guru’.
Masih sering banget kalo di skolahan aku lihat diriku
dikelilingi anak-anak SD yang masih imut-imut, manis dan baik hehehhe, aku
bilang ke diriku sendiri: “aku sepertinya nyasar di tempat ini, dulu gak pernah
banget kepikiran apalagi membayangkan bakal jadi guru, trus sekarang mendapati
diri ada di skolahan ini, ckckckck. Aku dulu ngebet banget jadi pendeta,
anehnya setelah lulus S1 malah gak pengen balik. Yang ini sih banyak alasan
selain pengen lanjut S2, aku secara pribadi belum siap sih pulang Sumba trus
jadi pendeta di sana. Dan sekarang malah jadi guru dan pendamping remaja.”
Di tulisan ini aku mo cerita tentang kerjaan di skolahan. Aku ngajar
agama kelas 1-5. Kalo mo diurut-urutkan kelas yang paling enak diajar itu anak
kelas 4-5. Mereka sudah bisa diatur, alur berpikirnya sudah bagus, cepat
menangkap materi dan mereka telah banyak menguasai konsep jadi tinggal
dipoles-poles aja. Pernah sekali aku ngajar di salah satu kelas 5 dan mereka
bertanya macam-macam tentang trinitas, dosa, Tuhan dan manusia. Wow, waktu aku
menjelaskan berasa sedang di kelas teologi dan menjelajahi pemikiran-pemikiran
teologi. Rasa kangen pada kelas-kelas kuliah sedikit terpuaskan dengan menjelaskan
materi-materi di luar pokok pembelajaran pada mereka. Anak kelas 5 loh,
ckckcckkck. Rasanya puas banget lihat mereka gak lagi duduk di kursi tapi
rame-rame duduk di lantai depan papan saking tertariknya sama materi itu dan
tangan yang teracung terus dengan pertanyaan bejibun serta muka-muka gak rela
kelas berakhir saat jam istirahat tiba. Memang mengajar itu menyenangkan
apalagi jika yang diajar merespon dengan antusias.
Di urutan ke dua ada kelas 2. Mereka peralihan dari kelas 1 yang
manis-manis jadi masih gampang diatur meskipun cuma 1 kelas dengan jumlah murid
yang banyak (sekitar 35-40 orang). Mereka paling antusias kalo diajar
menggunakan cerita dan power point. Mereka suka banget diberi hadiah dan berlomba-lomba
mendapatkan hadiah.sedangkan di urutan terakhir ada kelas 3 & 1. Wow…. 2
kelas ini patut benar-benar diacungi jempol 5. Bukan karena apa-apa, sebelum
dan setelah ngajar kelas ini kudu, mesti, harus makan dulu. Bener deh. Kalo kelas
1 sih gpp tapi kalo kelas 3 wajiiiiiiib!!!! Kenapa wajib? Kelas 3 itu jumlahnya
hampir 40 orang dalam 1 kelas. Kebanyakan cowok-cowoknya suka cerita sendiri. Apalagi
suara kayak aku ini kan kecil banget, gak bisa teriak seperti suara-suara guru
cowok. Asli berasa benar-benar dicuekin. Berminggu-minggu berjuang menemukan
cara gimana mengatasi kelas ini. Benar-benar super duper aktif. Setelah beberapa
minggu ‘stress’ dan berkat masukan dari guru agama sebelumnya, aku menemukan
ternyata mereka ini anak-anaknya pintar-pintar, cepat menangkap sesuatu dan
cepat pula memberi respon, mereka paling senang jika didongengin kisah Alkitab
yang belum atau sudah mereka ketahui (kalo yang sudah mereka ketahui, aku harus
kreatif bercerita dengan teka-teki yang membuat mereka penasaran dan sukar
menebak ceritanya). Dengan teknik ini, kelas berhasil kusulap untuk ‘hanya’
memperhatikan miss yang cantik ini, hahhahaha. Tentu, teknik bercerita ini
kuiming-imingi juga dengan sticker (mengenai sticker aku cerita di paragraph berikut
ya :p). Alhasil, mereka bukan Cuma ‘terpesona’ padaku (ceilehhhh…. Bahasanya…
:p) tapi juga berebutan mengacungkan tangan dan mengerumuniku gara-gara
berebutan menjawab pertanyaan. Bahagiaaaaaaa banget kalo lihat tangan-tangan
imut mereka teracung dengan semangat dan antusias besar untuk menjawab pertanyaan
(dalam hati: thank you so…………….much, Lord Jesus. It means nothing without you).
Kalo di kelas 1, baru hari ini benar-benar merasa ‘puas’
mengajar di kelas ini. Sebelumnya, berdiri di kelas ini berasa orang ngali
(bodoh, red) yang sedang bicara sendiri, gak jelas, dan anak-anak main sendiri.
Mereka memang lancar membaca, bisa menulis, tapi masih belum bisa disuruh kerja
mandiri. Soal-soal tugas misalnya, mereka belum bisa mengerjakan sendiri harus dibimbing
dengan cara mengerjakan bareng-bareng. Na, hari ini juga aku berhasil ‘memenangkan’
kelas ini, bahagiaaaaaaaaa…………. \\^__^//. Berhasil karena dongeng dan sticker
juga ^^. Senang banget dikerubutin sama mereka sampe-sampe semuanya maju ke
depan kelas, wkwkwkkw. Anak-anak memang senang diberi hadiah sodara-sodari, gak
percaya?? Coba aja di kelasmu, pasti sukses kerassss! Tapi jangan di SMP / SMA.
Kayaknya mereka gak minat deh :p.
Nah, ini dia, aku mo cerita tentang sticker. Dulu sebelum mulai
ngajar aku berpikir keras gimana caranya memenangkan perhatian para siswa dalam
kelas. Terus tiba-tiba terlintas ide memberikan reward and punishment pada
siswa berupa sticker. Aku memberikan 3 sticker. Pertama, sticker bintang. Sticker
ini yang paling tinggi poinnya. Sifatnya jarang diberikan. Hanya diberikan pada
siswa yang berhasil memperoleh nilai 100, kerja tugas paling tepat waktu dan
benar, serta momen-momen istimewa.
Kedua, sticker donat. Sticker ini hanya diberikan bagi siswa
yang juga pintar, disiplin, nilai 90-an dan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang kuajukan dalam brainstorming. Ahahhaha kebajawab kan, kenapa anak-anak
sangat antusias dan berlomba-lomba pengen jawab pertanyaan? Yaaa karena sticker
satu ini, apalagi kalo tiba-tiba aku ngeluarin sticker bintang, woaaaaa
ramenyooooo….:D
Ketiga, sticker ngepel buat cowok dan cewek. Sticker ini jangan
sampai diberikan pada mereka karena ini sticker hukuman. Gambarnya aja gambar
nenek-nenek dan kakek-kakek sedang mengepel lantai. Sticker ini diberikan pada
siswa yang nakal, nilai anjlok, dan tidak disiplin. Ini cukup untuk mendorong
anak-anak tertib, belajar dan bisa diatur.
Nah, sticker-sticker ini harus ditempelkan di buku mereka
masing-masing dan dikumpulkan di akhir semester. Siswa yang berhasil
mengumpulkan sticker terbanyak akan kuberi hadiah, keren kan? Ahahahah padahal
hadiahnya aja aku belum tau :p. Tapi ini sungguh berhasil, mereka antusias di
kelas, menolong mereka mencintai pelajaran agama dan menyatu di dalamnya, sampe
mereka cerita-cerita ke ortunya :p. Bahkan pernah satu siwa gak mau istirahat
karena gak mau ketinggalan sticker :p. bersyukurnya, metode ini akhirnya
diikuti oleh guru-guru yang lain juga.
Ohh ia, disini tuh ngajar harus kreatif. Gak boleh masuk kelas
dengan tangan kosong, minimal harus bawa laptop, LCD dan alat peraga. Jadinya,
tiap malam harus duduk manis depan laptop menggarap power point untuk
presentasi besok harinya. Ini benar-benar berasa kuliah yang harus presentasi
kelompok, bedanya ini presentasi tiap hari mennn.
Yaaa dan disinilah aku sekarang. I love to be here. It seems I found
my self, my potential, and my passion. Mengajar mereka memang menyenangkan. Apalagi
kalo mereka pada triak: “miss……” terus langsung meluk, heheheh. Dan pujian-pujian:
“miss cantik hari ini :p” (anak-anak selalu jujur loh :p) Bersyukur untuk
kesempatan ini. Semoga setahun keberadaan di skolah ini benar-benar bisa jadi
berkat buat anak-anak disini. Btw, capek juga eee ngetik 3 halaman kayak gini. Udah
ahhh, udah jam pulang skolah. Nantikan ceritaku selanjutnya yoooo :p
aku juga mau stikernya dong miss :) klo stiker donatnya dijadiin beneran boleh ga miss?? hahahha
BalasHapusnice idea ris...sukaaaa...
hahahahha ntar ya kak, kalo ketemu (semoga ingat :p)
Hapusbtw tengkyu kak, :)