“Tulisan ini
merupakan tugas laporan bacaan dari buku Kisah Sengsara Yesus Dalam Injil
Sinoptik. Hehehhehe dosenku yang berinisial YBS itu memang suka sekali
memberikan kami tugas laporan bacaan. Dia dosen yang kukagumi sih, pinter,
cakep, keren pula kalo ngajar. Intinya aku sangat menikmati isi buku ini karena
tugas dari dosenku itu ^_^. Semoga bermanfaat ya…..”
Identitas buku
Suharyo, I. 1990. Kisah
Sengsara Yesus Dalam Injil Sinoptik. Yogyakarta: Kanisius. 92 hal.
1.
Autobiografi penulis
Mgr. Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo lahir pada tanggal 9
Juli 1950 di Brosot, daerah Istimewa Yogyakarta putra Bp. Florentinus Amir
Hardjodisastra (alm) dan Ibu Theodora Murni Hardjodisastra. Berasal dari 10 bersaudara,
3 puteri, dan 6 putera, dan yang satu meninggal dunia. Dari 6 putera tersebut,
yang jadi imam 2 orang, yaitu Rm. Suitbertus Sunardi, OCSO (Rawaseneng)
dan Rm. I. Suharyo, Pr. Dan dari 3 puteri, dua orang menjadi suster, Sr.
Marganingsih dan Sr. Sri Murni. Pada tahun 1968 Ignatius Suharyo mulai mengolah
panggilan sebagai imam di SMA Seminari Mertoyudan (Magelang). Seusai berstudi
tingkat SMA, beliau melanjutkan studi di IKIP Sanata Dharma (Yogyakarta). Pada
tahun 1971 beliau mencapai tingkat Sarjana Muda Filsafat/Teologi, kemudian
tahun 1976 mencapai Sarjana Filsafat/Teologi (S1) pada FKSS IKIP Sanata Dharma,
Yogyakarta. Studi terakhir beliau selesaikan hingga mencapai tingkat Doktor
Theologi Biblicum di Universitas Urbaniana (Roma, Italia) pada tahun 1981. Imam
dalam Keuskupan Agung Semarang. Dosen tetap pengantar dan ilmu tafsir
Perjanjian Baru pada Fakultas Teologi Wedabhakti, Yogyakarta. Guru
Besar Ilmu Theologi Univ Sanata Dharma, Yogyakarta.
2.
Thesis/ ide pokok
Ide pokok Suharyo tulisan ini adalah memaparkan kisah
sengsara Yesus dalam injil-injil sinoptik dalam sebuah kisah sengsara yang
lengkap dan menarik sehingga pembaca semakin memahami dan menghayati sengsara
dan wafat Yesus Kristus.
3.
Argumentasi penulis
Argumentasi penulis akan dipaparkan per bab :
1)
Kisah sengsara dalam
kehidupan gereja
Ø Kisah sengsara adalah kekayaan rohani dalam kehidupan gereja
yang mampu menerangi dan memberi makna kepada perjuangannya dalam peziarahan
hidup.
Ø Kisah sengsara yang dikisahkan oleh masing-masing penginjil
terutama merupakan pewartaan iman yang penggarapan dan pengembangan kisahnya
ditentukan oleh ketersediaan bahan-bahan dalam lingkungan rasuli tertentu dan
jemaat yang dituju.
Ø Dalam kerangka pemahaman bahwa masing-masing penginjil
mengisahkan kisah sengsara Yesus dengan penekanan-penekanan tertentu maka kita
dapat melihat hal yang masing-masing disoroti penginjil :
v Markus berciri pewartaan. Kisah sengsara yang dikisahkan mau
membawa orang kepada iman dan penyerahan diri kepada misteri kasih Allah
v Matius berciri doktrinal. Kisah sengsara Yesus bila dilihat
dalam terang iman gereja adalah penggenapan rencana Allah yang terdapat dalam
Kitab Suci
v Lukas berciri permenungan seorang murid tentang gurunya.
Usaha sang murid untuk menyatakan bahwa junjungannya, yaitu sang guru tidak
bersalah sehingga hal-hal yang merendahkan martabat sang guru dihilangkan dalam
kisahnya.
2)
Yesus ditangkap
Ø Keputusan untuk menangkap dan menghukum mati Yesus adalah
puncak dari konflik berkepanjangan Yesus dengan kelompok orang Farisi, Saduki
dan Herodian. Dan Yudas, murid Yesus membantu proses penangkapan ini.
Ø Kesaksian masing-masing penginjil :
v Menurut Markus, peristiwa ini mengejutkan karena tanpa
keterangan tentang peristiwa-peristiwa sebelumnya tiba-tiba Yudas datang dan
mencium Yesus lalu Yesus ditangkap. Tidak ada keterangan tambahan yang
menyertai peristiwa-peristiwa penangkapan ini.
v Matius memahami peristiwa penangkapan ini sebagai bagian
dari rencana penyelamatan Allah dalam diri Yesus Kristus. Bahwa penyelamatan
itu terjadi hanya oleh jalan perendahan. Dan hal ini yang dipilih Yesus.
v Yang menjadi pusat perhatian Lukas dalam kisah ini adalah
Yesus, Anak Manusia yang melalui sengsara dan wafat masuk ke dalam kemuliaan.
Yesus yang adalah Tuhan yang mampu menyatakan kuasa dan belas kasih kepada
orang yang datang menangkapnya.
Ø Keutuhan kehendak Yesus untuk menjalani rencana Bapa adalah
hal yang paling jelas dari kisah ini.
3)
Di hadapan Mahkamah Agama
Ø Masing-masing penginjil memiliki kronologi kisah yang
berbeda-beda berkaitan dengan sidang Yesus di Mahkamah Agama. Matius dan markus
mencatat sebanyak dua kali sidang pada malam hari dan siang hari. Lukas hanya
mencatat satu kali dan terjadi pada siang hari. Jika dibandingkan dengan injil
Yohanes maka kita dapat menyimpulkan bahwa pada malam hari setelah Yesus
ditangkap langsung ada pemeriksaan oleh Hanas. Akan tetapi sidang ini tidak
resmi. Lalu pada keesokan harinya terjadi Sidang oleh Mahkamah Agama
(Sanhedrin) yang adalah sidang resmi yang dipimpin oleh Kayafas sebagai imam
besar.
Ø Kisah penyangkalan Petrus dikisahkan dengan kekayaan cerita
berdasarkan tradisi yang kuat namun di antara para penginjil kisah ini
berbeda-beda karena dikelola menurut minat teologinya masing-masing.
Ø Dalam sidang-sidang yang ada Yesus diolok-olok terkait
dengan kedudukannya sebagai seorang nabi (pemimpin religious) dan sebagai
seorang raja. Ia dipukul, diludahi, ditinju. Olok-olok sebagai seorang nabi
terjadi pada sidang Mahkamah Agama sedangkan olok-olok sebagai raja terjadi
pada sidang Pilatus sehingga bernuansa politis.
Ø Sidang yang berlangsung oleh Mahkamah Agama adalah sidang
resmi. Sidang ini terdiri dari pengajuan saksi-saksi dan dialog antara imam
besar dengan Yesus. Akan tetapi saksi-saksi yang diajukan adalah saksi-saksi
palsu yang kesaksiannya berbeda satu dengan yang lainnya. Kesaksian ini
diberikan dengan tujuan hukuman mati terhadap Yesus dapat dijalankan. Akan
tetapi hukuman mati memang tidak dapat dijatuhkan sehingga interogasi terhadap
identitas Yesus perlu dilakukan. Pernyataan Yesus mengenai identitas dirinya
sebagai Anak Manusia (yang ilahi) dilihat sebagai penghujatan kepada Allah yang
tidak dapat diampuni dan harus dibayar dengan kematian. Tetapi keputusan ini harus disyahkan oleh pemerintah Romawi
sehingga Yesus dibawa kepada Pilatus.
Ø Pemahaman teologi masing-masing penginjil :
v Markus : Yesus menyatakan diri sebagai Hakim yang Akan
Datang kepada mereka yang menghakimi-Nya.
v Matius : jawaban Yesus atas pertanyaan mengenai identitasnya
adalah “Engkau telah mengatakannya”. Terlihat ada penyembunyian identitas Yesus
sebagai mesias. Hal ini harus dipahami dalam kerangka rencana penyelamatan
Allah dalam Yesus sehingga peristiwa-peristiwa terkait dengan kisah sengsara
dapat dipahami dalam terang iman gereja, seperti penyangkalan Petrus dan
pengkhianatan Yudas.
v Lukas : perhatian Lukas adalah pada sikap murid yang
mengingkari gurunya tetapi kemudian menuju pada pertobatan. Yesus menyatakan
diri sebagai Mesias dan Anak Manusia sehingga dengan demikian Ia menyatakan
diri-Nya sebagai yang Ilahi. Ini dianggap penghujatan terhadap Allah oleh
sidang
v Markus dan Lukas mengisahkan dengan jelas bahwa yang membuat
hukuman mati bulat dijatuhkan terhadap Yesus adalah juga pernyataan dirinya
sebagai yang Ilahi, yang menghujat Allah.
4)
Di hadapan Pilatus
Ø Perkara Yesus yang dibawa kepada Pilatus harus menjadi
perkara politik agar Pilatus menaruh perhatian terhadap perkara tersebut. Dalam
hal ini Yesus dituduh sebagai Mesias dalam arti pelopor kemerdekaan atau
pembebasan politik. Namun tuduhan ini
harus mengena dan meyakinkan secara politik, Lukas mengemukakannya dalam
injilnya (22:2) sehingga dalam tuduhan ini julukan Kristus diberi arti raja
sebagai perkara politik.
Ø Akan tetapi Pilatus tidak begitu saja menerima tuduhan ini,
ia berusaha untuk membebaskan Yesus namun tuduhan yang diberikan kepadanya
begitu berat sehingga usahanya tidak berhasil.
Ø Hanya dalam injil Lukas, dikisahkan bahwa Pilatus mengirim
Yesus kepada Herodes. Herodes mengajukan berbagai petanyaan tapi tak ada yang
dijawab Yesus bahkan permintaan Herodes untuk melihat mujizatpun tidak
terpenuhi. Kemudian Herodes juga mulai mengolok-olok Yesus dan mengenakan
pakaian kebesarannya kepada Yesus untuk menyatakan kepada Pilatus bahwa Yesus
sama sekali bukanlah pemimpin gerakan politik sesuai dengan tuduhan yang ada.
Ø Ada kebiasaan pada setiap paskah untuk membebaskan satu
orang hukuman. Disana ada seorang tahanan bernama Barabas. Pilatus melihat
peluang ini sebagai cara untuk membebaskan Yesus tetapi ternyata perkiraan
Pilatus meleset ditambah lagi pertanyaannya yang kurang tepat sehingga malah
Barabas yang dibebaskan sedangkan Yesus dijatuhi hukuman mati. Yesus mati
dengan tuduhan sebagai penjahat politik.
Ø Sebelum disalib Yesus disesah terlebih dahulu. Menurut
Suharyo, Yesus dinista dan diolok-olok di tengah-tengah sidang dan pada akhir
sidang kemudian disesah sebelum disalibkan. Markus melihat hal ini dalam
misteri Allah yang tidak dapat dimengerti oleh manusia. Matius melihatnya
sebagai Perjanjian Baru yang diteguhkan dengan darah Kristus. Lukas mengarahkan
perhatiannya pada Yesus yang tidak bersalah. Hal ini terlihat dari pernyataan
Pilatus yang tiba-tiba dengan mengatakan bahwa Yesus tidak bersalah. Sehingga
menurut Lukas sekalipun Yesus dijatuhi hukuman mati Ia tetaplah tidak bersalah.
5)
Kalvari
Ø Hukuman salib adalah bentuk hukuman mati untuk budak karena
sangat kejam dan merendahkan martabat orang yang menjalaninya. Dalam rangka
penyelamatan kematian Yesus adalah peristiwa yang menentukan. Oleh salib Yesus
kembali kepada kemuliaan-Nya dan setiap orang percaya ikut mati bersama dia dan
mulia bersama-Nya
Ø Dalam perjalanan menuju tempat penyaliban Simon dari Kirene
dipaksa untuk membawakan salib Yesus. Oleh Suharyo sikap ini dinilai sebagai
model seorang murid yang “memikul salib sambil mengikuti Yesus”
Ø Sebelum disalibkan Yesus diberi anggur bercampur mur yang
berguna sebagai obat bius untuk menghilangkan rasa sakit. Akan tetapi Yesus
menolaknya. Hal ini menurut Suharyo dilakukan karena Yesus ingin mengalami
semua penderitaan secara sadar sampai akhir.
Ø Di atas salib[un Yesus masih diolok-olok. Hukuman yang
dijalani-Nya bertentangan dengan pernytaan diri-Nya selama ini. Sehingga
menjelaskan bahwa semua pernyataan dan tindakan Yesus tidak layak dipercaya.
Ø Sesaat sebelum wafat Yesus berseru “Eloi, Eloi, lema sabachtani” (Mazmur 22:2) yang disalah mengerti
sebagai Elia. Namun pendapat ini sulit diterima. Kemungkinan besar Yesus
menyambung dengan seruan nyaring mazmur 22:11 “… Engkaulah Allahku” yang dalam
bahasa ibraninya “Eli atta” yang
mungkin salah didengar menjadi “Elijja ta”
yang berarti Elia datanglah!
Ø Setelah Yesus wafat, mayatnya diturunkan oleh Yusuf dari
Arimatea dan dimakamkan. Setelah melihat semua kronologi dalam semua injil
mengenai waktu wafatnya Yesus maka kronologi yang diikuti adalah kronologi
injil Yohanes, Yesus wafat pada hari dan saat ketika anak domba Paska
dikurbankan, yaitu tanggal 14 Nisan tepatnya hari Jumat untuk tahun 30 M,
bertepatan dengan tanggal 7 April 30 M. hal perjamuan Paska terakhir bersama
murid-murid dapar kita pahami bahwa Yesus merayakan Paska sebelum Paska
sebenarnya tiba.
Ø Markus melihat wafatnya Yesus sebagai pernyataan diri Yesus
secara penuh bahwa Ialah Anak Manusia, Hamba Yang Menderita. Setelah cerita
panjang tentang gelapnya penderitaan Yesus penginjil mengisahkan sebuah
pengakuan iman yang luar biasa “sungguh orang ini adalah Anak Allah” (15:39)
Ø Matius memahami wafat Yesus sebagai pemenuhann nubuat :
sejak wafat-Nya Yesus duduk di atas takhta kemuliaan Allah sebagai Mesias
keputraan ilahi-Nya dinyatakan dan dengan demikian ia membuka jalan bagi orang
kafir untuk untuk masuk ke dalam persekutuan hidup dengan Allha dalam kenisah
yang baru.
Ø Menurut Lukas wafat Yesus memberi contoh penyerahan diri
yang utuh kepada Allah dan teladan pengampunan.
4.
Kesimpulan dari penulis
Keinginan para pemimpin Yahudi untuk membunuh Yesus telah
terjadi. Baik rencana maupun cara pembunihannya telah mereka susun sedemikian
rupa untuk menyatakan bahwa pernyataan-pernyataan diri Yesus dan tindakannya
yang melawan hokum Taurat dan kenisah sama seklai tidak benar. Pelaksanaan
hukuman mati yang terjadi sekitar Paska ingin mengunmumkan bahwa Yesus adalah
orang yang dikutuk Allah. Tetapi orang Kristen memahaminya dalam rencana Allah
sehingga dihayati, direnungkan, dimaknai dan diwariskan sebagai kekayaan. Kisah
ini diwariskan oleh masing-masing penginjil dengan gayanya masing-masing.
Sejarah penyelamatan Allah terhadap manusia genaplah sudah.
Dalam kenisah yang baru orang dapat masuk ke sana dan mengalami persatuan hidup
dengan Allah.
Para penginjil sinoptik melihat semuanya ini dalam terang
kebngkitan sebagai tindakan Allah yang mengubah dunia. Sehingga dunia diresapi
oleh kemuliaan Allah. Inilah inti iman Kristen. Dari hari ke hari orang Kristen
berusaha untuk mencapai dan mengalami campur tangan Allah dalam hidupnya. Dan kisah
sengsara Yesus Kristus adalah kekayaan yang tak terhingga dan sumber yang tak
akan pernah habis untuk menimba makna kehidupan.
5.
Penilaian terhadap
ide-ide penulis
Ø Positif
Penulis
mampu menyatakan argument-argumren yang membuat penulis berpikir dari sudut
pandang yang lain dari kisah sengsara Yesus Kristus. Selain itu apa yang
penulis hasilkan dalam karyanya ini adalah sebuah kekayaan karena penulis
menghantar pembaca untuk memahami secara mendalam dan lengkap kisah sengsara
Yesus dalam injil sinoptik, melihat perbedaan mencolok diantara ketiga injil
tersebut dan melihatnya dalam konteks masing-masing injil.
Ø Negative
Kekurangan
yang saya lihat dalam tulisan ini adalah ciri tulisannya yang sangat teologis
dan pemaparan gagasan-gagasan dengan hanya menggunakan literatur Alkitab dan
tradisi (yang belum dapat dipastikan kebenarannya) dan beberapa buku sementara
kita juga harus melihat Alkitab dari sisi yang lain. Kemudian penggabungan
kisah sengsara dalam injil sinoptik seakan-akan mempermiskin pemahaman, ide,
teologi atau hal apapun yang ingin disampaikan oleh masing-masing penginjil.
6.
Sumbangan pemikiran terhadap konteks kita
Ø Menambah referensi pembaca masa kini mengenai peristiwa yang
telah terjadi ribuan tahun yang lalu
ini.
Ø Bagi diri saya pribadi, tulisan ini sangat bermanfaat bagi
informasi dan pemahaman saya terhadap kisah sengsara Yesus. Karena tulisan ini
langsung membandingkan kisah yang sama dalam tiga injil saya langsung dapat
melihat perbedaan-perbedaan yang menonjol dan kepentingan-kepentingan penulis
dalam menulis injilnya.
Ø Bagi kaum awam, tulisan ini sangat membantu dalam membantu
dan memahami misteri kisah sengsara dan wafat Yesus dalam sebuah kisah yang
utuh.
Ø Membantu pembaca masa kini untuk memahami peristiwa sengsara
Yesus dalam konteksnya pada zaman dahulu.
wuuuusssss.....nambah wawasan,trutamaa buat tugas sekolah.maksih.
BalasHapus