Senin, 12 Agustus 2013

KISAH SENGSARA YESUS DALAM INJIL SINOPTIK

“Tulisan ini merupakan tugas laporan bacaan dari buku Kisah Sengsara Yesus Dalam Injil Sinoptik. Hehehhehe dosenku yang berinisial YBS itu memang suka sekali memberikan kami tugas laporan bacaan. Dia dosen yang kukagumi sih, pinter, cakep, keren pula kalo ngajar. Intinya aku sangat menikmati isi buku ini karena tugas dari dosenku itu ^_^. Semoga bermanfaat ya…..”


Identitas buku
Suharyo, I. 1990. Kisah Sengsara Yesus Dalam Injil Sinoptik. Yogyakarta: Kanisius. 92 hal.
1.           Autobiografi penulis
Mgr. Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo lahir pada tanggal 9 Juli 1950 di Brosot, daerah Istimewa Yogyakarta putra Bp. Florentinus Amir Hardjodisastra (alm) dan Ibu Theodora Murni Hardjodisastra. Berasal dari 10 bersaudara, 3 puteri, dan 6 putera, dan yang satu meninggal dunia. Dari 6 putera tersebut, yang  jadi imam 2 orang, yaitu Rm. Suitbertus Sunardi, OCSO (Rawaseneng) dan Rm. I. Suharyo, Pr. Dan dari 3 puteri, dua orang menjadi suster, Sr. Marganingsih dan Sr. Sri Murni. Pada tahun 1968 Ignatius Suharyo mulai mengolah panggilan sebagai imam di SMA Seminari Mertoyudan (Magelang). Seusai berstudi tingkat SMA, beliau melanjutkan studi di IKIP Sanata Dharma (Yogyakarta). Pada tahun 1971 beliau mencapai tingkat Sarjana Muda Filsafat/Teologi, kemudian tahun 1976 mencapai Sarjana Filsafat/Teologi (S1) pada FKSS IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta. Studi terakhir beliau selesaikan hingga mencapai tingkat Doktor Theologi Biblicum di Universitas Urbaniana (Roma, Italia) pada tahun 1981. Imam dalam Keuskupan Agung Semarang. Dosen tetap pengantar dan ilmu tafsir Perjanjian Baru pada Fakultas Teologi Wedabhakti, Yogyakarta. Guru Besar Ilmu Theologi Univ Sanata Dharma, Yogyakarta.
2.           Thesis/ ide pokok
Ide pokok Suharyo tulisan ini adalah memaparkan kisah sengsara Yesus dalam injil-injil sinoptik dalam sebuah kisah sengsara yang lengkap dan menarik sehingga pembaca semakin memahami dan menghayati sengsara dan wafat Yesus Kristus.
3.           Argumentasi penulis
Argumentasi penulis akan dipaparkan per bab :
1)        Kisah sengsara dalam kehidupan gereja
Ø   Kisah sengsara adalah kekayaan rohani dalam kehidupan gereja yang mampu menerangi dan memberi makna kepada perjuangannya dalam peziarahan hidup.
Ø   Kisah sengsara yang dikisahkan oleh masing-masing penginjil terutama merupakan pewartaan iman yang penggarapan dan pengembangan kisahnya ditentukan oleh ketersediaan bahan-bahan dalam lingkungan rasuli tertentu dan jemaat yang dituju.
Ø   Dalam kerangka pemahaman bahwa masing-masing penginjil mengisahkan kisah sengsara Yesus dengan penekanan-penekanan tertentu maka kita dapat melihat hal yang masing-masing disoroti penginjil :
v  Markus berciri pewartaan. Kisah sengsara yang dikisahkan mau membawa orang kepada iman dan penyerahan diri kepada misteri kasih Allah
v  Matius berciri doktrinal. Kisah sengsara Yesus bila dilihat dalam terang iman gereja adalah penggenapan rencana Allah yang terdapat dalam Kitab Suci
v  Lukas berciri permenungan seorang murid tentang gurunya. Usaha sang murid untuk menyatakan bahwa junjungannya, yaitu sang guru tidak bersalah sehingga hal-hal yang merendahkan martabat sang guru dihilangkan dalam kisahnya.
2)        Yesus ditangkap
Ø  Keputusan untuk menangkap dan menghukum mati Yesus adalah puncak dari konflik berkepanjangan Yesus dengan kelompok orang Farisi, Saduki dan Herodian. Dan Yudas, murid Yesus membantu proses penangkapan ini.
Ø  Kesaksian masing-masing penginjil :
v  Menurut Markus, peristiwa ini mengejutkan karena tanpa keterangan tentang peristiwa-peristiwa sebelumnya tiba-tiba Yudas datang dan mencium Yesus lalu Yesus ditangkap. Tidak ada keterangan tambahan yang menyertai peristiwa-peristiwa penangkapan ini.
v  Matius memahami peristiwa penangkapan ini sebagai bagian dari rencana penyelamatan Allah dalam diri Yesus Kristus. Bahwa penyelamatan itu terjadi hanya oleh jalan perendahan. Dan hal ini yang dipilih Yesus.
v  Yang menjadi pusat perhatian Lukas dalam kisah ini adalah Yesus, Anak Manusia yang melalui sengsara dan wafat masuk ke dalam kemuliaan. Yesus yang adalah Tuhan yang mampu menyatakan kuasa dan belas kasih kepada orang yang datang menangkapnya.
Ø  Keutuhan kehendak Yesus untuk menjalani rencana Bapa adalah hal yang paling jelas dari kisah ini.
3)        Di hadapan Mahkamah Agama
Ø   Masing-masing penginjil memiliki kronologi kisah yang berbeda-beda berkaitan dengan sidang Yesus di Mahkamah Agama. Matius dan markus mencatat sebanyak dua kali sidang pada malam hari dan siang hari. Lukas hanya mencatat satu kali dan terjadi pada siang hari. Jika dibandingkan dengan injil Yohanes maka kita dapat menyimpulkan bahwa pada malam hari setelah Yesus ditangkap langsung ada pemeriksaan oleh Hanas. Akan tetapi sidang ini tidak resmi. Lalu pada keesokan harinya terjadi Sidang oleh Mahkamah Agama (Sanhedrin) yang adalah sidang resmi yang dipimpin oleh Kayafas sebagai imam besar.  
Ø   Kisah penyangkalan Petrus dikisahkan dengan kekayaan cerita berdasarkan tradisi yang kuat namun di antara para penginjil kisah ini berbeda-beda karena dikelola menurut minat teologinya masing-masing.
Ø   Dalam sidang-sidang yang ada Yesus diolok-olok terkait dengan kedudukannya sebagai seorang nabi (pemimpin religious) dan sebagai seorang raja. Ia dipukul, diludahi, ditinju. Olok-olok sebagai seorang nabi terjadi pada sidang Mahkamah Agama sedangkan olok-olok sebagai raja terjadi pada sidang Pilatus sehingga bernuansa politis.
Ø   Sidang yang berlangsung oleh Mahkamah Agama adalah sidang resmi. Sidang ini terdiri dari pengajuan saksi-saksi dan dialog antara imam besar dengan Yesus. Akan tetapi saksi-saksi yang diajukan adalah saksi-saksi palsu yang kesaksiannya berbeda satu dengan yang lainnya. Kesaksian ini diberikan dengan tujuan hukuman mati terhadap Yesus dapat dijalankan. Akan tetapi hukuman mati memang tidak dapat dijatuhkan sehingga interogasi terhadap identitas Yesus perlu dilakukan. Pernyataan Yesus mengenai identitas dirinya sebagai Anak Manusia (yang ilahi) dilihat sebagai penghujatan kepada Allah yang tidak dapat diampuni dan harus dibayar dengan kematian. Tetapi keputusan  ini harus disyahkan oleh pemerintah Romawi sehingga Yesus dibawa kepada Pilatus.
Ø   Pemahaman teologi masing-masing penginjil :
v  Markus : Yesus menyatakan diri sebagai Hakim yang Akan Datang kepada mereka yang menghakimi-Nya.
v  Matius : jawaban Yesus atas pertanyaan mengenai identitasnya adalah “Engkau telah mengatakannya”. Terlihat ada penyembunyian identitas Yesus sebagai mesias. Hal ini harus dipahami dalam kerangka rencana penyelamatan Allah dalam Yesus sehingga peristiwa-peristiwa terkait dengan kisah sengsara dapat dipahami dalam terang iman gereja, seperti penyangkalan Petrus dan pengkhianatan Yudas.
v  Lukas : perhatian Lukas adalah pada sikap murid yang mengingkari gurunya tetapi kemudian menuju pada pertobatan. Yesus menyatakan diri sebagai Mesias dan Anak Manusia sehingga dengan demikian Ia menyatakan diri-Nya sebagai yang Ilahi. Ini dianggap penghujatan terhadap Allah oleh sidang
v  Markus dan Lukas mengisahkan dengan jelas bahwa yang membuat hukuman mati bulat dijatuhkan terhadap Yesus adalah juga pernyataan dirinya sebagai yang Ilahi, yang menghujat Allah.
4)        Di hadapan Pilatus
Ø   Perkara Yesus yang dibawa kepada Pilatus harus menjadi perkara politik agar Pilatus menaruh perhatian terhadap perkara tersebut. Dalam hal ini Yesus dituduh sebagai Mesias dalam arti pelopor kemerdekaan atau pembebasan politik.  Namun tuduhan ini harus mengena dan meyakinkan secara politik, Lukas mengemukakannya dalam injilnya (22:2) sehingga dalam tuduhan ini julukan Kristus diberi arti raja sebagai perkara politik.
Ø   Akan tetapi Pilatus tidak begitu saja menerima tuduhan ini, ia berusaha untuk membebaskan Yesus namun tuduhan yang diberikan kepadanya begitu berat sehingga usahanya tidak berhasil.
Ø   Hanya dalam injil Lukas, dikisahkan bahwa Pilatus mengirim Yesus kepada Herodes. Herodes mengajukan berbagai petanyaan tapi tak ada yang dijawab Yesus bahkan permintaan Herodes untuk melihat mujizatpun tidak terpenuhi. Kemudian Herodes juga mulai mengolok-olok Yesus dan mengenakan pakaian kebesarannya kepada Yesus untuk menyatakan kepada Pilatus bahwa Yesus sama sekali bukanlah pemimpin gerakan politik sesuai dengan tuduhan yang ada.
Ø   Ada kebiasaan pada setiap paskah untuk membebaskan satu orang hukuman. Disana ada seorang tahanan bernama Barabas. Pilatus melihat peluang ini sebagai cara untuk membebaskan Yesus tetapi ternyata perkiraan Pilatus meleset ditambah lagi pertanyaannya yang kurang tepat sehingga malah Barabas yang dibebaskan sedangkan Yesus dijatuhi hukuman mati. Yesus mati dengan tuduhan sebagai penjahat politik.
Ø   Sebelum disalib Yesus disesah terlebih dahulu. Menurut Suharyo, Yesus dinista dan diolok-olok di tengah-tengah sidang dan pada akhir sidang kemudian disesah sebelum disalibkan. Markus melihat hal ini dalam misteri Allah yang tidak dapat dimengerti oleh manusia. Matius melihatnya sebagai Perjanjian Baru yang diteguhkan dengan darah Kristus. Lukas mengarahkan perhatiannya pada Yesus yang tidak bersalah. Hal ini terlihat dari pernyataan Pilatus yang tiba-tiba dengan mengatakan bahwa Yesus tidak bersalah. Sehingga menurut Lukas sekalipun Yesus dijatuhi hukuman mati Ia tetaplah tidak bersalah.
5)        Kalvari
Ø   Hukuman salib adalah bentuk hukuman mati untuk budak karena sangat kejam dan merendahkan martabat orang yang menjalaninya. Dalam rangka penyelamatan kematian Yesus adalah peristiwa yang menentukan. Oleh salib Yesus kembali kepada kemuliaan-Nya dan setiap orang percaya ikut mati bersama dia dan mulia bersama-Nya
Ø   Dalam perjalanan menuju tempat penyaliban Simon dari Kirene dipaksa untuk membawakan salib Yesus. Oleh Suharyo sikap ini dinilai sebagai model seorang murid yang “memikul salib sambil mengikuti Yesus”
Ø   Sebelum disalibkan Yesus diberi anggur bercampur mur yang berguna sebagai obat bius untuk menghilangkan rasa sakit. Akan tetapi Yesus menolaknya. Hal ini menurut Suharyo dilakukan karena Yesus ingin mengalami semua penderitaan secara sadar sampai akhir.
Ø   Di atas salib[un Yesus masih diolok-olok. Hukuman yang dijalani-Nya bertentangan dengan pernytaan diri-Nya selama ini. Sehingga menjelaskan bahwa semua pernyataan dan tindakan Yesus tidak layak dipercaya.
Ø   Sesaat sebelum wafat Yesus berseru “Eloi, Eloi, lema sabachtani” (Mazmur 22:2) yang disalah mengerti sebagai Elia. Namun pendapat ini sulit diterima. Kemungkinan besar Yesus menyambung dengan seruan nyaring mazmur 22:11 “… Engkaulah Allahku” yang dalam bahasa ibraninya “Eli atta” yang mungkin salah didengar menjadi “Elijja ta” yang berarti Elia datanglah!
Ø   Setelah Yesus wafat, mayatnya diturunkan oleh Yusuf dari Arimatea dan dimakamkan. Setelah melihat semua kronologi dalam semua injil mengenai waktu wafatnya Yesus maka kronologi yang diikuti adalah kronologi injil Yohanes, Yesus wafat pada hari dan saat ketika anak domba Paska dikurbankan, yaitu tanggal 14 Nisan tepatnya hari Jumat untuk tahun 30 M, bertepatan dengan tanggal 7 April 30 M. hal perjamuan Paska terakhir bersama murid-murid dapar kita pahami bahwa Yesus merayakan Paska sebelum Paska sebenarnya tiba.
Ø   Markus melihat wafatnya Yesus sebagai pernyataan diri Yesus secara penuh bahwa Ialah Anak Manusia, Hamba Yang Menderita. Setelah cerita panjang tentang gelapnya penderitaan Yesus penginjil mengisahkan sebuah pengakuan iman yang luar biasa “sungguh orang ini adalah Anak Allah” (15:39)
Ø   Matius memahami wafat Yesus sebagai pemenuhann nubuat : sejak wafat-Nya Yesus duduk di atas takhta kemuliaan Allah sebagai Mesias keputraan ilahi-Nya dinyatakan dan dengan demikian ia membuka jalan bagi orang kafir untuk untuk masuk ke dalam persekutuan hidup dengan Allha dalam kenisah yang baru.
Ø   Menurut Lukas wafat Yesus memberi contoh penyerahan diri yang utuh kepada Allah dan teladan pengampunan.
4.        Kesimpulan dari penulis
Keinginan para pemimpin Yahudi untuk membunuh Yesus telah terjadi. Baik rencana maupun cara pembunihannya telah mereka susun sedemikian rupa untuk menyatakan bahwa pernyataan-pernyataan diri Yesus dan tindakannya yang melawan hokum Taurat dan kenisah sama seklai tidak benar. Pelaksanaan hukuman mati yang terjadi sekitar Paska ingin mengunmumkan bahwa Yesus adalah orang yang dikutuk Allah. Tetapi orang Kristen memahaminya dalam rencana Allah sehingga dihayati, direnungkan, dimaknai dan diwariskan sebagai kekayaan. Kisah ini diwariskan oleh masing-masing penginjil dengan gayanya masing-masing.
Sejarah penyelamatan Allah terhadap manusia genaplah sudah. Dalam kenisah yang baru orang dapat masuk ke sana dan mengalami persatuan hidup dengan Allah.
Para penginjil sinoptik melihat semuanya ini dalam terang kebngkitan sebagai tindakan Allah yang mengubah dunia. Sehingga dunia diresapi oleh kemuliaan Allah. Inilah inti iman Kristen. Dari hari ke hari orang Kristen berusaha untuk mencapai dan mengalami campur tangan Allah dalam hidupnya. Dan kisah sengsara Yesus Kristus adalah kekayaan yang tak terhingga dan sumber yang tak akan pernah habis untuk menimba makna kehidupan.

5.        Penilaian  terhadap ide-ide penulis
Ø   Positif
Penulis mampu menyatakan argument-argumren yang membuat penulis berpikir dari sudut pandang yang lain dari kisah sengsara Yesus Kristus. Selain itu apa yang penulis hasilkan dalam karyanya ini adalah sebuah kekayaan karena penulis menghantar pembaca untuk memahami secara mendalam dan lengkap kisah sengsara Yesus dalam injil sinoptik, melihat perbedaan mencolok diantara ketiga injil tersebut dan melihatnya dalam konteks masing-masing injil.
Ø   Negative
Kekurangan yang saya lihat dalam tulisan ini adalah ciri tulisannya yang sangat teologis dan pemaparan gagasan-gagasan dengan hanya menggunakan literatur Alkitab dan tradisi (yang belum dapat dipastikan kebenarannya) dan beberapa buku sementara kita juga harus melihat Alkitab dari sisi yang lain. Kemudian penggabungan kisah sengsara dalam injil sinoptik seakan-akan mempermiskin pemahaman, ide, teologi atau hal apapun yang ingin disampaikan oleh masing-masing penginjil.
6.        Sumbangan pemikiran terhadap konteks kita
Ø    Menambah referensi pembaca masa kini mengenai peristiwa yang telah terjadi ribuan tahun  yang lalu ini.
Ø    Bagi diri saya pribadi, tulisan ini sangat bermanfaat bagi informasi dan pemahaman saya terhadap kisah sengsara Yesus. Karena tulisan ini langsung membandingkan kisah yang sama dalam tiga injil saya langsung dapat melihat perbedaan-perbedaan yang menonjol dan kepentingan-kepentingan penulis dalam menulis injilnya.
Ø    Bagi kaum awam, tulisan ini sangat membantu dalam membantu dan memahami misteri kisah sengsara dan wafat Yesus dalam sebuah kisah yang utuh.
Ø    Membantu pembaca masa kini untuk memahami peristiwa sengsara Yesus dalam konteksnya pada zaman dahulu.

1 komentar:

  1. wuuuusssss.....nambah wawasan,trutamaa buat tugas sekolah.maksih.

    BalasHapus