Sedang asyik di salah
satu jejaring sosial saat menemukan sebuah catatan dari sebuah forum Kristen. Adminnya
menulis kalimat di bawah ini:
Ketika dua hati tulus mencinta,
tak ada waktu yang terlalu lama, tak ada jarak yang terlalu jauh, karena mereka
tahu apa artinya setia.
Tak semudah membalik
telapak tangan dalam menyatakan kesetiaan cinta kepada seseorang bila hatinya
belum siap menerima kekurangannya.
Hati yg tulus mencinta,
takkan lelah tuk bertahan, takkan menyerah tuk berjuang, karena dia percaya
bahagia pasti dia temukan.
"dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus
Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita
sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah." (Ef 5:2)
Membaca kalimat-kalimat di atas, aku jadi tertarik untuk
menulis. Padahal tadi udah doa mau tidur loh, hehehhe tapi berasa ada yang
kurang kalo belum nulis sesuatu di blog \\^_^//. Aku setuju banget sama kalimat
yang pertama: “Ketika dua hati tulus mencinta, tak ada waktu yang terlalu lama,
tak ada jarak yang terlalu jauh, karena mereka tahu apa artinya setia”. Yup,
banyak orang muda menjalani hubungan yang ngasal. Maksudnya menjalin hubungan
dengan lawan jenis hanya untuk sebuah status, biar gak dikira gak laku, biar
terlihat keren, atau karena pengen mencari figur ayah atau ibu yang selama ini
gak ditemukan di dalam keluarga. Kenapa aku bilang itu hubungan yang asal-asalan?
Tenang…. Jangen sewot dulu. Aku punya alasannya. Pertama, menjalani hubungan dengan seseorang (pacar) bukan cuma untuk
sebuah status “in a relationship” atau “gak jomblo” atau biar ada yang ngucapin
‘met malam’ ‘met bobo’ atau menanyakan ‘udah makan, belom?’ ‘udah mandi, belom?’.
Menurutku, kalo dua orang menjalin hubungan hanya untuk hal-hal di atas, waduh
sayang banget ya… menghabiskan waktu hanya untuk hal-hal yang gak bermanfaat
sama sekali. Ada hal yang jauh lebih bermanfaat dari sekedar mencari juru sms
atau juru alarm. Kedua, menjalin
hubungan dengan seseorang nantinya akan bermuarah pada sebuah pernikahan. Semua
orang tentu mendambakan pernikahan yang indah, rumah tangga yang harmonis,
keluarga teladan, bila perlu kalo orang lain melihat kehidupan keluarganya
orang lain merasa diberkati. Tapi……….. keluarga yang kayak gini ini gak bisa
dibentuk kalo start awalnya asal-asalan. Gak didasari kasih yang kuat, komitmen
yang teguh untuk saling mengasihi, saling percaya dan yang terpenting saling
setia. Banyak pengalaman yang kuamati dari teman-temanku. Cepat banget menjalin
hubungan, cepat juga nyudahinnya. Apalagi kalo udah bicara jarak. Behhhh…..
udahlah lewat pasangannya kalo jaraknya udah beda pulau. Miris banget, kan? Ke tempat
yang satu punya pacar, ke tempat lain lagi punya pacar, kira-kira kalo start
awal seseorang suka gonta-ganti pacar, gak setia, apa yang bisa membuatmu yakin
bahwa orang ini akan sanggup berdiri di hadapan Tuhan bersamamu kelak untuk
berkata: “aku bersedia”? Gak ada deh! Ketiga,
pacaran sebenarnya adalah cara dimana engkau semakin mengenal dirimu sendiri
ketika bersama pasanganmu. Maksudnya, ketika bersama dia, kamu menemukan
bakatmu, karaktermu, kekuranganmu, leluasa menjadi dirimu sendiri. Pasanganmu menjadi
seperti cermin yang mampu memantulkan bayangan dirimu sehingga terjadi
pengembangan diri. Kamu tidak lagi sibuk mencari juru sms atau juru alarm tapi partner
yang bisa membantumu menemukan dirimu dan mengembangkan talenta-talenta yang
Allah taruh dalam dirimu. Itu sebabnya ada hal yang paling dituntut dari cara
kerja partner, yaitu kerja sama. Kerja sama untuk saling menolong, kerja sama
untuk saling mengingatkan, kerja sama untuk saling menegur, kerja sama untuk
saling mengampuni, kerja sama untuk saling memulihkan, kerja sama untuk saling
mengasihi, dan kerja sama untuk saling menjaga komitmen untuk setia. Percayalah
kalo pada masa-masa pacaran, pasanganmu sanggup mempertahankanmu pada masa-masa
sulitnya, berarti dia patut diperjuangkan. Sebaliknya, kalo pada masa pacaran
aja dia sudah berpaling kiri dan kanan, gak ada alasan deh untuk mempertahankan
orang seperti itu.
Mungkin kamu akan bilang: “ahh, kan baru pacaran… belum
menikah” Iya, emang. Tapi pacaran itu garis startnya. Jika startnya salah,
meluruskannya akan memakan waktu yang banyak dan melelahkan. So, jadilah bijak.
Kehidupan baik di masa mendatang selalu dibangun di hari ini. Carilah partner
bukan juru sms atau juru alarm dan yang paling penting: SETIALAH.
mantaap riss :D
BalasHapussuka kalimat terakhirr..
Carilah partner bukan juru sms atau juru alarm dan yang paling penting: SETIALAH.
heheheh itu kalimat yang pengen banget aku bilang ke salah seorang temenku kak, waktu itu dia bilang: "kamu kog gak suka pacaran, ris?" aku jawab: "belum ada yang kena di hati dan cocok sama kriteriaku, lagian aku lagi gak butuh pacar, masih bisa nangani smua hal sendirian" terus dijawab: "kan enak kalo punya pacar, ada yang sms-in nanyain kabar, ingetin makan, ucapin met bobo, dll" aku cuma melongoooo -_-
Hapusdangkal banget pemikirannya soal pacaran, jadi kasian aku
iya..klo ada yg belum kena..gak usah dipaksain ..klo salah pilih buang2 wkt aja :D
BalasHapushheheh setujuuuu kak :)
Hapus