Seperti kalimat di
samping: pernah gak kalian merasa sangat sibuk melayani tapi justru
merasa kesepian di dalam hati?
Aku pernah. Dan sepertinya
sekarang sedang berada di keadaan ini. 'Pelayanan padat hati sepi', hampir
mirip dengan pengalaman seorang matematikawan terkenal dan juga 'teolog'
bernama Blaise Pascal. Ia seorang yang sangat pintar, terkenal, dan dihormati
banyak orang. Tapi dalam kemegahannya itu, ia merasakan sebuah kekosongan di
dalam hatinya.
Berikut sekilas informasi
tentang dia:
Tahun 1631 saat Blaise Pascal berusia 8 tahun ayahnya memutuskan pindah ke
Paris. Paris adalah kota yang perkembangan intelektualnya sangat tinggi saat
itu, di sana ada ilmuwan-ilmuwan terkenal misalnya Rene Descartes, Desargues
dll. Etienne (ayahnya) bertekad mendidik anaknya sebaik-baiknya, karena Blaise
Pascal sudah menunjukkan kecemerlangan otaknya sejak kecil. Pergaulan dengan
para ilmuwan ini membuat Blaise Pascal berkembang pesat. Pada umur 13 tahun dia
menguasai geometri Euclidian dengan belajar sendiri. Umur 16 tahun Pascal muda
membuat uraian tentang kerucut dan mendapat pujian dari banyak ilmuwan. Pada
umur 19-21 tahun, dia mengembangkan mesin hitung untuk dipakai ayahnya dalam
menghitung pajak. Mesin ini adalah cikal bakal computer yang kita kenal
sekarang. Perkembangan pemikiran keilmuannya terus berkembang dengan
menyelidiki ruang hampa, sifat udara dan cairan, hukum probabilitas, seluk
beluk segitiga, dan lain sebagainya. Semuanya itu membuat takjub para
cendekiawan Eropa saat itu.
Kelihatannya, Pascal memiliki semuanya. Tapi merasa kosong di dalam hatinya
sampai ia tiba pada suatu malam pada tanggal 23 November 1654 (usia Pascal
31 tahun) di rumahnya di Rue Des Francs-Bourgois di Saint Michel ia mengalami
lawatan istimewa. Ia merasakan lawatan Tuhan yang mengubahkan hidupnya. Pascal
menyebutnya sebagai pertobatan kedua. Hatinya menemukan apa yang selama ini
tidak didapati dengan akal pikirannya. Jiwanya merasakan damai sejahtera,
sukacita. Keyakinan yang penuh akan kasih karunia Tuhan menggantikan
kegersangan imannya. “Total dan manis” itulah yang dirasakannya. Salah satu
ungkapan Pascal yang terkenal berkaitan dengan hal ini adalah “Terdapat
suatu kekosongan yang Tuhan ciptakan dalam hati setiap orang yang tak dapat
diisi dengan benda ciptaan yang lain, kecuali oleh Allah Sang Pencipta, yang
dikenal melalui Yesus Kristus.”
Itu perkenalan singkat
tentang Blaise Pascal. Ia sampai pada kesimpulan bahwa ruang kosong di hati
manusia hanya dapat diisi oleh Tuhan saja. Saat ini dengan jadwal pelayanan
yang super padat, aku merasakan kekosongan yang sama dan gak tau sampe kapan
kekosongan ini dapat diisi kembali oleh kasih Tuhan. Harus diakui dengan jujur
memang (walaupun aku benci harus jujur tentang hal ini) sejak masuk fakultas
teologi aku berubah. Awal masuk aku sangat menikmati indahnya mengikut Tuhan,
iman yang menyala-nyala pada Tuhan, kepercayaan penuh dan taat tanpa membantah.
Namun, seiring perjalanan panjang dengan proses-proses perkuliahan dan
pengalaman-pengalaman hidup aku jadi orang mudah mempertanyakan kembali siapa
Dia yang aku sembah. Dulu aku belajar mencintai Dia dengan hatiku saja namun
sekarang aku belajar mencintainya dengan akalku walaupun kadang-kadang
akal-kulah yang paling dominan. Bahkan aku menemukan bahwa aku sulit membangun
kembali hubungan yang intim denganNya dan dalam beberapa hal aku 'sulit'
percaya padaNya. Aku merasa seperti sedang berada di padang gurun. Gersang.
Kehausan. Tidak ada tempat perteduhan. Kehilangan arah. Gak tau jalan
pulang. Entah sampe kapan aku bisa tiba di sumber air dan berteduh di bawah
pohon yang rindang. Kalimat: "pelayanan padat, hati sepi" yang
kusisipkan sebagai salah satu karakter dalam penggalan drama di ibadah musikal
remaja tanggal 19 Oktober kemaren sebenarnya sedikit banyak menggambarkan
suasana hatiku. Melayani terlalu banyak, orang lain diberkati sementara diri
sendiri justru tidak mendapat apa-apa. Mengenaskan bukan?? Mungkin memang aku
perlu berhenti sejenak, berefleksi, dan dilayani untuk menemukan kembali kasih
yang mula-mula yang membuatku menyingkirkan banyak mimpi masa SMA dan memilih
masuk sekolah teologi. Aku rindu kasih mula-mula itu. Aku berjalan terlalu
jauh, letih, lelah, jenuh, kering dan terkapar tak berdaya. Mungkinkah aku
diraih kembali olehMu? Mendudukkanku pada tempat yang seharusnya. Memberikanku
semangat baru dan terutama memurnikan pelayananku.
KJ 362
1. Aku milikMu, Yesus, Tuhanku;
kudengar suaraMu.
‘Ku merindukan datang mendekat
dan diraih olehMu.
kudengar suaraMu.
‘Ku merindukan datang mendekat
dan diraih olehMu.
2. Aku hambaMu, Kausucikanlah
oleh kasih kurnia,
hingga jiwaku memegang teguh
kehendakMu yang mulia.
oleh kasih kurnia,
hingga jiwaku memegang teguh
kehendakMu yang mulia.
3. Sungguh indahnya walau sejenak
besertaMu, Allahku;
dalam doaku sungguh akrabnya
bersekutu denganMu.
besertaMu, Allahku;
dalam doaku sungguh akrabnya
bersekutu denganMu.
4. Dalam dunia tak seutuhnya
kupahami kasihMu,
sukacita pun barulah lengkap,
bila ‘ku di rumahMu.
kupahami kasihMu,
sukacita pun barulah lengkap,
bila ‘ku di rumahMu.
Refrein:
Raih daku dan dekatkanlah
pada kaki salibMu.
Raih daku, raih dan dekatkanlah
ke sisiMu, Tuhanku.
Raih daku dan dekatkanlah
pada kaki salibMu.
Raih daku, raih dan dekatkanlah
ke sisiMu, Tuhanku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar