Minggu, 20 Oktober 2013

Pelayanan Padat, Hati???

Seperti kalimat di samping: pernah gak  kalian merasa sangat sibuk melayani tapi justru merasa kesepian di dalam hati?

Aku pernah. Dan sepertinya sekarang sedang berada di keadaan ini. 'Pelayanan padat hati sepi', hampir mirip dengan pengalaman seorang matematikawan terkenal dan juga 'teolog' bernama Blaise Pascal. Ia seorang yang sangat pintar, terkenal, dan dihormati banyak orang. Tapi dalam kemegahannya itu, ia merasakan sebuah kekosongan di dalam hatinya. 

Berikut sekilas informasi tentang dia:

Tahun 1631 saat Blaise Pascal berusia 8 tahun ayahnya memutuskan pindah ke Paris. Paris adalah kota yang perkembangan intelektualnya sangat tinggi saat itu, di sana ada ilmuwan-ilmuwan terkenal misalnya Rene Descartes, Desargues dll. Etienne (ayahnya) bertekad mendidik anaknya sebaik-baiknya, karena Blaise Pascal sudah menunjukkan kecemerlangan otaknya sejak kecil. Pergaulan dengan para ilmuwan ini membuat Blaise Pascal berkembang pesat. Pada umur 13 tahun dia menguasai geometri Euclidian dengan belajar sendiri. Umur 16 tahun Pascal muda membuat uraian tentang kerucut dan mendapat pujian dari banyak ilmuwan. Pada umur 19-21 tahun, dia mengembangkan mesin hitung untuk dipakai ayahnya dalam menghitung pajak. Mesin ini adalah cikal bakal computer yang kita kenal sekarang. Perkembangan pemikiran keilmuannya terus berkembang dengan menyelidiki ruang hampa, sifat udara dan cairan, hukum probabilitas, seluk beluk segitiga, dan lain sebagainya. Semuanya itu membuat takjub para cendekiawan Eropa saat itu.
Kelihatannya, Pascal memiliki semuanya. Tapi merasa kosong di dalam hatinya sampai ia tiba pada suatu malam pada tanggal 23 November 1654 (usia Pascal 31 tahun) di rumahnya di Rue Des Francs-Bourgois di Saint Michel ia mengalami lawatan istimewa. Ia merasakan lawatan Tuhan yang mengubahkan hidupnya. Pascal menyebutnya sebagai pertobatan kedua. Hatinya menemukan apa yang selama ini tidak didapati dengan akal pikirannya. Jiwanya merasakan damai sejahtera, sukacita. Keyakinan yang penuh akan kasih karunia Tuhan menggantikan kegersangan imannya. “Total dan manis” itulah yang dirasakannya. Salah satu ungkapan Pascal yang terkenal berkaitan dengan hal ini adalah “Terdapat suatu kekosongan yang Tuhan ciptakan dalam hati setiap orang yang tak dapat diisi dengan benda ciptaan yang lain, kecuali oleh Allah Sang Pencipta, yang dikenal melalui Yesus Kristus.

Itu perkenalan singkat tentang Blaise Pascal. Ia sampai pada kesimpulan bahwa ruang kosong di hati manusia hanya dapat diisi oleh Tuhan saja. Saat ini dengan jadwal pelayanan yang super padat, aku merasakan kekosongan yang sama dan gak tau sampe kapan kekosongan ini dapat diisi kembali oleh kasih Tuhan. Harus diakui dengan jujur memang (walaupun aku benci harus jujur tentang hal ini) sejak masuk fakultas teologi aku berubah. Awal masuk aku sangat menikmati indahnya mengikut Tuhan, iman yang menyala-nyala pada Tuhan, kepercayaan penuh dan taat tanpa membantah. Namun, seiring perjalanan panjang dengan proses-proses perkuliahan dan pengalaman-pengalaman hidup aku jadi orang mudah mempertanyakan kembali siapa Dia yang aku sembah. Dulu aku belajar mencintai Dia dengan hatiku saja namun sekarang aku belajar mencintainya dengan akalku walaupun kadang-kadang akal-kulah yang paling dominan. Bahkan aku menemukan bahwa aku sulit membangun kembali hubungan yang intim denganNya dan dalam beberapa hal aku 'sulit' percaya padaNya. Aku merasa seperti sedang berada di padang gurun. Gersang.  Kehausan. Tidak ada tempat perteduhan. Kehilangan arah. Gak tau jalan pulang. Entah sampe kapan aku bisa tiba di sumber air dan berteduh di bawah pohon yang rindang. Kalimat: "pelayanan padat, hati sepi" yang kusisipkan sebagai salah satu karakter dalam penggalan drama di ibadah musikal remaja tanggal 19 Oktober kemaren sebenarnya sedikit banyak menggambarkan suasana hatiku. Melayani terlalu banyak, orang lain diberkati sementara diri sendiri justru tidak mendapat apa-apa. Mengenaskan bukan?? Mungkin memang aku perlu berhenti sejenak, berefleksi, dan dilayani untuk menemukan kembali kasih yang mula-mula yang membuatku menyingkirkan banyak mimpi masa SMA dan memilih masuk sekolah teologi. Aku rindu kasih mula-mula itu. Aku berjalan terlalu jauh, letih, lelah, jenuh, kering dan terkapar tak berdaya. Mungkinkah aku diraih kembali olehMu? Mendudukkanku pada tempat yang seharusnya. Memberikanku semangat baru dan terutama memurnikan pelayananku. 

KJ 362 

1.      Aku milikMu, Yesus, Tuhanku;
kudengar suaraMu.
‘Ku merindukan datang mendekat
dan diraih olehMu.

2.      Aku hambaMu, Kausucikanlah
oleh kasih kurnia,
hingga jiwaku memegang teguh
kehendakMu yang mulia.

3.      Sungguh indahnya walau sejenak
besertaMu, Allahku;
dalam doaku sungguh akrabnya
bersekutu denganMu.

4.      Dalam dunia tak seutuhnya
kupahami kasihMu,
sukacita pun barulah lengkap,
bila ‘ku di rumahMu.

Refrein:
Raih daku dan dekatkanlah
pada kaki salibMu.
Raih daku, raih dan dekatkanlah
ke sisiMu, Tuhanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar