Senin, 28 Oktober 2013

Ku didekap erat

Hai... hai...
Selamat malam bagimu yang kebetulan mampir ^_^
Aku baru saja diterapi oleh Tuhan lewat lagu-lagu KJ, NKB, dan PKJ. Tadi aku latihan nyanyi untuk KKR jemaat tanggal 30 & 31 Oktober besok dan lagu-lagunya benar-benar menyentuh hati. Memberi semangat untuk tetap melayani, tetap berjuang dan pantang menyerah. Lagu-lagu itu menyadarkanku bahwa aku gak pernah berjuang sendiri. Ada Yesus bersamaku. Dan ini hal yang paling sering kulupakan. Salah satu lirik lagu yang paling menyentuh adalah NKB 128:1-4
  1. Ku berserah kepada Allahku
    di darat pun di laut menderu.
    Tiap detik tak berhenti,
    Bapa sorgawi t’rus menjagaku.
  2. Mawar di taman dihiasiNya,
    elang di langit pun dipimpinNya.
    Dia tentu besertaku,
    Bapa sorgawi t’rus menjagaku.
  3. Kepada Tuhan aku berserah,
    di gua singa , saat disesah.
    Dalam erang atau senang,
    Bapa sorgawi t’rus menjagaku.
  4. Meski berjalan di lembah gelap,
    Gembala baik membimbingku tetap.
    ‘Ku dihentar dan tak gentar,
    Bapa sorgawi t’rus menjagaku.
Refrein:
‘Ku tahu benar ‘ku dipegang erat,
di gunung tinggi dan samudera;
di taufan g’lap ‘ku didekap.
Bapa sorgawi t’rus menjagaku

Sewaktu menyanyi tadi aku menyadari satu hal => Tuhan membiarkanku melintasi gunung tinggi (gunung persoalan), mengarungi samudera (lautan tantangan) dan mengijinkanku berjalan dalam kegelapan (merasa sendirian) tapi tetap mendekapku. Wow.... adakah tempat ternyaman lainnya selain berada dalam dekapan seseorang? Tidak ada! Bayangkanlah Tuhan mendekapku dalam gelap. Ini sungguh luar biasa! Dia membiarkanku pergi jauh, berlayar dan mendaki serta menuruni lembah tapi selalu berjaga-jaga di sekelilingku bahkan siap selalu mendekapku jika keadaan mencekam.

Aku jadi  mengingat seorang jemaat yang sepertinya sangat 'sensi' terhadapku. Dia selalu memperhatikanku, mencari kesalahanku, dan baru akan puas jika sudah berhasil membuatku kalah atau dipermalukan. Dia gak mau terlihat bodoh, sepertinya memang senang dengan pengakuan, dan selalu melihat mahasiswa/i teologi sebagai pribadi yang sombong dengan ilmu teologinya. Awalnya aku sangat membencinya, aku gak suka dengan caranya, aku bahkan tak ingin bertemu dengannya. Namun, setelah tadi menyanyikan lagu di atas aku mengubah cara pandangku, dia Tuhan kirim sebagai gunung, samudera, taufan gelap supaya aku dilatih Tuhan menjadi tangguh. Dia Tuhan kirim sebagai alat untuk membentuk karakterku, melembutkan hatiku. Lalu aku tiba pada kesimpulan yang indah ini => Berterima kasih bagi mereka yang 'mengkritik', 'mencari-cari' kesalahan bahkan 'membenci' kita mereka menghabiskan banyak waktu mereka untuk memperhatikan kita, mereka hanya tidak tahu bagaimana menyampaikan perhatian dengan lebih ramah. Mereka membantu kita melihat kekurangan-kekurangan kita dan membantu kita membentuk kekuatan untuk tahan uji dan memberi kita 'kesempatan' untuk berefleksi menuju arah yang lebih baik. Sungguh, mereka hanya tidak mampu menyampaikan perhatian dengan lebih ramah...

Memang orang-orang 'sulit' Tuhan tempatkan di sekitar kita agar kita belajar melihat keindahan dari sisi yang lain.


@nonaRis
October 28, 2013


1 komentar:

  1. Memang orang-orang 'sulit' Tuhan tempatkan di sekitar kita agar kita belajar melihat keindahan dari sisi yang lain.

    thx Ris..mewek ak bacanya..T_T...

    BalasHapus