Rabu, 09 Oktober 2013

Makan… makan…. Makan…

Mungkin judul postingan di atas adalah judul yang aneh ya. Ia sih terkesan hobi makan judulnya. Postingan ini tidak sedang bicara tentang hobi makanku yang banyak loh. Aku ingin memaparkan kebiasaan makan bersama pada jemaat mula-mula dan tradisi makan bersama pada masa Yesus dikaitkan dengan acara makan bersama masa kini. Postingan ini terinspirasi dari kebiasaan makan bersama di gereja tempatku melayani saat ini.
Kesan pertama ketika berjemaat di tempat ini adalah jemaat yang senang makan bersama. Baru sekali ini aku menemukan gereja selalu yang menempatkan acara bersama di awal setiap kegiatan. Misalnya, setiap akan mengadakan rapat, makan dulu, tiap akan berlatih paduan suara, makan dulu, setelah melayani di hari Minggu, makan lagi. Hampir setiap kegiatan di gereja selalu ada sesi makan bersama. Hampir setiap malam aku ke gereja dan hampir setiap malam pun aku makan malam di gereja sehingga jarang sekali menikmati makan malam di rumah.
Berlatih paduan suara hanya memakan waktu sekitar 1,5 jam selebihnya adalah makan bersama. Hebatnya yang menyediakan makan adalah orang yang sama tiap minggunya padahal satu minggu anggota paduan suara berlatih sebanyak 2x. Tidak ada tanda sungut-sungut atau mempersiapkan makanan dengan setengah hati justru yang terjadi (kesanku sih) penyedia makanan sangat menikmati pelayanan yang ia lakukan.
Berdasarkan pengalaman ini aku tertarik untuk menggali apa sih makna makan bersama? Dari mana tradisi ini diadopsi?

1.     Makna makan dalam PL
Makan atau memberi makan orang lain adalah kehormatan bagi yang memberi makan karena dengan memberi makan seseorang mendapat sahabat baru (Kej 18: 1-8); makan atau memberi makan orang asing adalah suatu kebajikan karena akan mendatangkan ganjaran kebaikan (Kej 19:1-3); makan bersama adalah penanda pentingnya pertemuan dan semacam pengesahan pertemuan (Kej. 24: 1-67).

2.     Makna makan dalam PB
Makan bersama adalah tanda persekutuan atau pertemanan (Mat. 9: 10-11); makan adalah sarana penginjilan (Luk 19:1-9); makan bersama berarti memberkati anggota jemaat yang kurang mampu (Kis 2:46)[1]

3.     Makna makan dalam jemaat mula-mula
Tradisi makan bersama pada jemaat mula-mula makin sering terlihat pada masa setelah kenaikan Yesus ke sorga, setelah khotbah Petrus di serambi Salomo yang menghasilkan 3.000 orang pengikut baru. Untuk menjaga persekutuan ini biasanya mereka berkumpul untuk memecahkan roti (makan bersama).[2] Orang kaya melayani orang miskin. Ketika jumlah ini tidak mampu lagi ditampung di rumah-rumah persekutuan ini dibagi menjadi kelompok-kelompok hingga akhirnya mereka mulai membentuk sebuah institusi yang perkembangannya sekarang kita kenal sebagai gereja. Sekalipun masa itu orang kaya berbagi dengan orang miskin tak pelak juga di antara mereka terjadi perselisihan antara orang Yahudi peranakan dengan orang Ibrani mengenai pelayaanan kepada janda yang tidak merata sehingga perlu diangkatnya 7 pelayanan meja (Kis 6:1-6).
Untuk sampai pada sebuah persekutuan meja tanpa ada jurang pemisah antara si kaya dan si miskin saya mengajak kita melihat bagaimana Yesus menawarkan tradisi makan bersama kepada orang-orang yang sebenarnya tidak pantas menerimanya bila didasarkan pada hukum keagamaan Yahudi.

4.     Makan bersama dalam Gerakan Yesus



Mengutip satu paragraf skripsiku:

Gerakan Yesus tidak memanggil orang-orang saleh dari Israel melainkan mereka yang cacat secara keagamaan dan secara sosial kaum pecundang dan pemanggilan ini ingin menyatakan kesederajatan antara orang benar dan orang berdosa, miskin dan kaya, laki-laki dan perempuan dan orang farisi dan murid Yesus. Yesus duduk bersama di sekitar meja pada suatu pesta perkawinan dan bukan askesis dari orang suci. Persekutuan meja ini terjalin bersama dengan orang miskin, orang berdosa, para pemungut cukai, dan pelacur serta semua yang tidak tergolong dalam bangsa yang kudus. Kepada mereka Yesus memberitakan visi eskatologis dan realitas pengalaman yang akan datang dan yang sudah hadir. Mereka yang hampir mati karena kelaparan dan putus asa karena tidak melihat jalan keluar dari kemiskinan mereka ke masa depan dijanjikan basileia bahwa Allah akan menjadikan perjuangan mereka keprihatinan Allah sendiri.

Marcus Borg menulis dalam Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali bahwa makan bersama merupakan penerimaan timbal balik. Tidak ada orang baik-baik yang makan semeja dengan sampah-sampah masyarakat tetapi Yesus melakukannya sebagai bentuk mikrokosos sistem sosial, yakni penjelmaan wawasan sosial. Siapa saja boleh datang. Etos bela rasa menimbulkan suatu persekutuan makan bersama yang inklusif.[3]
Untuk dapat menjelaskan hal ini dengan lebih baik, maka pendapat Choan Seng Song perlu ditambahkan dalam postingan ini. Menurutnya, makan bersama adalah suatu pengalaman rohani yang amat mendalam. Makan bersama memang merupakan tindakan sacramental. Choan menjelaskan logika kasih Allah dalam beberapa pernyataan. Yesus bergaul dengan orang berdosa dan mati seperti orang berdosa. Tidak seorangpun dapat menghalangi Dia untuk menjadi sahabat orang berdosa dan mereka yang tersingkir dari masyarakat. Bahkan Dia menegaskan: jika Allah bukanlah Allah bagi orang-orang berdosa maka Allah bukanlah Allah; bila Allah menjauhi kumpulan para pemabuk maka sifatNya sebagai Allah berkurang; bila Allah mengabaikan para pelacur maka Allah bukanlah pencipta seluruh umat manusia, termasuk para pelacur; dan bila Allah takut secara terbuka menunjukkan empatinya bagi orang-orang yang tidak berarti, maka Allah bukanlah Penebus yang menyerahkan Yesus sebagai tebusan bagi banyak orang. Hanya dengan bersikeras bersahabat dengan orang berdosa Yesus menunjukkan bahwa Allah adalah Allah.
Hal di atas menjelaskan mengapa Yesus betah duduk makan dengan orang berdosa. Tapi disini letak persoalannya. Tindakan Yesus duduk dan makan bersama dengan orang berdosa menimbulkan kehebohan di kalangan elit dan lembaga keagamaan. Mengapa? Perlu dipahami bahwa di dunia Timur dari dulu sampai sekarang, ‘mengundang seseorang makan adalah suatu kehormatan.’ Ini adalah suatu tawaran perdamaian, saling percaya, persaudaraan, dan pengampunan. Singkatnya, makan bersama berarti bersama-sama memiliki kehidupan.
Lalu mengapa para elit dan pimpinan keagamaan menjadi heboh? Pertama-tama harus dipahami bahwa dalam suatu undangan makan terkandung didalamnya kehormatan. Unsur kehormatan inilah yang mengubah persekutuan meja menjadi persekutuan diskriminasi. Karena mengandung kehormatan maka hanya orang-orang tertentu yang dapat diundang. Untuk bisa diundang seseorang harus menjadi anggota kelas tertentu (keagamaan, intelektual, professional), dan standar dasar (kekayaan, pendidikan, nama baik, keberhasilan).  Kehormatan dalam persekutuan meja adalah kehormatan bersyarat. Artinya, kehormatan yang diberikan pada seseorang karena kelas, kelompok dan jasa baiknya.
Ini letak kehebohannya. Ketika makan bersama orang-orang berdosa, Yesus sedang menjungkirbalikkan kesepakatan-kesepakatan keagamaan dan sosial tentang kehormatan. Orang berdosa tidak mempunyai kehormatan sosial tapi Yesus memberikan kehormatan pada mereka, mereka tidak dianggap sebagai anggota masyarakat tapi Yesus mengakui tempat mereka dalam masyarakat, mereka tidak punya jasa baik apapun namun Yesus menegaskan jasa baik mereka, yaitu bahwa mereka adalah manusia. Ketika mereka menerima undangan makan dari Yesus pada saat yang sama mereka sedang menerima kehormatan dengan cuma-cuma, kehormatan tanpa syarat kelas, kelompok atau jasa baik. Pada persekutuan meja itu mereka bukan lagi pemungut cukai, pelacur, penipu, orang-orang miskin tapi manusia persis seperti yang lain.[4]
Sungguh sebuah asal mula tradisi makan bersama yang sangat menyentuh hati. Bayangkanlah perasaan berharga yang diperoleh para orang berdosa ketika duduk semeja dengan Yesus, sang Guru. Benar bahwa makan bersama berarti bersama-sama memiliki kehidupan. Sepertinya tidak salah untuk menyimpulkan bahwa hal inilah yang sedang dilanjutkan oleh gereja-gereja di seluruh dunia ketika menempatkan acara makan bersama (selain sakramen Perjamuan Kudus) sebagai salah satu acara sentral dalam setiap persekutuan (persekutuan keluarga, kelompok pemahaman Alkitab, Ibadah Syukur, dll). Gerejaku yang hobi makan bersama hampir setiap hari kemungkinan berdasar pada spirit persekutuan meja ini walaupun ketika makan kami tidak pernah mengelilingi sebuah meja makan yang bundar. Semakin banyak acara makan-makan, semakin akrablah kita. Yup, ini yang kurasakan di tempat ini selain banyak makan aku jadi gendutt :p.
Jadi kalau kebetulan suatu saat diundang makan, ingatlah tradisi makan bersama dari gerakan Yesus ini. Makan bersama selain mengakrabkan, membuat kita sadar bahwa kehidupan ini milik bersama dan bahwa kita ini terhormat karena Allah memberi kita kehormatan secara cuma-cuma.


*posting terpanjang. Saking niatnya sampe bongkar-bongkar buku teologi dan baru kelar jam segini: 23.46*





[1] Edi Suranta Ginting, Teologi Makan. http://gerejagiki.wordpress.com/2013/02/27/teologi-makan/ bdk. Kis 2:42-47)
[2] Bavinck, Sejarah Kerajaan Allah (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), 686-700
[3] Marcus J Borg, Kali Pertama Jumpa Yesus Kembali, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 66-67
[4] Choan Seng Song. Allah Yang Turut Menderita (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2012) 171-174

6 komentar:

  1. Ruaaaaaaaaaar biasa pal..
    Km memang sudah ditakdirkan untuk menulis pal.. ;)
    Jadi terinspirasi juga untuk berusaha membaca dan menulis biar bisa menghasilkan tulisan sebagus ini.. )
    Tetap semangat pal, terimakasih juga buat inspirasi yang kuperoleh darimu.. (y)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berle kamu palyang, tapi makasih ya :)
      ayoo semangatt menulis, ini juga sampe bela-belain baca buku dan tidur jam 12 malam

      Hapus
  2. Pengetahuan yg baru bagi beta yang bukan Teologi...terima kasih adik sudah berbagi ilmunya..selamat makaaan :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehheheh sama-sama kakak
      selamat makan,
      kalo makan-makan jang lupa undang beta :)

      Hapus
  3. mantaaap riss...:)

    klo bagi aku apa yang dilakukan bersama org2 terkasih memang sangat menyenangkan apalgi klo makan bersama..meskipun lauknya sederhana tp ttp terasa nikmat ^^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul kak
      makanan sederhana akan terasa nikmat bersama dengan orang-orang terkasih :)
      *kedip-kedip mata*
      :p

      Hapus