Tulisan ini terinspirasi pengalaman-pengalaman yang ku amati. Sejak kecil papa mama selalu mengajarkan kami anak-anaknya untuk berdoa dan beribadah bersama. Seringkali papa yang mimpin doa tapi tak jarang juga kami digilir untuk berdoa. Hal yang baru kusyukuri setelah tiba di jawa adalah momen di sekitar meja makan bersama keluarga. Tidak ada satu anggota keluarga yang boleh makan terlebih dahulu sebelum doa bersama kecuali sakit. Doa makan merupakan momen di mana papa mendoakan semua pergumulan kami sebagai keluarga, mendoakan keluarga dan kami anak-anaknya. Ada kedamaian dan kebanggaan (perasaan ini sukar digambarkan dengan kata-kata) saat papa menyebut nama kami satu per satu dalam doanya. Kami mendengar papa mendokan kami, menyerahkan kami pada Tuhan dan mendengar harapan-harapan papa bagi kami. Doa menjadi satu-satunya kekuatan bagi kami sekeluarga. Setiap kali akan melakukan sesuatu atau akan bepergian, hal pertama yang wajib dilakukan adalah berdoa. Entahlah, selama bertahun-tahun aku telah mendengar papa berdoa bahkan tak jarang mendengar kalimat yang sama berulang kali tapi tidak pernah bosan mendengar papa berdoa. Masih ingat dengan jelas saat pertama kali datang di jawa, papa berdoa sambil berurai air mata melepasku, dua tahun kemudian baru aku mengerti bagaimana perasaan papa melepas anak perempuannya pergi jauh saat semalaman aku menguatirkan adik laki-lakiku yang melakukan perjalanan seorang diri dari Bali menuju Salatiga. Juga masih ingat dengan sangat jelas air mata papa dalam doa ketika berdoa di kos-kosan di Salatiga ketika akan berangkat mengikuti upacara wisuda. Aku tahu air mata itu adalah jawaban bagi air mata papa saat aku pertama kali mengayunkan kaki keluar dari rumah untuk merantau.
Sampai saat ini masih suka merindukan momen-momen itu. Merindukan suasana Senin pagi ketika beribadah membuka minggu kerja yang baru dan suasana Sabtu malam ketika beribadah menutup minggu kerja. Banyak kekuatiran, ketakutan, kebimbangan lenyap saat mendengar papa dan mama berkata: "nanti papa mama doakan", atau "siapkan hati kita berdoa" (dan kami pun berdoa jarak jauh di telepon, papa mama di sumba dan aku di jawa). Jika sakit, hal pertama yang kulakukan adalah menelepon mama untuk memberitahu sekaligus minta doa. Dan selalu keadaan menjadi jauh lebih baik setelah tahu bahwa mereka mendoakanku.
Ketika di Salatiga aku bertemu dengan seorang tante yang juga melakukan hal yang sama, keluarga yang selalu berdoa, dan kadang-kadang tante ini punya kontak batin denganku. Saat aku sedang suntuk dengan permasalahan tanpa direncanakan tante ini bisa menelepon dan memberi kata-kata yang menguatkan dan tak jarang aku selalu menemukan kekuatan baru setelah ditelepon. Aku memberi nama tente ini: tante teladan iman. Selalu ada keteduhan tiap kali berkunjung ke rumah tente itu, seperti sedang melakukan retreat. Ahhh kangen tante itu dan suasana rumahnya.
Beberapa saat yang lalu aku menghadiri sebuah pertemuan dimana aku menjadi pembicaranya. Saat itu aku bertanya pada semua yang hadir (kebetulan mereka adalah orang-orang muda). Pertanyaannya: Kapan terakhir kali kalian beribadah bersama keluarga selain di kebaktian hari minggu? Tidak satupun tangan teracung. Pertanyaannya aku rubah: Siapa yang berdoa bersama keluarga selama satu bulan terakhir? Senyap. Beberapa bulan terakhir? Masih sepi. Satu tahun terakhir? Semua saling pandang. Aku cuma bisa melongo dengan tatapan tak percaya. Apa yang salah?? Aku tidak sedang salah masuk ruangan, kan? Aku masih belum dapat percaya, bagaimana mungkin mereka tidak pernah kumpul beribadah bersama dan berdoa bersama? Aku tidak dapat membayangkan hal ini karena aku terlalu terbiasa dengan kehidupan papa mama yang mengharuskan kami untuk berkumpul bersama dan berdoa. Pengalaman ini sungguh membuat aku berpikir banyak: zaman ini keluarga-keluarga Kristen sedang berada dalam ancaman. Kelihatannya kita adalah keluarga Kristen tapi di rumah kita sendiri kita tidak mampu (mau) membangun mezbah keluarga. Keteguhan hati seorang pemimpin dalam PL sangat cocok untuk menjadi bahan refleksi dan teladan bagi keluarga-keluarga kristen. "Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yosua 24:15c)
Berdoa bersama keluarga banyak sekali manfaatnya. Ketika masih bersama mereka manfaatnya tidak dirasakan tapi ketika jauh seperti sekarang, aku merasakan banyak manfaat:
1. Doa mereka selalu berhasil memberi kekuatan, ketenangan dalam masa-masa sulit
2. Mengetahui bahwa mereka mendoakan kita, itu sebuah bentuk ungkapan kasih dan perhatian dan perasaan berharga
3. Kita tahu kemana kita harus mengadu dan menemukan kekuatan saat begitu banyak persoalan tak mampu kita tanggung sendiri di luar rumah
4. Bagi sebagaian besar perempuan seperti saya, jika kehidupan orang tua saat ini berhasil menginspirasi maka tak jarang keluarga impian yang akan dibangun kelak selalu bercermin dari kehidupan papa mama
5. Dan tak jarang kebanyakan kami (seperti juga saya) akan mencari seorang pendamping hidup yang seperti papa.
Dan sebenarnya aku iri dengan kehidupan keluarga yang dibangun papa mama. Kadang-kadang bertanya: sanggupkah aku kelak membangun keluarga seperti yang dibangun papa mama saat ini? Pertanyaan ini cuma aku yang bisa jawab :)
Akhirnya, sangat berharap tulisan ini mampu membuat kamu yang kebetulan membaca dapat berefleksi dan terinspirasi untuk merancang keluarga masa depan yang rajin bersekutu (bagi yang masih single) dan untuk menjadi berkat di keluarmu saat ini (bagi yang sudah menikah).
Tmg, 22.16.
ris
Beberapa saat yang lalu aku menghadiri sebuah pertemuan dimana aku menjadi pembicaranya. Saat itu aku bertanya pada semua yang hadir (kebetulan mereka adalah orang-orang muda). Pertanyaannya: Kapan terakhir kali kalian beribadah bersama keluarga selain di kebaktian hari minggu? Tidak satupun tangan teracung. Pertanyaannya aku rubah: Siapa yang berdoa bersama keluarga selama satu bulan terakhir? Senyap. Beberapa bulan terakhir? Masih sepi. Satu tahun terakhir? Semua saling pandang. Aku cuma bisa melongo dengan tatapan tak percaya. Apa yang salah?? Aku tidak sedang salah masuk ruangan, kan? Aku masih belum dapat percaya, bagaimana mungkin mereka tidak pernah kumpul beribadah bersama dan berdoa bersama? Aku tidak dapat membayangkan hal ini karena aku terlalu terbiasa dengan kehidupan papa mama yang mengharuskan kami untuk berkumpul bersama dan berdoa. Pengalaman ini sungguh membuat aku berpikir banyak: zaman ini keluarga-keluarga Kristen sedang berada dalam ancaman. Kelihatannya kita adalah keluarga Kristen tapi di rumah kita sendiri kita tidak mampu (mau) membangun mezbah keluarga. Keteguhan hati seorang pemimpin dalam PL sangat cocok untuk menjadi bahan refleksi dan teladan bagi keluarga-keluarga kristen. "Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yosua 24:15c)
Berdoa bersama keluarga banyak sekali manfaatnya. Ketika masih bersama mereka manfaatnya tidak dirasakan tapi ketika jauh seperti sekarang, aku merasakan banyak manfaat:
1. Doa mereka selalu berhasil memberi kekuatan, ketenangan dalam masa-masa sulit
2. Mengetahui bahwa mereka mendoakan kita, itu sebuah bentuk ungkapan kasih dan perhatian dan perasaan berharga
3. Kita tahu kemana kita harus mengadu dan menemukan kekuatan saat begitu banyak persoalan tak mampu kita tanggung sendiri di luar rumah
4. Bagi sebagaian besar perempuan seperti saya, jika kehidupan orang tua saat ini berhasil menginspirasi maka tak jarang keluarga impian yang akan dibangun kelak selalu bercermin dari kehidupan papa mama
5. Dan tak jarang kebanyakan kami (seperti juga saya) akan mencari seorang pendamping hidup yang seperti papa.
Dan sebenarnya aku iri dengan kehidupan keluarga yang dibangun papa mama. Kadang-kadang bertanya: sanggupkah aku kelak membangun keluarga seperti yang dibangun papa mama saat ini? Pertanyaan ini cuma aku yang bisa jawab :)
Akhirnya, sangat berharap tulisan ini mampu membuat kamu yang kebetulan membaca dapat berefleksi dan terinspirasi untuk merancang keluarga masa depan yang rajin bersekutu (bagi yang masih single) dan untuk menjadi berkat di keluarmu saat ini (bagi yang sudah menikah).
Tmg, 22.16.
ris
kayakna ak kenal tante itu hehehhee :)
BalasHapusnice post ris :)
hahhahahhaha ia kak
HapusTitip salam ya buat tente itu :)
wawwa tulisan keren kk gue, saya juga merindukan saat2 ini. dan hampir mau menulis tentang ini juga
BalasHapus