Judul postingan di atas adalah judul sebuah buku yang sedang kubaca sekarang (belum selesai sih). Buku ini direkomendasikan oleh seorang teman teologi dari Salatiga dan aku pesan dari temanku yang di Jakarta. Setelah menunggu hampir satu bulan akhirnya buku ini sampai ke tanganku juga. Karena buku ini belum selesai ku baca aku belum bisa sharing banyak tentang buku ini kecuali dua bab pertama yang baru aku baca. Dua bab pertama berkisah tentang seorang penatua yang sangat sukses membangun jemaat. Ia akan segera turun dari jabatannya sebagai penatua dengan perasaan puas karena telah menjalankan tugas dengan baik dan bangga atas segala pencapaiannya. Jemaat ini pernah terpuruk baik dari segi kualitas dan kuantitas hingga akhirnya menjadi sebuah gereja yang sangat besar, dengan kegiatan yang banyak dan keterlibatan semua anggota jemaat. Kelihatannya tidak ada yang kurang dan perlu dibenahi dalam gereja ini. Namun di suatu pagi penatua ini menerima surat tanpa nama dan telepon dari seorang jemaat yang mengkritik dan memberi masukan serta mendukung pelayannya. Inti surat dan telepon itu adalah bahwa gereja ini memang maju dalam kuantitas dan kualitas tapi tidak sedang berjalan di jalan yang tepat. Kasih tidak lagi menjadi perhatian utama dan tujuan gereja ini. Salah satu kutipan si penelepon yang kecewa dan ingin meninggalkan gereja ini berkata: "tampaknya gereja sudah melakukan segala sesuatu dengan benar. Pembelajaran Alkitabnya baik, iringan musiknya selama pelayanan ibadah juga mengagumkan, beberapa program dan pelayanan pun menakjubkan. Namun, entah mengapa kegiatan-kegiatan itu terasa lebih penting dari pada Tuhan bahkan daripada anggota jemaat."
Sepanjang sore tadi aku merenungkan isi dua bab yang kubaca ini. Dan memang benar. Dalam banyak hal tanpa sadar gereja hanya mementingkan kelangsungan/kelancaran sebuah/beberapa kegiatan, tujuan yang ingin dicapai tanpa menghasilkan sesuatu yang bermakna, mempererat tali persaudaraan dan membangun orang-orang yang terlibat di dalamnya. Ketika mengutamakan kualitas tanpa sengaja kita menyakiti sesama saudara yang tidak mencapai standar kualitas yang kita tetapkan. Contoh kecil, kita menginginkan sebuah kelompok Paduan Suara yang berkualitas, bersuara merdu, dan mudah dilatih. Lalu datang beberapa orang yang rindu bernyanyi tapi tidak memenuhi standar kualitas yang kita pakai, bagaimanakah sikap yang baik agar mereka merasa memuji Tuhan selain mengutamakan kualitas juga mengutamakan kerinduan untuk bernyanyi bagi Tuhan?
Atau saat kita kurang menghargai mereka yang bekerja sebagai koster, pegawai gereja, satpam dll yang mungkin saja mereka melihat pekerjaan yang mereka lakukan sebagai bentuk pelayanan mereka untuk Tuhan tapi tak jarang kita melihat mereka sebagai pekerja yang dapat kita perlakukan 'seenaknya' atau merasa bahwa mereka 'digaji' untuk itu. Tak jarang justru banyak orang tidak dihargai, tidak dianggap sebagai saudara, diperlakukan dengan sangat tidak adil di dalam gereja, tempat yang seharusnya mereka merasa dibela, disayangi, diberi tempat, diakui dan dihargai.
Si penatua dalam buku ini juga sedang berusaha mencari cara bagaimana mengembalikan kasih pada tempat yang seharusnya. Karena aku belum membaca banyak, jadi postingannya cukup sekian dulu. Tapi jika kebetulan kamu menemukan buku ini, bacalah. Supaya kita bersama-sama berjuang menempatkan kasih pada tempat yang benar.
Terima kasih buat seseorang yang telah merekomendasikan buku ini :)
Selamat Malam `\(^_^)/`
iya ris..aku jg sering menemukan hal2 spt itu..kadang org terlalu mengutamakan byk kegiatan di gereja..maunya sempurna..tp tidak menghrgai sesamanya sendiri. Mari sama2 belajar menempatkan kasih pada tempatnya :) terima kasih buat postingannya :)
BalasHapussama2 kak
Hapusaku lihat pengalaman itu disini
mulai dari diri kita memperhatikan mereka :)
menciptakan komunitas yang saling mengasihi
xoxx
BalasHapusni buku betul2 ketuk beta pu hati... :')
selamat membaca,selamat berefleksi...
Sama Oms
Hapuspertanyaan yg b renungkan dan blum bisa jawab sampe sekarang adalah: bagaimana Tuhan tahu aku mengasihiNya?
bgmn?
b sonde tau Oms
iseng2 ketik seprianayolz di google dan baru menemukan ini... hampir satu tahun ee... heehe
Hapusris punya pertanyaan ju jadi bahan refleksi buat beta..
bagaimana Tuhan tahu?
apakah Tuhan tahu melalui beta pu kehidupan yang (kurang lebih) mengasihi sesama dan diri sendiri?
apakah Tuhan tahu melalui buah-buah kehidupan kita?