Selamat malam….. \^__^/
Apa kabarnya??? Hari ini hari kedua dari #tantanganmenulis31hari
bersama seorang kakak. Dua hari ini jadi semangat banget mikir mau nulis apa
dan sisi positifnya (bahkan jadi cara paling ampuh) adalah aku bisa membaca
minimal 5-6 lembar buku per harinya. Mengingat kesibukan yang sangat padat
akhir-akhir ini aku hampir-hampir gak pernah menyentuh buku-buku teologi di rak
bukuku kecuali kalau akan membuat khotbah. Na, tantangan ini justru membuatku ‘rajin
membaca’ lagi. Big thanks for that big sister :*
Tapi sebelum menulis lanjutan buku semalam, aku pengen
cerita pengalamanku sepanjang hari ini. Masih seperti biasa sih koreksian
numpuk, anak-anak yang menyenangkan, dan kesibukan di gereja. Namun ada
beberapa yang perlu kuceritakan. Tadi waktu ngajar di kelas 4 aku bertanya pada
siswaku: “apakah kalian pernah kuatir?” hampir semua mengacungkan tangan. Setelah
ku tanya satu per satu, hasilnya adalah sebagian besar dari mereka sangat
menguatirkan ‘perpisahan’ (perceraian, red) papa dan mama mereka. Aku shock. Aku
memang sudah tahu dari awal bahwa di kota ini angka perceraiannya cukup tinggi
dan sebagian besar anak-anak yang kulayani memang adalah korban broken home. Tapi mendengar langsung
dari mulut mereka hari ini tak pelak juga mulutku terbuka lebar. Jadi berpikir
untuk menulis tulisan khusus tentang “perceraian dan mempersiapkan kehidupan
pernikahan yang penuh komitmen”. Ditunggu ya, semoga tulisannya jadi dalam
waktu dekat.
Pengalaman kedua hari ini adalah mengukur baju paduan
suara di gereja. Aku kuatir dengan lebar pinggangku yang bertambah terus setiap
ngukur baju. Perasaan kemaren-kemaren hanya 71 sekarang malah udah 78. Sayangnya
itu pada baju-bajuku yang emang ngepas
di badan, lama-lama gak bisa kepake juga nanti. Ahh sudahlah daripada galau
mending aku cerita tentang bagian kedua dari buku Creative Living.
2. Penguasaan
Barry Chant menulis bahwa Allah ingin kita mempunyai rasa penguasaan. Bagi banyak orang hidup ini diluar kendali mereka. Tujuan hidup kelihatan didikte oleh sesuatu kekuatan di luar diri mereka. Para psikolog mengatakan bahwa ini adalah penyebab stress yang utama. Padahal dalam Alkitab dicatat: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." Manusia diperintahakan Allah untuk berkuasa. Hal ini jangan dipahami dalam pengertian manusia berkuasa mengeksploitasi bumi ini. Tidak. Mari kita bergerak lebih dekat pada lingkungan kita. Allah memanggil kita untuk berkuasa atas apa yang terjadi pada diri kita.
Barry Chant menurut saya menggambarkan hal ini dengan sangat baik dalam beberapa kisah hebat, yakni kisah para martir kristen yang paling menegangkan: dibakar, disalib, disiksa, dilempar untuk dimakan binatang buas tapi mampu menguasai. Ketika disiksa nampaknya mereka kehilangan kendali. Tapi kenyatannya justru sebaliknya. Sepanjang mereka dapat bernyanyi dan memuji Tuhan dengan gembira dalam menghadapi siksaan yang kejam, maka bukan para penyiksa mereka yang benar-benar mengendalikan keadaan tapi mereka yang disiksa.
a. Blandina (Sta. Blandina) martir di Lyons
![]() |
St. Blandina |
Blandina diikat di sebuah tiang gantung, dipamerkan untuk dimakan binatang-binatang buas. Dia seolah-olah tergantung di atas salib, berdoa sungguh-sungguh, dan meyakini bahwa setiap orang percaya dipanggil untuk menderita bagi Kristus maka tidak satupun dari binatang buas itu yang menyentuhnya. Luar biasa bukan?? Wow......
Tak sampai disitu. Karena penganiaya gemas, Blandina akhirnya diturunkan dari tiang gantungan dan dimasukkan ke dalam penjara. Blandina melihat semuanya itu sebagai panggilan jamuan makan malam dari Tuhan. Puncaknya adalah ia dicambuk, dilepmarkan ke binatang buas lagi, didudukkan di kursi panggangan, akhirnya ia dimasukkan ke dalam jaring dan dilemparkan ke hadapan seekor banteng. Ia sangat tersiksa namun ia tidak merasakan apapun juga sebab ia telah menyatukan penderitaan dengan Kristus. Bahkan orang kafir pun mengakui keteguhan hati dan imannya.
b. Polikarpus (St. Polikarpus) martir di Smirna
![]() |
St. Polikarpus |
Seorang pria tua, uskup di Smirna. Ia sedang dipertontonkan di kerumunan orang yang haus darah. Orang-orang membujuknya, mereka berkata: "apa susahnya berkata. Tuhan Kaisar, dan selamatkan hidupmu?" Ia tetap tidak bergeming. Ia akhirnya digiring ke stadion dengan luka bagian depan kakinya terpotong dan terluka parah akibat didorong dengan paksa dari kereta kuda. Tetapi tiba-tiba terdengar suara tak bertuan dari langit yang juga didengar oleh banyak orang: "jadilah kuat polikarpus, bertindaklah sebagai laki-laki."
Ketika tiba di depan komandang militer romawi, komandan itu masih berusaha membujuknya: "perhatikan usiamu, bersumpahlah demi kaisar jenius dan katakan 'singkirkan orang-orang atheis'". Namun Polikarpus dengan wajah agung melihat ke arah seluruh kerumunan orang dengan hanya mengatakan: "singkirkan orang-orang atheis". Tetapi komandan itu memaksanya: "bersumpahlah dan aku akan melepaskan engkau, kutuklah Kristus". Dengan tenang Polikarpus berkata: "saya telah melayaniNya selama 86 tahun dan belum pernah sekalipun ia berbuat jahat pada saya, bagaimana mungkin saya dapat mengutuk raja yang menyelamatkan saya?" Pengakuan bersejarah ini tentu saja membuatnya segera dibakar ditiang gantungan.
Wow..... hebat ya mereka berdua ini. Menurutmu, siapa yang mengendalikan/menguasai keadaan? Para penganiaya atau kedua martir itu? Tentu kamu tahu jawabannya. Mereka berdua membuktikan bahwa meskipun tampaknya semua orang melawan kamu, kamu masih dapat mengontrol dirimu sendiri, reaksi-reaksimu dan nasibmu. Ini pengertian menguasai.
Ohh ya satu lagi contoh, Tuhan Yesus ketika di hadapan Pilatus.
"Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?" ( (Yoh 19:10)
Yesus menjawab Pilatus:
"Engkau tidak mempunyai kuasa apa pun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas" (Yoh 19:11)
So, sekarang kita tahu kualitas kedua yang Allah berikan bagi kita adalah PENGUASAAN. Kita yang harus berkuasa atas setiap hal yang terjadi dalam diri kita dan kita berkuasa menentukan reaksi seperti apa yang harus kita tunjukkan. Orang boleh nampak 'menguasai' kita tapi jika kita kuat di dalam Gambar Allah kitalah yang akan menguasai penindas kita.
Ini penting karena akan berdampak pada lingkungan tempat tinggal kita. Contoh kecil dalam dunia pekerjaan. Jika kita melihat orang lain (bos, atasan) sebagai penguasa kita wah celaka... Ini berbahaya sebab kita tidak dapat mampu menunjukkan kualitas Gambar Allah yang ketiga, apakah itu????
Nantikan tulisan besok yaaaa :)
Semoga tulisan ini menguatkan dan menginspirasimu
Selamat malam
Tuhan Yesus, Guru Sejati kita menemanimu malam ini ^__^
Kita yang harus berkuasa atas setiap hal yang terjadi dalam diri kita dan kita berkuasa menentukan reaksi seperti apa yang harus kita tunjukkan. Orang boleh nampak 'menguasai' kita tapi jika kita kuat di dalam Gambar Allah kitalah yang akan menguasai penindas kita.
BalasHapusthx sudah diingatkan :)
sama-sama kak
HapusAku juga belajar dari hal ini
hasilnya hari ini berasa ringan banget melakukan segala sesuatu, bekerja tidak dibawah 'kekuasaan' orang lain
melakukan sesuatu bukan untuk dilihat tapi dari hati, ujungnya adalah tidak takut pada siapa pun selain Tuhan